Mohon tunggu...
DIONISIUS SAHALA
DIONISIUS SAHALA Mohon Tunggu... Mahasiswa - KALBIS INSTITUTE

keren bgt gw pokoknya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Saya Depok - Jakarta Setiap Harinya

11 Maret 2024   22:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:36 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bolehkah saya cerita atau curhat sedikit di wadah ini? Tentang rutinitas yang kurang lebih selama 8 bulan ini saya jalani? Saya mau cerita pengalaman saya yang sampai hari ini masih saya lakukan yaitu, bolak-balik. Maksud bolak-balik disini bukan yang seperti kita sedang bingung lalu memikirkan sesuatu sambil bolak-balik, bukan juga tentang bolak-balik buku cerita yang alurnya tidak jelas. Disini saya cerita pengalaman saya bolak-balik kota Depok ke Jakarta setiap harinya.

Sebagai konteks cerita, jadi saya adalah seorang mahasiswa dari kampus Kalbis University yang beralamatkan di Pulomas, Jakarta Timur. Saya tinggal di Cimanggis, Depok, dekat dengan daerah CIbubur juga Bekasi (Kampung Sawah atau Ujung Aspal). Setiap harinya saya menggunakan motor sebagai mobilitas saya berpergian sekaligus pulang. Mungkin kedengarannya ga terlalu sulit karena rumah saya masih berada di kawasan Jakarta Timur dan hitungannya masih satu kawasan dengan kampus saya, tapi kenyataan berkata lain.

Begini, Jarak rumah saya ke kampus 28 Kilometer. Biasanya saya membutuhkan waktu 1 sampai 1,5 jam untuk sampai di kampus. Kelas saya biasanya mulai jam 8 kalau kelas pagi, jadi dipastikan saya harus berangkat jam 6 atau jam setengah 7 paling lambatnya. Mungkin kalau soal bangun pagi saya sudah biasa karena saat SMA juga saya diharuskan bangun pagi untuk berangkat ke sekolah yang ada di Bekasi. Namun yang membedakan yaitu tenaga yang terkuras di pagi hari padahal belum melakukan aktivitas di tempat tujuan sama sekali. Saya bangun jam 5 untuk bersiap siap dan sering sekali saya tidak sarapxan untuk mendapatkan tenaga, bahkan menyiapkan bekal pun juga tidak sempat karena takut terlambat atau jalanan sudah terlanjur ramai. Pegal, lapar, capek, keram, mata perih, itu yang saya rasakan setiap harinya. Belum lagi dengan kondisi jalan yang macet semrawut, bertemu orang nyebelin di jalan, saling menyalip demi mendapatkan jalan, knalpot bising yang suka menampar wajah, dan lainnya. 

Apakah penderitaan saya sampai segitu saja? Tentu tidak. Jalur yang saya lalui untuk sampai kampus melewati 3 Titik rawan macet, yaitu Jalan Raya Bogor, PGC Cawang, dan Cilitan. Ketiga titik itu jadi sumber lelah saya setiap harinya saat dijalan. Dan ketiga titik itu setiap hari saya lalui karena satu-satunya jalan untuk pulang hanya melalui jalur itu saja. Saya menghabiskan 5 Liter bensin untuk 3 hari bolak-balik, 4 hari kalau beruntung. Belum lagi kalau pom bensin nya ramai sekali sehingga harus menunggu 5-7 menit, sungguh membuang waktu. 

Sebenarnya masih banyak pengalaman tidak mengenakan dijalan yang saya alami, namun sepertinya ini sudah cukup menjelaskan betapa menderitanya jalanan di Jakarta apalagi kalau sedang weekdays. Namun meski begitu, begitu sampai di kampus, semua lelah saya terbayarkan dengan ilmu dan juga teman-teman yang supportive juga asik. Mungkin dengan lebih rutin dan sedikit ikhlas semua rasa lelah saya jadi tidak begitu terasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun