[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="http://media.vivanews.com"][/caption]
Permasalahan PT Freeport tak pernah habis. Mulai kasus penembakan yang belum usai dan kini muncul masalah baru terkait perekrutan mantan marinir AS untuk bekerja di bagian pengamanan logistik. Kenapa bermasalah? Karena pada kenyataannya keputusan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Rozik B Soetjipto ini mendapat tanggapan keras dari para anggota DPR yang tergabung dalam Tim Pengawas Otonomi Khusus Papua-Aceh di Gedung DPR, Kamis 16 Februari 2012.
Salah satu anggota Timwas menilai bahwa penunjukan eks marinir AS untuk mengamankan logistik di PT Freeport adalah salah satu bentuk ketidak percayaan terhadap bangsa sendiri. Sementara yang lain juga mempertanyakan kenapa harus memakai tenaga asing, padahal orang Indonesia yang berpotensi juga ada. Rozik pun berusaha membela diri bahwa perekrutan eks marinir AS itu melalui jasa konsultan yang berbadan hukum Indonesia. (sumber)
Yah dari sini bisa dinilai, jika kita sendiri sebagai orang Indonesia saja tidak percaya dengan saudara kita sebangsa dan setanah air, lalu bagaimana dengan orang luar? Banyaknya tenaga asing yang bekerja di Indonesia memang sudah menjadi fenomena tersendiri, sehingga membuat banyak yang menyerbu dan menggeser "tempat" kita sebagai warga pribumi.
Siapakah yang disalahkan? Kebijakan perusahaan ataukah memang kita sebagai warga pribumi dinilai kurang berkompeten? Tapi tunggu dulu, bagaimana bisa belum melihat kok sudah memberikan penilaian? Kenapa tidak diberikan kesempatan?
Wah kenapa saya banyak nanya ya? Soalnya saya bingung juga sama para pimpinan perusahaan yang sukanya merekrut tenaga asing itu, seperti yang ditulis oleh salah seorang kompasianer disini. Alasannya mungkin juga mereka lebih pintar, lebih berpengalaman jadi kemungkinan lebih bisa memajukan perusahaan. Jika sudah begini bukannya malah nambah banyak pengangguran, karena kurangnya kesempatan dan kepercayaan terhadap mereka untuk menunjukkan potensinya.
Lalu , apa potensi seseorang itu hanya ditunjukkan melalui serangkaian test di atas kertas? Atau hanya berdasarkan Indeks Prestasi? Sayangnya saat ini itu masih menjadi prioritas saat kita melamar pekerjaan, belum lagi unsur "koneksinya".
Jadi jangan salahkan jika para buruh banyak demo, Freeport juga belum aman, karena kebijakan-kebijakan yang menurut saya justru tidak "bijak". Seharusnya sebagai sesama saudara sebangsa dan setanah air, kita harus mampu saling bantu untuk meningkatkan kesejahteraan dan menunjukkan bahwa orang Indonesia itu juga banyak yang berpotensi (*mimpi kali yeee?).
Sebagai contoh kasus Freeport diatas jika memang ingin aman ya sebaiknya memakai jasa bangsa sendiri terutama penduduk asli supaya mereka juga merasa dihargai dan tidak 'dijajah" di kampung sendiri.  Rasanya terlalu berlebihan jika memakai jasa eks marinir asing padahal di Indonesia sendiri memiliki banyak anggota TNI Polri yang juga mahir dalam bidangnya. Jadi mengutip kata anggota Timwas dari Fraksi Partai Golkar Yoris Rameway untuk direktur Freeport: " Apa anda tidak percaya orang Indonesia?"
Selamat malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H