Mohon tunggu...
Agustin Dio Revaldo
Agustin Dio Revaldo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Aplikasi TEMU Akan Masuk Indonesia: Kiamat bagi UMKM

8 Oktober 2024   15:05 Diperbarui: 8 Oktober 2024   15:18 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat lalu, tanggal 24 - 25 September 2024, baru saja diadakan acara E - Commerce Expo 2024 di  Nusantara Hall, Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD. Pada saat acara tersebut berlangsung, terdapat salah satu aplikasi e - commerce dari China yang ingin masuk ke Indonesia, aplikasi tersebut adalah TEMU.

Aplikasi TEMU sendiri merupakan aplikasi e - commerce, dimana kita bisa membeli gadget, fashion, peralatan rumah dan hampir semua ada di dalam aplikasi tersebut. Aplikasi TEMU sendiri merupakan anak perusahaan dari PDD Holdings, yang juga punya perusahaan e - commerce besar di China, yaitu PIN DUO DUO. Aplikasi TEMU sudah berekspansi lebih dari 70 negara di dunia, termasuk Filipina, Malaysia, dan juga Thailand.

Yang membedakan aplikasi TEMU dengan aplikasi e - commerce yang sudah ada di Indonesia pada saat ini adalah aplikasi ini yaitu menjual barang dari produsen langsung ke konsumen atau disebut dengan model bisnis F2C (Factory To Consumer). Jadinya, harga barang barang yang ditawarkan memiliki harga atau nominal yang jauh lebih murah diperkirakan sekitar 70 - 90 persen jika dibandingkan dengan barang yang ditawarkan oleh e - commerce lain. Hal ini dapat terjadi karena aplikasi TEMU tidak perlu membayar biaya toko, tidak perlu membayar biaya re - seller, tidak perlu membayar biaya distributor, dan melakukan pengiriman langsung dari pabrik atau produsen ke konsumen. Karena itu lah aplikasi TEMU bisa menawarkan harga yang jauh lebih murah.

Drs. Teten Masduki sebagai Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia mengatakan, “Aplikasi ini sangat berbahaya, bisa membuat UMKM dan industri Indonesia kalah saing, bahkan bisa membuat banyak perusahaan melakukan PHK secara besar - besaran” “Itu (TEMU) pasti akan menghilangkan banyak rantai distribusi, banyak kehilangan lapangan kerja, termasuk produknya akan lebih efisien, sehingga mungkin produk kita tidak bisa bersaing”.

Novina Putri Bestari sebagai salah satu jurnalis dari CBNC Indonesia mengatakan, “Temu baru masuk ke Asia pada bulan Juli tetapi segera melibas pesaing pesaing seniornya. la langsung menduduk peringkat 1 di Play Store dan App Store Jepang mengalahkan raksasa e-commerce lainnya. Sementara D Korea Selatan, aplikasi itu juga menduduki nomor 1  Dominasinya menyalip Alibaba Ali Express dan Shein”.

Budi Arie Setiadi sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Maju mengatakan ke banyak awak media, “Kami dari Kominfo sangat berkepentingan untuk turut menjaga nasib UMKM kita, UMKM Indonesia, karena disitu ada tenaga kerja kan, jadi jangan sampai platform dari luar negeri ini, bisa menghancurkan UMKM kita. Kita harus melindungi UMKM kita” “Kita enggak akan kasih kesempatan. Masyarakat rugi, kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung, kalau membuat masyarakat rugi buat apa”

Sejak pertama kali aplikasi TEMU mencoba masuk Indonesia pada September 2022, aplikasi TEMU sendiri sudah ditolak hingga tiga kali berturut turut oleh pemerintah Indonesia, salah satu alasannya ditolak oleh pemerintah yaitu karena model bisnis F2C (Factory To Consumer) yang mereka terapkan dianggap tidak sesuai dengan ketentuan atau regulasi perdagangan di Indonesia, khususnya peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2021. Tentunya, pemerintah sangat khawatir akan keinginan masuknya aplikasi TEMU ke Indonesia, karena dengan masuknya aplikasi ini, akan membuat UMKM lokal kesulitan untuk bersaing, karena harga barang yang dijual jauh lebih murah karena rantai distribusi yang dipotong. Aplikasi TEMU sampai saat ini belum bisa masuk Indonesia, tapi akan selalu berusaha untuk masuk, tetapi setiap pergerakan yang dilakukan perusahaan aplikasi ini akan selalu dipantau oleh pemerintah.

UMKM di Indonesia juga akan dengan mudah hancur karena banyaknya produk China yang dijual langsung kepada masyarakat Indonesia, tidak hanya itu aplikasi TEMU juga akan menghancurkan banyak peluang bisnis, seperti bisnis distributor, bisnis re - seller, bisnis affiliator,  bisnis dropshipper, dan pihak ketiga saat melakukan penjualan barang. 

Hal hal ini tentu saja akan sangat berdampak buruk bagi ekonomi Indonesia tentu saja ekonomi luas. Jika sampai terjadi tentu saja perekonomian Indonesia akan pelan pelan menurun bahkan tidak menutup kemungkinan perekonomian Indonesia akan hancur, karena usaha usaha lokal yang ada di Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. 

Jika UMKM Indonesia hancur maka akan berdampak sangat buruk bagi negara, karena UMKM Indonesia merupakan ladang pekerjaan di Indonesia, dengan mampu menyerap hingga 97 persen tenaga kerja di Indonesia, UMKM juga berkontribusi besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia, yaitu sekitar 60,6 persen, UMKM juga dapat memutar roda perekonomian daerah karena bahan baku produksinya bisa didapatkan dari masyarakat sekitar, UMKM dipercaya memiliki ketahanan ekonomi yang tinggi sehingga dapat menjadi penopang stabilitas sistem keuangan dan perekonomian.

Pemerintah sangat mengharapkan bahwa masyarakat harus turut ikut menolak kehadiran aplikasi TEMU di Indonesia. Sangat diharapkan masyarakat Indonesia tetap bangga dan tetap senang untuk membeli produk produk yang dihasilkan produsen lokal yang ada di Indonesia, jangan mudah tergiur dengan produk produk China yang ditawarkan dengan harga murah, karena dengan kita tergiur produk produk yang ditawarkan memiliki kemungkinan menghancurkan perekonomian di Indonesia sendiri. Tindakan masyarakat sangat penting di dalam kasus aplikasi TEMU ini, dengan mendukung pemerintah untuk menolak aplikasi TEMU tersebut, masyarakat sudah turut serta menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun