Mohon tunggu...
Dio Prasasti
Dio Prasasti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sebuah Dongeng Tentang dari Dunia Maya

12 Maret 2016   17:58 Diperbarui: 12 Maret 2016   18:52 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="media online pertama di dunia yang bertahan sampai saat ini sumber: screenshot pribadi"][/caption]Pada zaman dahulu, manusia sangat kesulitan dalam mendapatkan informasi. Suatu berita yang terjadi  di tempat yang jauh,  akan diterima berhari-hari kemudian. Hal ini menyebabkan banyaknya informasi menjadi basi atau tidak sesuai fakta. Setelah manusia menemukan kertas dan mesin cetak, koran pun diproduksi. Manusia pun menjadi bisa lebih cepat mendapatkan informasi.

Namun, era teknologi pun datang. Manusia mulai haus akan kebutuhan informasi yang semakin cepat. Kehadiran telepon menjadi sarana manusia dalam mendapatkan informasi. Namun, media yang menyediakan berita jurnalistik masih menjadi media yang lebih dipercaya manusia. Seiring berjalannya waktu, koran bahkan menjadi hal yang mulai basi. Hal ini membuat munculnya jurnalisme di dalam internet menjadi kebutuhan bagi manusia. Dengan hadirnya internet, manusia bisa mendapat informasi dengan lebih cepat.

Internet sendiri awalnya merupakan sebuah alat milik Amerika Serikat untuk berperang. Menurut J.B. Singer,  tahun 1965, berita elektronik pertama  digunakan. Hal ini diikuti disebarkannya berita  lewat layanan email di sekitar tahun 1970-an. Pada tahun 1979, berita yang sifatnya publik dan diskusi melalui Usenet diluncurkan. Dan pada tahun 1991, World Wide Web yang pertama diperkenalkan pada masyarakat banyak (Deuze, 1991, 374)

[caption caption="Wired Magazine saat ini sumber: screenshoot pribadi"]

[/caption]Menurut J. Katz, setelah tersebarnya internet di dunia (terutama negara-negara Barat), pers mulai menggunakan ‘alat’ ini untuk mempublikasikan beritanya.  Di dunia, media online lokal pertama di dunia adalah Chicago Tribune di Amerika Serikat. Media ini diluncurkan tahun 1992. Hingga pada tahun 1993, sebuah situs berita bernama Wired Magazine memulai publikasinya. Mereka mendapat respon yang sangat baik dari publik. Bahkan mereka sengaja menyasar pengguna internet atau netizens, sebagai target mereka. (Deuze, 1991, 375). Bersamaan dengan terbukanya arus informasi, “sang internet” akhirnya mulai masuk ke negara-negara ketiga. Tren “mereka” pun tiba di Indonesia.

‘Mereka’ Menyebar Ke Indonesia.....

[caption caption="screenshoot pribadi"]

[/caption]Carut marut perpolitikan yang terjadi di Indonesia, tidak menghentikan kekuatan dari “sang internet” untuk masuk ke Indonesia. Sekitar tahun 1990-an, proyek hobi beberapa orang yang tertarik membangun jaringan komputer, disebut-sebut sebagai awal sejarah internet di Indonesia. Beberapa nama seperti Rahmat M. Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu Surya, Firman Siregar, Adi Indrayanti, dan Onno W. Purbo, kerap dimasukkan dalam sejarah ini (Margianto dan Syaefullah,2014, 15-16)

Pada 17 Agustus 1994, kemunculan media online pertama di Indonesia, Republika.com, menjadi tonggak munculnya pers online pertama di Indonesia.  Dua tahun kemudian, pembredelan yang menimpa Tempo, membuat mereka mendirikan tempointeraktif.com (cikal bakal tempo.co). Kehadiran mereka disusul oleh situs miliki Bisnis Indonesia di 1996, Waspada Online di 1997, hingga Kompas Online di tahun yang sama. Merekalah yang sering disebut sebagai generasi pertama media online di Indonesia. Namun mereka hanya memindahkan isi cetak mereka ke online. Kecual Tempo yang saat itu masih dibredel pemerintah.

 Namun saat itu, internet belumlah menjadi lahan bisnis bagus di Indonesia. Berbeda dengan media online, mailing list malah lebih ngetren terlebih dulu dari media online. Mailing list Indonesia pertama di dunia dibentuk oleh beberapa mahasiswa Indonesia di Berkeley, AS. Tahun 1987-1988, mereka membentuk indonesians@janus.berkeley.edu. Gunanya untuk membangun jiwa nasionalis.

Namun, di dalam milis tersebut, sering terjadi diskusi SARA. Hingga beberapa orang memutuskan membuat milis dengan target yang lebih terkotak-kotak. Contohnya saja: is-lam@isnet.org; dialog@isnet.org; dan  hikmah@isnet.org - pertanyaan & jawaban tentang kristen oleh ISNET. Atau seperti paroki@paroki.org untuk mereka yang beragama Katolik. Setelah itu, muncullah beragam milis lain di Indonesia (http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Sejarah_Internet_Indonesia:Mailing_List_Indonesia). Bahkan bukan tidak mungkin, beberapa milis yang mempersatukan mahasiswa untuk meruntuhkan pemerintah masih bisa kita temukan terekam di dunia maya.

 Beberapa milis dari tahun 1998, masih bisa kita temukan di sini

 Di masa Indonesia yang sedang krisis media saat itu. Tabloid Detik menjadi salah satu yang dihancurkan pemerintah diktator saat itu. Budiano Darsono, salah seorang wartawannya tidak menyerah. Dengan modal handy talkie dan perekam, dia meliput tragedi 1998. Dialah juga yang mencetuskan situs detik.com. Bersama Yayan Sopyan, Abdul Rahman, dan Didi Nugrahadi, Budiano mendirikan detik.com (https://www.maxmanroe.com/budiona-darsono-pendiri-detik-com-media-online-terbesar-di-indonesia.html). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun