Mohon tunggu...
Diov Hafizh
Diov Hafizh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswa sosiologi di universitas maritim raja ali haji di Tanjungpinang Kepulauan riau

Nama Lengkap : Diov Hafizh Zuhdian Tempat/tgl lahir: Tanjungpinang, 2001-22-06 Asal Universitas : Universitas Maritim raja ali haji Jurusan : Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Film

Analisis Gender dari Film "Perempuan Berkalung Sorban 2009"

27 Desember 2021   06:23 Diperbarui: 27 Desember 2021   08:01 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Analisis Gender Dari Film Perempuan Berkalung Sorban Tahun 2009"

Film Perempuan Berkalung Sorban menggambarkan kehidupan di pesantren dengan fenomena sosio-kultural yang unik, yang mana seringkali dalam realita menunjukkan peran kiai sebagai pemimpin dan pengelola pesantren lebih besar dibanding seorang nyai (perempuan). Film ini menceritakan komunitas pesantren yang menggunakan kacamata yang baku dalam menafsirkan teks-teks agama serta mendobrak sistem yang tidak berpihak kepada seorang perempuan akibat sosial dan budaya yang ada. Film tersebut juga mengandung perjuangan perempuan dalam kesetaraan gender.

Perempuan Berkalung Sorban berkisah mengenai perjalanan hidup Annisa (Revalina S. Temat), seorang wanita berkarakter cerdas, pemberani, dan berpendirian kuat. Annisa hidup dan dibesarkan di lingkungan dan tradisi Islam yang kental, di pesantren salafiah putri Al-Huda di Jawa Timur milik ayahnya Kiai Hanan (Joshua Pandelaki) pada tahun 1984. Dalam lingkungan dan tradisi tersebut, ilmu yang sejati dan benar hanyalah al- Qur'an dan Hadits, sedangkan buku-buku umum (modern) dianggap sebagai ajaran yang menyimpang. Di pesantren Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang harus tunduk pada laki-laki, sehingga Annisa beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi sangat lemah dan tidak seimbang. Sejak kecil keinginan Annisa untuk belajar menunggang kuda dan terpilih menjadi ketua kelas justru tidak direstui disebabkan ia seorang perempuan. Annisa juga sering memprotes ketika Ustadz Ali (Leroy Osmany) mengajarkan kitab yang membahas hak dan kewajiban perempuan dihadapan suami yang dirasa tidak adil bagi Annisa.

Film Perempuan Berkalung Sorban mengandung unsur patriarki yang ditunjukkan oleh sikap seorang bapak yang lebih mendukung kegiatan dan pendidikan anak laki-lakinya dibanding anak perempuannya. Adanya pembatasan terhadap tindakan yang dilakukan perempuan membuat perempuan merasa adanya ketidakadilan dalam dirinya. Ketidakadilan yang dirasakan perempuan dengan adanya tindakan yang mengesampingkan kedudukan seorang perempuan dalam memperoleh jabatan kepemimpinan. Selain itu, mengenai pendidikan, perempuan selalu dinomorduakan dari pada laki-laki. Dengan alasan, seorang perempuan tidak boleh dilepas tanpa muhrim.

Perlakuan tidak adil dan kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan sudah kental dalam cerita. Seiring dengan pergerakannya untuk memperjuangkan emansipasi wanita, dan menghapuskan gender, feminisme bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi yang berusaha melakukan pembongkaran system patriarki, mencari akar atau penyebab ketertindasan perempuan serta .mencari pembebasannya. Dengan kata lain feminisme adalah teori untuk pembebasan wanita atau pnindasan ketidakadilan terhadap wanita.

Selain memperoleh perlakuan ketidaksetaraan gender dan memperoleh kekerasan saat membangun rumah tangga, film Perempuan Berkalung Sorban menggambarkan adanya pembatasan dalam berpendapat, mengembangkan kreasi, dan larangan untuk membaca dan mempelajari buku-buku modern. Film ini membuka wacana terhadap para perempuan untuk berpikiran terbuka dan menerima pembaruan serta pembelajaran dari dunia luar sehingga tidak menjadikan seorang perempuan yang sudah berumah tangga untuk selalu tunduk dan bersembunyi di bawah naungan seorang suami.

Banyak hal yang dilakukan Anissa yang terlihat dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Berbagai macam cara yang ia lakukan merupakan bentuk perjuangannya untuk dapat memperoleh pendidikan yang lebih dan agar dapat melanjutkan kejenjang berikutnya sama seperti yang didapatkan oleh laki-laki. Padahal sebetulnya Islam memuliakan perempuan sebagai manusia yang diberi tugas dan tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki yang kelak akan mendapat siksa atau balasannya. Allah juga telah menjelaskan prinsip ajaran kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk ciptaan-Nya yang mulia.

Kesimpulan secara keseluruhan film Perempuan Berkalung Sorban menunjukkan bahwa eksistensi perempuan dalam perspektif feminis pada film ini sesungguhnya sangat diperjuangkan untuk membela hak-hak kaum wanita. Faktor kesetaraan gender yang menjadi misi perjuangan perempuan pada film Perempuan Berkalung Sorban adalah kesetaraan gender dalam memperoleh hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki, kesetaraan gender untuk bisa menjadi pemimpin yang sama dengan laki-laki, untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki, dan untuk memperoleh kebebasan mengembangkan potensi. Namun, dalam film Perempuan Berkalung Sorban tidak memberikan suatu solusi bagi penonton film tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun