Mohon tunggu...
Diva Resti Anggraeni
Diva Resti Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa psikologi semester 4. Saya senang menulis, melukis, dan mengeksplore banyak hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Love

Mengatasi Perselingkuhan dengan Mengubah Rasa Sakit Menjadi Peluang Pertumbuhan

24 Juni 2023   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2023   21:49 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perselingkuhan merupakan isu yang sangat kompleks dalam banyak hubungan interpersonal di berbagai lapisan masyarakat. Di Indonesia, isu perselingkuhan sedang banyak diperbincangkan dengan munculnya beberapa publik figur yang melakukan tindakan tersebut. Keterlibatan publik figur dalam perselingkuhan ini tidak hanya berdampak pada diri individu tersebut namun juga dapat berdampak luas pada masyarakat. Hal ini kemudian mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kesetiaan dan merusak nilai-nilai yang mendasari kehidupan berkeluarga.

Banyak penelitian yang mencoba memahami dinamika perselingkuhan, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mencari cara untuk mengatasi dampaknya. Salah satu pendekatan yang menarik perhatian saya adalah tentang bagaimana pengaplikasian psikologi positif dalam pemulihan pasca-perselingkuhan. Dalam hal ini, psikologi positif menekankan pada penguatan karakter positif seperti love dan self regulation.

Love atau kekuatan karakter cinta merupakan salah satu faktor terjadinya perselingkuhan. Namun disisi lain, kekuatan karakter cinta dapat menjadi sumber pemulihan bagi seseorang yang terlibat. Mereka dapat menggunakan kekuatan cinta untuk menghadapi keadaan yang sulit, memperkuat komunikasi, dan membangun kembali kepercayaan yang sebelumnya dihancurkan oleh perselingkuhan.

Dalam konteks perselingkuhan, self-regulation merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mencegah terjadinya perselingkuhan dan menjaga kesetiaan dalam hubungan. Self-regulation membantu individu mengelola dorongan dan godaan yang muncul dalam konteks perselingkuhan. Ketika individu dihadapkan pada situasi yang berpotensi mengarah pada perselingkuhan, maka apabila kekuatan karakter self-regulation-nya tinggi Ia dapat menggunakan strategi pengendalian diri, seperti mengalihkan perhatian, mengingat kembali komitmen terhadap pasangan, atau mencari dukungan emosional yang sehat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa sakit adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari perjalanan hidup setiap orang. Namun dibalik itu semua, rasa sakit mengajarkan kita tentang ketahanan, ketabahan, dan kekuatan dalam menghadapi setiap tantangan hidup. Ketika kita mampu mengubah pandangan kita terhadap kesakitan itu, maka rasa sakit  akan menjadi jembatan menuju pertumbuhan pribadi dan perkembangan diri yang lebih besar.

Transformasi sejati terjadi ketika kita mampu mengubah rasa sakit menjadi momentum pertumbuhan. Memang, hal tersebut bukan proses yang mudah, namun kita mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi itu semua. Jadikanlah rasa sakit sebagai alasan untuk bangkit, sebagai pemicu untuk menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Sehingga, kita akan belajar untuk memaafkan, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kita akan belajar menghargai kehidupan dan menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

Setelah perselingkuhan, seseorang memiliki pilihan untuk menjatuhkan diri dan mengizinkan rasa sakit merusaknya, atau mengambil langkah untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih kuat. Tetapi ingatlah bahwa terkadang, pertumbuhan datang melalui kesalahan dan kegagalan. Jangan biarkan mereka menjadikanmu lemah, sebaliknya jadikanlah rasa sakit menjadi batu loncatan menuju versi terbaik dari dirimu sendiri. Percayalah, kamu mampu mengubah rasa sakit menjadi peluang pertumbuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun