Selesai menyantap sarapan pagi, saya melirik jam di tanganku ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Saya bergegas menuju jogging track yang terletak di lantai 16 untuk beraktivitas pagi. Ini adalah rutinitas yang menanti di pagi hari. Terkadang dengan rutinitas yang begitu-begitu saja, hari demi hari terasa sangat membosankan di Wisma Atlet.
Tetapi bagaimanapun juga tetap harus saya syukuri. Karena dengan banyak bersyukur, saya bisa lebih memahami dan menghargai apa artinya hidup yang diberikan kepada saya. Dan itu semua membuat saya lebih dapat menerima cobaan yang sedang menimpa saya.
Begitu sampai di jogging track, tak tampak keramaian orang di lapangan. Padahal pagi ini, sungguh pagi yang ceria, dengan udara yang tidak terlalu panas. Sang penguasa panas pun belum terlalu menampakkan wajahnya. Pagi ini, saya memilih berlari kecil mengitari lokasi jogging track. Meskipun hanya berlari-lari kecil, lumayan keringat yang keluar dari tubuh saya.
Tak terasa, sepuluh putaran sudah saya mengitari jogging track. Kaki terasa lelah untuk berlari lagi. Lalu saya putuskan untuk beristirahat.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 07.00 pagi, sang surya pun sudah mulai menyegatkan panasnya menandakan hari semakin siang.
Perlahan-lahan terlihat penghuni wisma mulai berdatangan ke lapangan, sendiri maupun bersama teman atau anggota keluarganya. Banyak sosok baru berkeliaran di pagi hari ini. Wajar dan itu sangat wajar.
Kehidupan di Wisma Atlet seperti siklus kehidupan, dimana ada yang datang dan kemudian pergi, dan begitu terus menerus.
Dari sekian banyak sosok yang belum saya kenal pagi ini, mata saya tertuju pada satu sosok laki-laki yang sedang asyik berlari mengitari jogging track. Saya sepertinya pernah melihat laki-laki ini, tapi entah dimana, saya lupa. Ketika dia rehat, saya mencoba menyapanya. Ternyata dugaan saya benar.
Saya pernah berjumpa dengan dia. Laki-laki tersebut adalah sesama penghuni lantai 18. Baru di pagi ini, saya mempunyai kesempatan untuk mengobrol dengan dia, yang memiliki nama lengkap Rezon Pane.
Dalam obrolan ringan tersebut, pria yang kerap dipanggil Rezon menceritakan kisahnya sampai “terdampar” di Wisma Atlet. Cerita yang menurut saya penuh dengan nilai ketabahan, perjuangan untuk bertahan hidup, dan kerinduan untuk segera sembuh.