Mohon tunggu...
Dion DB Putra
Dion DB Putra Mohon Tunggu... profesional -

Dion DB Putra adalah wartawan. Dion lahir di Ende, salah satu kota bersejarah di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sampai detik ini masih belajar membaca dan menulis...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bungkam

7 September 2010   14:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:22 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_252618" align="alignleft" width="250" caption="ilustrasi"][/caption] SELASA, 6 Juli 2010. Dua bom molotov meledak di Kantor Majalah Tempo di Jalan Proklamasi No. 72 Menteng- Jakarta Pusat. Bom dilempar dua orang tak dikenal sekitar pukul 02.40 WIB. Bom meledak tepat di kaca depan kantor Tempo. Bom dilempar dari jarak sekitar 10 meter. Satpam melihat dua orang mengendarai sepeda motor bebek, pakai jaket gelap dan menutup wajah dengan helm. Tidak ada korban jiwa, namun pelemparan bom itu merupakan teror terhadap pers. Bom itu meledak hanya beberapa hari setelah Majalah Tempo menurunkan liputan utama tentang Rekening Gendut milik sejumlah perwira polisi. Sampai detik ini polisi belum mengungkap pelempar bom. Zero progress. Tidak ada perkembangan sama sekali! JUMAT, 30 Juli 2010. Ardiansyah Matra'is (25), wartawan Merauke TV di Kabupaten Merauke, Papua, ditemukan tewas terapung di aliran Sungai Marau di kawasan Gudang Arang. Hasil otopsi menunjukkan ada bekas penganiayaan. Sebelum Matra'is ditemukan tewas telah beredar pesan singkat (SMS) melalui telepon seluler berisi ancaman pembunuhan terhadap wartawan di Merauke. Ancaman terkait proses Pemilihan Umum Kepala Daerah Merauke Agustus 2010. Hampir sebulan ini polisi belum berhasil mengungkap siapa pembunuh Matra'is. SENIN, 2 Agustus 2010. Saat melakukan tugas jurnalistik, tiga orang wartawan, Melky Pantur (Suara Flores), Ferdinan Ambo (TVRI NTT) dan Maksi MD (Sukses Indonesia), dikeroyok beberapa oknum pegawai negeri sipil (PNS) di ruang kerja Kepala Puskesmas  Beokina, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Selain dipukul, perangkat kerja para jurnalis seperti kamera dirusak, tas dan kartu pers pun dirobek oknum PNS di Puskesmas Beokina, sekitar 15 kilometer dari Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Dalam kesakitan para wartawan lari dari Puskesmas itu meninggalkan sepeda motor. Mereka masuk hutan kemudian ke jalan raya dan menumpang sepeda motor ojek menuju RSUD Ruteng. Pantur menderita lebam dan memar pada bagian wajah, hidung dan teliga. Dia juga mengaku pusing dan sesekali kesulitan bernapas akibat gebukan. Ambo sakit di leher karena dicekik. Maksi MD hanya dibentak. JUMAT, 13 Agustus 2010. Kasus pembunuhan wartawan HarianBernas Yogyakarta, Fuad Muhammad Syafrudin alias Udin menjadi noda hitam dalam sejarah pers Indonesia. Kasus Udin kadaluarsa secara hukum  karena telah berusia 14 tahun. Jelas tidak akan pernah lagi pengadilan untuk mengungkap kematian Udin. Kasus penganiayaan Udin terjadi pada Selasa, 13 Agustus 1996. Belasan tahun pembunuh Udin tidak bisa diungkap aparat penegak hukum Indonesia. Udin kuat dugaan dihabisi dengan keji karena karya jurnalistiknya pada tahun 1995-1996 keras mengeritik ketidakberesan penguasa  di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). SENIN, 16 Agustus 2010. Walikota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, H Muhidin menilai profesi wartawan itu hina. Bahkan berdosa karena wartawan suka mengoreksi kesalahan orang lain (kontrol sosial). "Pekerjaan wartawan itu berdosa," kata Muhidin usai memimpin apel perdana di lingkungan Pemkot Banjarmasin. Dia tidak sedang bercanda karena menyatakan siap kalau pers menuntutnya secara hukum.  Muhidin baru dilantik sebagai walikota 12 Agustus 2010. Bayangkan, pejabat publik menilai profesi jurnalis menunaikan peran social control sebagai pekerjaan hina. SABTU, 21 Agustus 2010. Ridwan Salamun,  wartawan sekaligus kontributor SUN TV (grup MNC), Wilayah Tual Maluku Tenggara, tewas saat meliput perkelahian dua kelompok masyarakat di daerah itu. Ridwan tewas akibat luka tebasan parang di kepala. Ia menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 08.00 WIT dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ridwan sedang meliput bentrokan antara warga Banda Eli dan warga dusun Mangun, Desa Fiditan, Tual. Seseorang dari salah satu kelompok yang bertikai menyabetkan parang ke kepalanya. RABU, 1 September 2010. Komandan Kodim 0727/Karanganyar Letkol Inf Lilik Sutikna menganiaya Triyono (30), wartawan Harian  Solopos. Dalam berita yang terbit 1 September 2010, Triyono mengungkapkan fakta persidangan dengan menulis Kodim dan Polres Karanganyar menerima aliran dana subsidi dari Kementerian Perumahan Rakyat yang dikelola Koperasi Serba Usaha Sejahtera Karanganyar. Fakta ini terungkap dari hasil tanya jawab antara ketua majelis hakim RE Setiawan dan saksi Nanik Triningsih. Saat itu berlangsung sidang dugaan korupsi dana subsidi pemugaran dan perumahan untuk buruh, Griya Lawu Asri di Karanganyar dengan terdakwa Handoko Mulyono. Pemukulan terjadi 1 September. Namun Triyono baru melaporkan kasus ini ke Detasemen Polisi Militer (Denpom) IV/Diponegoro, Selasa (7/9/2010). "Saya tidak berani melapor karena khawatir keselamatan diri dan keluarga saya," kata Triyono. SIAPA LAGI WARTAWAN INDONESIA  yang bakal menjadi KORBAN BERIKUT?? Negeri apakah ini? Wartawan pasti  tidak sempurna dalam menunaikan profesinya. Tentu ada salah dan khilaf. Tapi mestikah dibalas dengan kekerasan bahkan sampai menghilangkan nyawa? Dalam sebulan dua wartawan Indonesia tewas... hampir saban bulan wartawan teraniaya. Salam damai...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun