Beberapa belakangan ini, ramai di media sosial tentang bagaimana caranya memutus rantai penyebaran virus Corona. Lockdown atau yang bisa diartikan juga sebagai mengunci. Isolasi.
Beberapa negara telah menerapkannya. Antara lain Cina, Filipina, dan Italia. Indonesia masih dalam proses mempertimbangkan kebijakan tersebut. Presiden Jokowi tak secara langsung memerintahkan lockdown. Hanya belajar, bekerja, dan beraktifitas di rumah saja.
Ada beberapa dampak yang akan terjadi jika sekiranya kebijakan lockdown ini diterapkan seluruh propinsi di Indonesia. Antara lain adalah, ekonomi berjalan lesu, negara harus menjamin kebutuhan dasar untuk hidup, juga tunggakan yang menunggu untuk dibayar.
Sebagai seorang pengemudi ojek daring selama tiga tahun terakhir, saya paham bagaimana rasanya ketika suatu bencana menghalangi untuk mengais rejeki. Seperti halnya banjir Jakarta bulan Januari kemarin yang merendam hampir seluruh wilayah termasuk kota-kota satelit di pinggirannya. Mau berangkat tapi tidak bisa. Tidak berangkat, ya tidak punya uang.
Tanggungan saya masih diri sendiri. Bagaimana dengan yang sudah punya tanggungan banyak? Tentu kebijakan lockdown ini tidak sangat bijak untuk dilaksanakan.
Bayangkan jika seorang pedagang di pasar atau apapun itu yang setiap harinya minimal bisa meraih pendapatan sejumlah 150 ribu rupiah harus berdiam diri selama 14 hari karena kebijakan lockdown oleh pemerintah pusat. Apakah mereka termasuk orang-orang yang punya tabungan cukup untuk keadaan darurat seperti ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI