Mohon tunggu...
Boby Lukman Piliang
Boby Lukman Piliang Mohon Tunggu... Politisi - Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sadarkan Jenderal Kivlan, Ia Telah Salah Melangkah

10 Mei 2019   13:27 Diperbarui: 10 Mei 2019   13:37 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://news.detik.com/ 

"Pak Tua sudahlah, engkau sudah terlihat lelah, oya, Pak Tua sudahlah, kami mampu untuk bekerja"

Penggalan lagu Pak Tua yang dinyanyikan group band Rock El Pamas itu sengaja saya pasang sebagai kalimat pembuka pada tulisan ini. Kalimat itu jelas saya tujukan kepada Mayjen (purnawirawan) Kivlan Zen yang baru saja berkomentar aneh dan mendapatkan cibiran dari ribuan kader Partai Demokrat karena menyerang Ketua Umum PD dan Presiden RI ke Enam itu dengan bahasa yang sangat kasar dan (maaf) tidak beretika. Kivlan seperti kehilangan kesadaran akan dirinya sebagai Purnawirawan TNI saat menyerang SBY.

Kivlan memang bukan sekedar menyerang, Ia bahkan menuduh SBY dan Partai Demokrat sebagai pihak yang tidak serius memenangkan pasangan Prabowo - Sandiaga di Pilpres 2019 yang baru saja usai berlangsung. Andai saja Kivlan tahu apa yang terjadi sebenarnya, ia mungkin tidak akan berkata seperti itu.

Bukan kali ini saja Kivlan menjadi bahan berita kaum jurnalis, Mantan Kepala Staf Kostrad itu seperti sudah menjadi langganan media khususnya untuk hal yang bersifat (maaf) kontroversial. Saya ingat akibat ulahnya itu, pada tahun 2015 silam, wartawan Goenawan Mohamad pernah mengingatkan Kivlan melalui akun Twitternya (@gm_gm) yang menulis nasihat kepada Kivlan Zen,

GM, biasa disapa begitu menyarankan agar Kivlan berhentilah memakai pikiran yang sudah berkarat untuk melawan sesuatu yang sudah tidak pada masanya.

Baru baru ini, Kivlan juga kembali ke luar sarangnya. Ia tidak sekedar berbicara, namun ikut turun ke jalan. Sayangnya momentum dan kalimat yang dipakai Kivlan sungguh tidak tepat dan beradab. Sekelas pensiunan Jenderal Bintang Dua seperti kehilangan jati diri dan kewibawaanya dan harus menjadi bulan bulanan orang banyak karena asal ngomong.

Coba bayangkan, tau apa Kivlan tentang SBY meski dalam pengakuannya kepada wartawan, ia adalah senior SBY. Namun, dalam banyal hal, Kivlan terlihat seperti orang yang frustasi alias banyak gagal. Benar SBY adalah junior Kivlan di AKMIL, namun dalam kepangkatan, Kivlan hanya sampai bintang dua, sementara SBY mendapat tiga bintang di pundaknya sebelum kemudian menjadi Menteri Pertambangan dan Energi di Kabinet Presiden Abdurrahman Wahid dan menjadi Presiden.

Terkait tuduhan Kivlan yang menyebut bahwa SBY dan Partai Demokrat menghalangi Prabowo menjadi Presiden, kiranya Kivlan perlu bertanya lebih banyak dan menggali lebih dalam informasi terkait keterlibatan kader Demokrat dan SBY dalam Badan Pemenangan Nasional Capres/Cawapres Prabowo - Sandiaga. SBY bahkan sudah terlibat dari awal penyusunan Visi dan Misi, pidato, materi debat dan sampai menempatkan kader terbaik Demokrat di jajaran Badan Pemenangan Nasional.

Namun, apakah Jenderal Kivlan tahu bahwa hampir semua saran dan masukan SBY itu "terabaikan" dan hanya dianggap sebagai sebuah saran kecil belaka. Patut pula Jenderal Kivlan tahu bahwa banyak sekali masukan, saran dan kritikan SBY terkait strategi pemenangan Prabowo - Sandiaga yang tidak dilaksanakan.

Yang paling segar dalam ingatan tentu kritik dan saran SBY pada saat pelaksanaan Kampanye Akbar Prabowo - Sandiaga di Gelora Bung Karno pada 7 April silam. Jenderal Kivlan seperti meneriaki diri sendiri saat mengkritik peran dan posisi SBY dalam BPN. Ia laksana meludah ke langit. Menepuk air di dulang, muka sendiri yang terpecik.

Sungguh tidak elok rasanya menulis ini kepada seorang seusia Jenderal Kivlan, namun lebih tidak pada tempatnya lagi membiarkan orang tua seumuran Kivlan terjebak dalam ketidaktahuan yang justru menjerumuskan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun