Panggillah JiwamuBy: Dion Juanda Gibran
Seorang bijak mengatakan,
“Jika bersedih, panggillah jiwamu
dengan harapan sebagai janji.
Karena kebaikan bagi jiwa adalah adanya janji.
Jadikan harapanmu menjadi perisai
atas serangan putus-asamu,
hingga waktu akan menghapus kesedihan itu.
Tak usah kawatirkan akan terjadi sesuatu,
sebab ini akan membuat orang yang hidup
mati sebelum kematian itu sendiri.
Kesedihan itu tidak akan abadi,
seperti juga kesenangan tidak akan lestari.
Banyak hari yang diawali dengan kesuntukan,
dan pada akhirnya menjadi keindahan.
Selama roh masih bersarang dalam badanmu,
baringkan punggungmu dengan senang hati dan tidurlah,
karena semua akan tentram adanya.”
Ada kalkulator? Dan hitunglah - dalam setahun ada tiga puluh satu juta lima ratus tiga puluh enam ribu detik. Dan setiap detik adalah pemberian Tuhan yang sangat berharga untuk kita gunakan. Jika kita menyia-nyiakannya, detik-detik itu akan kembali kepada Tuhan, tidak akan kembali kepada kita. Waktu itu akan pergi untuk selamanya. Waktu Kehidupan datang menemuimu dengan sendirinya, karena waktu tadi dan kemarin, telah berlalu - sedangkan waktu nanti dan besok, belumlah datang. Yang ada hanyalah waktu sekarang, dan saat ini.
Panggillah jiwamu, untuk menjadikan waktu sekarang, saat ini, dan disini – now and here – sebagai napas kehidupanmu. Banyak kegalauan muncul dihati karena ketiadaan disiplin pada diri sendiri. Disiplin diri adalah penjaga Sang Waktu, yang akan membuat dirimu jadi pemenang kehidupan. Pelajarilah perjalanan Waktu Kehidupan, dan akan kau temukan - betapa disiplin diri dalam pembelajaran kehidupan akan membuat fisik lebih sehat, pikiran lebih jernih, perasaan lebih damai, dan bahkan otak lebih encer!
Sejak dari bayi, kita sebagai manusia sudah diberi pembelajaran disiplin terhadap waktu. Waktunya makan, waktunya tidur, waktunya bermain, waktunya sekolah, waktunya kerja, adalah beberapa kondisi yang terjadi di-keseharian kita. Namun ketika kita bertumbuh menjadi manusia dewasa, dan semakin tua, seberapa hebatkah disiplin yang sudah kita terapkan dalam kehidupan?
Perjalanan hidup seseorang adalah kisah tentang kegetiran dan kesia-siaan, kisah tentang perjuangan, kegagalan dan keberhasilan. Potret kehidupan dari miliaran manusia di bumi ini memperlihatkan kepada kita, betapa hanya manusia, yang begitu pintar - sekaligus begitu bodoh - menguasai seluruh makhluk ciptaan di bumi, dengan egonya. Begitu pintar, karena dengan akal dan pikirannya, manusia dapat mengelola makhluk lain untuk kepentingan diri sendiri. Begitu bodohnya, karena dengan keserakahan, manusia membuat indahnya kehidupan menjadi masalah dan petaka bagi dirinya.
Ada ungkapan yang mengatakan, “Tidak semua yang di balik terali penjara orang jahat, dan tidak semua yang berkeliaran di luar orang baik”, adalah pesona kata-kata yang akan membuat kita berpikir dan waspada. Kehidupan telah menyajikan fakta-fakta tentang persepsi yang keliru, penilaian yang salah, dan drama kehidupan yang mengungkapkan kebenaran hanya di-akhir cerita.
Janganlah menghakimi seseorang - apalagi jika tidak tahu keadaan yang sebenarnya - adalah nasehat bijaksana, untuk dijadikan pegangan dalam menjalani hiruk pikuknya kehidupan. Hanya Sang Waktu yang berhak menghakimi kehidupan seseorang dalam rentangan tangan-Nya. Dan oleh Sang Waktu kebenaran yang sesungguhnya akan terungkap sebagaimana adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H