SRAGEN (08/08/2023) - Keistimewaan budaya tidak dapat terlepas dari Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya. Setiap kelompok masyarakat yang mendiami tanah Indonesia memiliki kebiasan yang sering disebut dengan budaya lokal. Budaya lokal merupakan salah satu wujud paling nyata dari keragaman budaya di Indonesia.Â
Setiap daerah kebudayaan khas yang mencerminkan identitas masyarakatnya. Budaya lokal menjadi sarana bagi penduduk setempat untuk melestarikan tradisi nenek moyang serta mengungkapkan ekspresi diri dan kreativitas mereka. Terdapat banyak ragam dari budaya lokal masyarakat, salah satunya adalah tradisi berupa upacara adat.
Dalam Masyarakat Desa Dukuh terdapat satu tradisi yang masih rutin dijalankan hingga saat ini, tradisi tersebut adalah tradisi Nyadran. Tradisi Nyadran di Desa Dukuh ini memiliki ciri khas yang membedakannya dengan tradisi Nyadran di daerah lainnya. Tradisi Nyadran di daerah lainnya biasanya dilakukan untuk menyambut datangnya Bulan Ramadhan.
Sedangkan di Desa Dukuh tradisi Nyadran dilaksanakan pasca masa panen raya. Tradisi Nyadran di Desa Dukuh ini secara garis besar memiliki makna untuk menyampaikan rasa syukur Kepadan Allah SWT atas rezeki yang telah diberikan-Nya melalui hasil panen mereka.
Dalam tradisi Nyadran ini banyak makna filosofis yang terkandung di setiap unsurnya. Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya diperlukan penelitian yang dapat mengungkap semua makna dibaliknya. Oleh karena itu dengan progam "Menilik Makna Filosofis dalam Tradisi Nyadran di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen" menjadi upaya dalam mengungkap makna filosofis yang terdapat dalam tradisi Nyadran.
Proses penelitian ini di mulai sejak 21 Juli 2023 hingga 6 Agustus 2023. Untuk memperoleh data terkait makna filosofis tradisi Nyadran di Desa Dukuh perlu adanya informasi dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan lebih terkait tradisi Nyadran itu sendiri. Wawancara dilakukan dengan kepala desa Dukuh, bayan Dukuh, guru setempat dan beberapa warga yang dianggap mengerti makna yang ada dalam tradisi Nyadran.
Dari data yang diperoleh kemudian dijadikan satu dan ditulis dalam satu bentuk artikel ilmiah. Dengan adanya luaran berupa artikel diharapkan makna filosofis yang ada dalam terekam dan diketahui oleh masyarakat luas sehingga tradisi Nyadran ini akan tetap bertahan hingga nanti mengingat makna yang ada terkandung sangat dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H