Mohon tunggu...
Boby Lukman Piliang
Boby Lukman Piliang Mohon Tunggu... Politisi - Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY, Jembatan Komunikasi Jokowi-SBY

23 Mei 2019   16:09 Diperbarui: 23 Mei 2019   16:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma), Rabu pagi diterima Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat. AHY dan Jokowi diberitakan terlibat dalam pembicaraan serius terkait situasi terkini pasca Pilpres dan hasil pengumuman Komisi Pemilihan Umum yang menyebutkan bahwa pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin mendapat dukungan terbanyak di Pilpres 2019, April silam.

Saya mencermati pidato AHY saat sesi jumpa pers seusai bertemu Joko Widodo. Ia terlihat tenang dan sumringah. Hanya AHY yang tahu arti senyumannya. Tafsir orang bisa berbeda beda, termula dari sisi mana mereka memandang dan menilai. Carut bungkang dan caci maki sudah biasa diterima AHY sejak ia melangkahkan kaki di belantara politik. Saya melihat sendiri anak muda ini berjalan lurus dan tegak. Ia tidak pernah mengeluhkan cacian yang disampaikan kepadanya.

AHY menyebutkan bahwa ia akan menjadi jembatan bagi Presiden Joko Widodo dan Presiden RI ke Enam Susilo Bambang Yudhoyono. Bagi saya tentu itu sah dan wajar saja. AHY adalah anak Susilo Bambang Yudhoyono, dan diantara Jokowi dan SBY selama lima tahun ini terdapat beberapa ganjalan yang harus dibereskan.

Patut diingat, sebagai partai yang memposisikan diri bukan sebagai oposisi atau bagian dari pemerintah, Partai Demokrat telah menasbihkan dirinya sebagai partai penyeimbang di antara kedua kutub tersebut. SBY, dengan sikap kenegarawanannya menyebutkan bahwa ia mendukung pemerintahan Jokowi selama itu berlangsung dengan baik dan mengkritik pemerintah jika terdapat kebijakan yang keliru dan merugikan masyarakat.

Partai Demokrat tentunya paham betul situasi politik dan jelas mempunyai sejumlah kelebihan yang belum tentu dimiliki oleh semua partai politik peserta pemilu 2019.

Tentu dukungan dari Demokrat dan SBY pada pemerintahan mendatang akan sangat bernilai bagi Presiden Joko Widodo. Berbekal pengalaman sebagai Presiden RI, SBY dinilai banyak kalangan baik di dalam maupun luar negeri mempunyai prestasi yang membanggakan. Ada banyak program kerja SBY yang pro rakyat di dalam negeri. Bahkan dikalangan dunia internasional, SBY juga adalah sosok yang disegani.

Keberhasilan SBY menyelesaikan sejumlah masalah pasca reformasi, baik sosial, politik, dan ekonomi membuatnya menjadi salah satu pemimpin dunia yang disegani dan menjadi alasan utama Jokowi menginginkan berkoalisi dengan SBY di periode kedua pemerintahannya.

Posisi AHY menjadi sangat sentral dalam hal ini. Ia akan menjadi kanal bagi Jokowi dan SBY. Ia adalah Komandan Kogasma dan saat ini menjadi figur baru di partainya. Dengan posisi seperti itu, serta ditunjang oleh kecintaan/kesukaan masyarakat kepada SBY Jokowi jelas sangat beralasan menawarkan posisi kepada AHY di pemerintahan mendatang.

Kini bola politik berada dikaki AHY dan Partai Demokrat. Pemilu sudah usai dan pengumuman KPU sudah pula disampaikan. Memang masih ada satu proses yang harus dijalani sebelum penetapan dikeluarkan yaitu sidang di Mahkamah Konstitusi. Namun, dengan selisih suara mencapai belasan juta, rasanya sulit bagi Prabowo dan koalisinya untuk membalikkan keadaan.

Karena itu, saat mencermati pidato Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Istana Bogor tersebut, saya menganggap pesta demokrasi lima tahunan sudah usai dan saat ini adalah momentum yang pas untuk kembali membangun semangat kebangsaan dalam demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun