Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak boleh lagi terus merasa inferior, minder, tidak percaya diri. Kita tidak pernah meminta dilahirkan sebagai anak NTT. Terlahir sebagai anak NTT adalah anugerah. SAYA menghabiskan waktu hampir enam jam saat pulang dari Manado ke Kupang hari itu, Selasa 18 Desember 2012 atau dua hari sebelum Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merayakan Hari Ulang Tahuhnya ke-54. Kabut tipis dan renai gerimis menyelimuti Bandara Sam Ratulangi tatkala pesawat Lion Air take off sekitar pukul 06.10 Wita menuju Surabaya dengan transit selama 25 menit di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Penerbangan Surabaya-Kupang berlangsung lebih nyaman lantaran cuaca siang itu lumayan cerah. Bumi Kupang baru saja bermandikan hujan ketika Lion Air mendarat tak seberapa mulus di run way Bandara El Tari sekitar pukul 14.50 Wita. Ya, saya pulang untuk kesekian kalinya ke kota ini. Pulang untuk libur bersama keluarga setelah hari-hari menjalani penugasan di Harian Tribun Manado, salah satu koran Grup Kompas Gramedia, kolega Harian Umum Pos Kupang.
Om Ali, sopir taksi langgananku batal menjemput karena mendadak ibunya sakit. Saya pilih taksi Om Sius menuju perumahan Lopo Indah Permai, Kolhua. Saat meninggalkan area parkir Bandara El Tari, Om Sius langsung berceloteh tentang Hypermart, pasar modern pertama di Kupang yang baru dibuka sehari sebelumnya. "Ramai sekali bu. Orang Kupang dong mangkali su borong abis barang-barang di Hypermart," katanya sambil terkekeh.
Om Sius menyebut lokasi pasar modern tersebut berada di Bundaran PU, kira-kira hanya selemparan baru dari Jembatan Liliba. Rupanya Om Sius sengaja menunjukkan kepada saya karena dia memilih jalur itu sebelum memutar mobil taksi ke arah Oebufu, Maulafa terus menuju ke perumahan BTN Kolhua.
Ketika melintas di bundaran PU mata saya masih menangkap sisa-sisa pesta pembukaan Hypermart oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya. Ada kerumunan spanduk dan umbul-umbul aneka rupa dan warna. Juga sampah yang belum seluruhnya disingkirkan.
Perasaan senang sekaligus bangga menghiasi batin. Luar biasa Kupang, kota tempatku menjalani hidup lebih dari 20 tahun terakhir. Kalau pasar modern telah masuk di ibu kota provinsi ini berarti secara ekonomis Kupang bukanlah yang terletih geliat bisnisnya di antara ibu kota provinsi lain di ini negeri.
Sontak pikiranku melayang jauh ke awal tahun 2010. Suatu hari di penghujung April, ponselku berdering. Telepon masuk dari Hendri Ch Bangun, wartawan senior Harian Kompas yang sehari-hari menjabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
"Dion, kami baru selesai rapat pleno pengurus harian PWI Pusat. Dalam rapat tadi pimpinan PWI setuju kalau peringatan Hari Pers Nasional tahun 2011 berlangsung di Kupang sebagaimana permintaan PWI Cabang NTT tahun yang lalu. Apakah NTT siap? Tugasmu diskusikan segera dengan gubernur dan wakil gubernur serta pimpinan Dewan. Kami tunggu jawaban secepatnya. Kalau NTT tidak siap akan dialihkan ke daerah lain yang mau. Ini sudah antre Sulsel, Sulut dan Jambi bahkan Jatim. Saya tunggu kabar balik ya.." Klik. Sambungan telepon terputus.