berpengalaman dalam berorganisasi sehingga mereka tetap fokus.
Malam-malam yang panjang serta hari kerja ekstra mulai menyertai panitia HPN sejak bulan Oktober 2010. Praktis hampir setiap hari selalu berkoordinasi antarseksi dan setiap minggu rapat pleno lengkap. Rapat-rapat secara bergantian dipimpin Bung Andre, saya atau Ary. Bahkan banyak kali langsung dipimpin Sekda NTT, Frans Salem di Aula Setda NTT, lantai II Kantor Gubernur. Setiap seksi pun menggelar rapat sendiri mempersiapkan segala sesuatunya.
Venue untuk acara puncak HPN pada 9 Februari 2011 yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan topik yang hangat. Berdasarkan hasil survei panitia pusat, hanya ada dua tempat yang representatif di Kupang yang bisa menampung 700 hingga 1.000 orang yaitu GOR Flobamora atau Aula El Tari. Dilema muncul tatkala melihat wajah GOR Flobamora yang butuh dana besar untuk renovasi. Pilihan akhir jatuh pada Aula El Tari. Yang dibenahi hanya sistem akustiknya agar suara tidak berdengung lagi. Pembenahan akustik selesai tepat waktu. Aula El Tari dipercantik dan memang indah memanjakan mata.
Sejak awal Gubernur Frans Lebu Raya menekankan satu hal penting. Di tengah berbagai keterbatasan, NTT harus menjadi tuan rumah yang baik dan memberi perbedaan dengan tuan rumah HPN tahun-tahun sebelumnya. Berikan sesuatu yang berkesan dan lama diingat 1.000-an tamu yang datang pada HPN 2011 di Kupang. Panitia pun menerjemahkan pesan itu melalui beberapa hal cara yang spesial dan belum pernah ada pada HPN sebelumnya. Sebut misalnya, menyiapkan tenaga Liaison Officer (LO) yang akan mendampingi delegasi dari 33 provinsi, duta besar negara sahabat serta mitra pers nasional dari dalam dan
luar negeri.
Bung Dr Johny Lumba dari UKAW Kupang dan Sipri Seko bersama timnya sukses merekrut 70 putra- putri NTT sebagai LO. Mereka smart dan jadi penghubung yang mengesankan. Ada mahasiswa, mahasiswi. Ada pula dosen dan karyawan. Mereka itu minimal bisa berbahasa Inggris. Bahkan ada yang cakap berbahasa Jerman dan Perancis. Panitia HPN Kupang juga menyiapkan mobil untuk setiap delegasi, sesuatu yang belum pernah ada pada penyelenggaraan HPN terdahulu.
HPN Kupang akan lama dikenang peserta karena mereka disambut ramah sejak kedatangan di Bandara El Tari hingga pulang dengan membawa sekian banyak souvenir khas NTT seperti patung Komodo, topi Ti'i Langga, selendang tenun ikat, Sasando dan lainnya. Di Bandara El Tari saat kedatangan semua bagasi milik degelasi dari 33 provinsi diurus panitia. Dua nama patut saya sebut yaitu Ferdy Amatae dan Hermensen Ballo yang sigap dan rapi mengurus semua bagasi tanpa komplain. Peserta HPN Kupang 2011 sungguh mendapat pelayanan istimewa.
Spirit Kebersamaan
Dana untuk HPN merupakan masalah krusial. Dalam banyak kesempatan berkomunikasi dengan pimpinan eksekutif dan legislatif kami selalu menggarisbawahi bahwa HPN Kupang jangan sampai menjadi beban bagi APBD Provinsi ataupun kabupaten dan kota di NTT. Mesti dicari cara yang bijaksana agar seluruh pembiayaan HPN bisa terkover dengan sumber bukan satu-satunya dari APBD.