Mohon tunggu...
dio
dio Mohon Tunggu... -

its all good

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Duh, Anies... Monas kok Jadi Begini?

17 Februari 2018   11:03 Diperbarui: 17 Februari 2018   11:12 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: rilis.id

sumber gambar: tempo.co
sumber gambar: tempo.co
Monumen nasional (Monas) merupakan salah satu cagar budaya bagi indonesia. Selain itu Monas juga merupakan icon dari kota Jakarta. Selama beberapa priode pemerintahan Gubernur Jakarta, Monas hanya diperuntukkan bagi kegiatan kenegaraan. Masyarakat yang ingin berkunjung diperbolehkan untuk kegiatan liburan.

Setelah Anies Baswedan menjabat menjadi gubernur Jakarta, beliau melakukan perubahan terkait pemanfaatan Monas. Hal ini tertuang pada peraturan Gubernur nomor 160 tahun 2017 tentang pengelolaan kawasan Monas yang diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan, sosial, budaya dan keagamaan.

Perubahan pengelolaan kawasan Monas ini memberikan banyak dampak. Anies memberikan kebijakan untuk melepas pagar pembatas yang melindungi rumput dilapangan Monas (Tribunnews.com). Dampak dari kegiatan ini adalah rusaknya rumput yang ada dilapangan tersebut. Perayaan malam pergantian 2018 lalu, menyebabkan banyak rumput yang mati sehingga pihak pengelola harus mengganti (menanam kembali) rumput dilapangan tersebut.

Petugas UPT Monas juga mengeluhkan kondisi ini, dimana mereka harus bekerja lebih keras. Namun hal ini dibantah oleh kepala UPT Monas, Munjirin. Selain itu, Anies tidak mempermasalahkan rumput dikawasan Monas yang rusak akibat terinjak-injak. Menurutnya, rumput yang rusak bisa ditanami kembali dan tidak membutuhkan waktu yang lama (Kompas.com).

Selain rusaknya rumput, banyak masyarakat yang mengeluhkan bau pesing disekitar Monas (Kompas.com). Entah karena fasilitas toilet yang tidak cukup atau karena banyak orang iseng yang buang air kecil sembarangan. Padahal saat perayaan malam tahun baru tersebut, UPT Monas mengaku telah menyiagakan sekitar 450 personil kebersihan dan berjaga hingga jam 1 pagi.

Kondisi Monas yang semakin "kumuh" dinilai masyarakat menjadi sebuah kemunduran. Saat Monas masih tertutup untuk umum, Lapangan Monas terlihat berwarna hijau dengan kondisi rumput yang subur. Tidak ada bau pesing disekitaran Monas. Selain itu, Monas yang diperbolehkan untuk kegiatan unjuk rasa, dapat mengganggu kenyamanan rusa yang ada di sana. Suara yang terlalu bising dapat menyebabkan rusa menjadi stress. Hal ini tidak sesuai dengan aturan Animal Walfare.

Banyak pihak yang menyayangkan kebijakan Anies. Memang, tujuan dari kebijakan ini baik. Agar masyarakat dapat menikmati cagar budaya yang dimiliki Jakarta dan Monas menjadi tempat berkumpul bersama. Namun hal ini juga memberikan efek samping kerusakan Monas dari berbagai sisi. Monas semakin kumuh, dengan tingkat kejahatan yang tinggi pula.

Memang kerusakan itu dapat diperbaiki. Rumput yang rusak dapat ditanami kembali. Namun, bukankah hal itu memakan dana yang tidak sedikit?. Menilik hal ini, sangat wajar jika banyak pihak yang mengatakan kebijakan dimasa pemerintahan Anies-Sandi diambil tanpa perhitungan yang matang. Benar-benar disayangkan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun