Mohon tunggu...
Dipa Nugraha
Dipa Nugraha Mohon Tunggu... -

Dosen UMS, aktivis dialog lintas agama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refutasi atas Jawaban Surat Terbuka Tasniem Fauzia Binti Amien Rais untuk Joko Widodo

29 Juni 2014   14:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:18 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sanggahan ini ditulis atas jawaban Achmad Room Fitrianto terhadap surat terbuka Tasniem Fauzia. Beberapa poin yang penting dalam sanggahan ini adalah sebagai berikut:

1. Achmad Room Fitrianto nampaknya susah membedakan mana Joko Widodo, mana Jokowidodo, dan bagaimana nama negaranya dieja.

2. Mendengar masukan adalah penting bagi seorang kepala negara. Meskipun demikian kemampuan menimbang dan mengolah masukan juga penting. Seorang kepala negara akan menjadi otoriter jika ia tidak mau mendengar dan seorang kepala negara akan membuat kebijakan yang tidak tepat, terburu-buru, dan tidak aplikatif jika ia asal mendengar saja segala masukan. Namun juga menjadi tidak pas jika ada prioritas afirmasi rujuk masukan ketika masukan berasal dari patronnya dan bukan kepada kebutuhan serta prioritas bagi bangsa ini.

3. Keyakinan akan berhasilnya sebuah program juga bukan perkara yang sepele. Sebuah program sebelum dicanangkan harus dikaji dulu tumpang tindihnya, reduplikasinya, imbas positif dan negatifnya, serta kans implementasinya.

4. Apakah kuasa Achmad Room Fitrianto sehingga ia berani 'sendirian' menjamin bahwa Joko Widodo akan tegas memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia dibanding kepentingan asing.

5. Ketika berbicara blusukan, dalam konteks menjadi kepala negara seluas Indonesia maka niatan dan desain blusukan harus diubah. Apakah bakal semua proyek di seluruh nusantara bakal diblusuki sedangkan tugas kepala negara jauh lebih kompleks dari hanya 'turun ke lapangan' untuk mendengar rakyat.

6. Benar bahwa kita butuh pemimpin yang tidak hanya pandai berkata-kata juga butuh pemimpin yang mau bekerja untuk memajukan Indonesia. Justru juga layak jadi renungan bahwa semua anak bangsa, profesinya apapun, memang bekerja untuk kemajuan Indonesia. Apakah demikian juga menafikan petani, tentara, diaspora Indonesia? Kemudian mengenai berkata-kata, saya justru menyukai pribadi yang bekerja, bisa menginspirasi bawahannya, dan tahu apa yang diucapkannya. Ketidaktahuan atau ketidakmautahuan seseorang atas apa yang diucapkannya adalah berpotensi tidak baik apalagi jika ia membawa tanggung jawab hidup dan masa depan sebuah bangsa.

7. Justru komunitas kebhinekaan Indonesia adalah sebuah komunitas yang menerima politikus murni, mantan jenderal, pemilik media, tokoh terkenal, anak tokoh, petani, anak petani, anak pegawai negeri sipil, profesor, poligamis, doktor lulusan luar negeri, maupun yang bukan ini atau bukan itu dalam berkesempatan mewujudkan mimpi untuk bisa memajukan Indonesia. Siapa saja yang tulus hendak memajukan Indonesia, mempunyai mimpi dan kompetensi, di bidang apapun baik memimpin atau dipimpin adalah orang yang luar biasa. Inilah semangat nasionalisme yang harus kita jaga.
Kalau bukan kita, anak bangsa semuanya, lalu siapa lagi?

Clayton, 29 Juni 2014

Rakyat - Anak Pegawai Negeri Sipil

Dipa Nugraha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun