Dalam tulisan kali ini, saya akan berbagi kisah tentang kebanggaan dan kebahagiaan sebagai penulis. Selain bangga karena telah berhasil melahirkan banyak karya. Hari ini saya menemukan kebahagiaan yang jauh melampaui hal tersebut. Begini kisahnya.
Louis Bertrand De Riandika, seorang anak berusia lima tahun. Belajar di TK Marsudirini Bogor, mengalami sebuah momen berharga yang pasti akan selalu terpatri dalam ingatannya. Taman Kanak-kanak tempat Bertrand belajar memiliki sebuah tradisi yang menarik. Setiap minggu, seluruh anak diajak berkunjung ke perpustakaan. Di sana, mereka diberi kesempatan untuk memilih dan meminjam buku. Buku itu bisa mereka bawa pulang untuk dilihat bersama keluarga.
Tradisi ini nampak sederhana, namun sarat akan manfaat. Menanamkan kebiasaan dekat dengan buku sejak dini. Pada suatu kunjungan rutin ke perpustakaan, sesuatu yang luar biasa terjadi. Di antara rimbunnya bebukuan yang ada di rak-rak besar perpustakaan, Bertrand menemukan sebuah buku. Buku istimewa tentunya. Salah satu buku karya ayahnya yang tak lain adalah Dionisius Riandika.
Betrand memberitahu temannya tentang nama ayahnya sambil menunjukkan foto sang ayah dalam buku itu. Dia menunjukkan bahwa buku yang dia pegang adalah buku (karya) ayahnya. Sebuah pengalaman kecil penuh makna dari seorang anak yang menemukan karya sang ayah. Sebuah pengalaman yang luar biasa membanggakan sekaligus membahagiakan bagi seorang ayah yang karyanya mendapat apresiasi dari sang buah hati. Dalam momen itu, sejatinya Bertrand tidak hanya menemukan sebuah buku, tetapi juga menemukan jalinan istimewa antara dirinya dan ayahnya melalui buku.
Pengalaman kecil ini memberikan pesan yang sangat berharga. Bahwa membangun kebiasaan membaca dan mendekatkan anak-anak pada buku adalah salah satu kunci untuk membuka pintu menuju dunia intelektual. Lewat buku, anak-anak tidak hanya belajar tentang dunia di sekitar mereka, tetapi juga tentang kreativitas, imajinasi, dan pemahaman yang lebih dalam. Mendekatkan anak dengan buku sejak dini adalah langkah awal untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, memperluas wawasan, dan menciptakan generasi yang berpikir kritis dan kreatif.
Kisah Louis Bertrand mengajarkan kita bahwa buku bukan sekadar lembaran kertas berisi kata-kata, tetapi juga jembatan yang menghubungkan cinta, pengetahuan, dan apresiasi. Melalui kebiasaan kecil, seperti berkunjung ke perpustakaan, kita dapat membuka jalan bagi anak-anak untuk mengeksplorasi dunia dan mewujudkan mimpi-mimpi besar mereka di masa depan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H