Mohon tunggu...
dio
dio Mohon Tunggu... -

its all good

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencicipi Manisnya Buah Oke Oce

26 Februari 2018   16:46 Diperbarui: 26 Februari 2018   17:10 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: detik.com

"Warung Makan Oke Oce di Pasar Minggu Tutup" membaca artikel yang diterbitkan oleh Tribunnews ini membuat saya teringat sesuatu. Bukan karena warung makannya, namun karena nama oke oce yang dibawa-bawa. Warung makan ini bukanlah mitra Oke Oce. Namanya Oke Oce karena berada didekat posko Oke Oce saat masa kampanye pilkada Jakarta (Tribunnews.com). Oke Oce merupakan program unggulan Anies-Sandi saat kampanye. program ini berjanji akan memberikan modal, tempat usaha bahkan pembeli kepada masyarakat yang berminat untuk membuka usaha. Sebuah program dengan janji yang sangat manis bukan?

Kini setelah menjabat jadi Gubernur dan Wakil gubernur Jakarta, bagaimanakah kelanjutan dari program Oke Oce?. Hingga kini, masyarakat yang ikut mendaftar menjadi anggota Oke Oce sudah mencapai 5000 orang, mungkin lebih (Detiknews.com). Sebagian besar belum membuka bisnis karena terbentur modal. Terakhir kali, yang ramai diberitakan adalah perihal modal pinjaman yang tinggi hingga 13 persen. Namun bukankah saat kampanye Anies-Sandi berjanji akan memberikan modal?

Terkait dengan modal, Anies-Sandi mengatakan tidak pernah berjanji memberikan modal kepada masyarakat, yang dijanjikan adalah, dicarikan akses untuk mendapatkan modal (Kompas.com). namun banyak mata dan telinga yang melihat serta mendengar janji tersebut. Baik secara langsung maupun melalui spanduk kampanye yang disebar dijalan-jalan. Namun ini semua dibantah bahkan terkait spanduk kampanye sekali pun yang dikatakan diproduksi oleh relawan (Kompas.com).

Bisa dipastikan kata "dimodalin" pada spanduk kampanye hanyalah janji manis yang ditiup untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Apakah itu berjanji itu salah? Berjanji tidaklah salah, tidak menepati janji juga tidak masalah. Yang salah adalah masyarakat, orang-orang yang percaya dan terlalu berharap kepada janji tersebut. Karena pada hakikatnya, Berjanji dan menepati adalah dua hal yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun