Aku Rose, mawar wangi yang menumbuh di padang ilalang
Terasing oleh belai belai angin dan kabut
Menuliskan sajak sajak cinta pada muka danau danau tua
Yang berserak di pulau ini
Wahai,inilah juga sajak sajak duka
Yang kuhempaskan dari dasar jurang kenang
Rindu yang mengendap jauh di golak hatiku
Jenar, kekasihku
Telah tak kuberterang pada dunia
Betapa cinta telah menenungku menjadi pengelana yang kesepian
Setelah berkerap kali menambat hati kembara pada sauh sauh cinta
Di sepanjang garis garis pantai benua benua yang terhampar melintang ulang
Garis tengah dunia
Dari kota teduh dingin di pinggang gunung itu
Dari desau lebat rimba papua
Dari jantung deru angin dan salju di kota Iowa
Dari hembus aneh rasa empat musim dalam sehari di kota Melbourne
Tempatku pertama kali kau sapa selewat tengah malam
Dalam sapa digital biasa saja
“Ibu Rose, malam malam sedang sibuk ya?’
Itulah dinihari yang pertama
Dinihari tatkala diam diam telah kaususupkan sihir di hatiku
Ya Jenar, itulah sihir entah kau percaya atau tidak
Entah kau sengaja atau tidak itulah yang terjadi padaku
Rasa itu Jenar membuatku tak sangsi bahwa cinta itu mengandung sihir
Dan sihir lewat kata dan suaramu adalah cinta yang mendera dera
Jiwa dan ragaku
Di pulau ini Jenar aku menjumpamu dalam senyap
Setelah lama kau pergi dari kota bising dan kering itu
Tempatmu menawarkan hujan sendu yang kau bilang aku pasti
Ingin melihatnya
Kota yang membuatmu terkapar tanpa daya dan kau coba bertahan
Dalam rangkai sajak sajakmu yang selalu membuatku menangis
Di bandara itu Jenar, selalu di tiap bandara
Kau menungguku dalam tegap senyum kecil dan menggamitkan tangan acuh
Sambil kau elus rambut kepalaku
“Rose, kamu capek ya?”
Sambil kau tarik tubuh mungilku rebah di peluk dadamu
Jenar,kekasihku yang berjarak
Sejak dari Hang Nadim bandara kota pulaumu
Sampai ke ujung Pulau Galang tempat kau bercerita dengan takzim
Tentang diri Therese Tien Duch gadis Vietnam yang pernah menghuni
Puing puing kamp pengungsi ini
Aku selalu menatapmu dari mata yang berkelopak kagum
Katamu gadis ini meninggalkan tanah airnya melayari laut selatan
Dan terdampar di bilik bilik pengungsian ini
Bukan karena takut pada rejim kuasa negerinya yang kejam
Tapi lantaran rindu mencari kekasihnya yang telah pergi
Dan entah kenapa aku percaya pada tuturmu padahal kurasai
Kau banyak berkhayal tentang seorang gadis yang meninggalkan rumahnya
Untuk bertemu dengan kekasih pujaaannya, macam aku
Dasar penyair,kau Jenar
( Wahai,betapa penyair adalah manusia yang sangat berbahaya
Dengan kata katanya ia bisa menyihir rasa dan karsa banyak orang)
Pulau pulau tempatmu kini tinggal sungguh indah
Selat selat menghijau yang menyatukan pulau pulau
Adalah juga cinta yang menyatukan hati yang berjarak
Sama seperti jembatan gantung baja di sepanjang batam-rempang dan galang
Yang merangkai denyut denyut rindu yang membisu
Yang meletup dalam peluk lembut di atas jembatan empat
Yang kau bilang ini penggal paling indah di pulauku
Ingin Jenar, ingin pula kau ajak aku ke pesisir pantai Lagoi
Yang kita belum pernah pergi kunjung bersama
Di atasnya pasir putih bersih dan rumput manila menghijau lembut
Aku akan takjub mendengarmu bercerita tentang bapa suku laut Pulau Bintan:Batin Lagoi
Dan akan terhanyut dalam pesona asmara Putri Pandan Berduri dengan sang kekasih
Jenar Perkasa dari Pulau Galang
Aih, nama kita berdua hampir mirip dengan sepasang kekasih yang menurunkan
Tiga puak suku laut di pulau Bintan itu
Apatah nasib cinta kita akan berakhir sama dengan mereka berdua?
Pulau pulau ini sedang mencari jati diri,Rose
Katamu dengan nafas perlahan dan mata memandang menelusuri
Bukit bukit,lembah lembah,tebing tebing dan pantai pantai yang
Mewujudkan pulau ini
Pulau pulau ini sangat tua dan terbaring di simpang yang ramai
Betapa ratusan tahun lalu utusan Khubilai-khan di daratan besar mampir lewat sini
Sebelum pergi ke tanah jawa
Betapa imam imam Budha yang mau ke kuil Darmakitri di Swarna Dwipa
Mampir lewat pulau ini sebelum pergi ke Nalanda di India
Betapa ribuan orang, bermacam kebudayaan melintasi pulau pulau ini
Tahukah kamu Rose satu akibat dari semua ini
Bahasa tanah pulau pulau ini menjadi bahasa yang membuatku bisa menulis sajak
Sajak cinta untukmu
Di pulau itu Rose di Pulau Penyengat lelaki itu menggubah tatanan kata kata
Ia sungguh pujangga dari segala pujangga
Ya Jenar kulihat matamu berbinar memandang pulau mungil di seberang pelabuhan
Kota tua berumur dua ratus tigapuluh tahun
Dan mengenang seorang pejuang pujangga :Raja Ali Haji