Beberapa hari yang lalu saat sedang santai dengan istri, tiba-tiba seseorang dengan nomor yang tidak dikenal video call saya, dan setelah saya angkat, ternyata di video itu nampak seorang wanita yang sedang bu*il sambil memainkan auratnya.
Saya lalu mematikan video call-nya, tapi orang itu kemudian menelpon saya lagi, dan kali ini diangkat oleh istri, dan terdengar suara laki-laki. Orang itu kemudian bertengkar dengan istri saya.
Dalam percakapan dengan istri saya, orang itu mengancam bahwa dia akan menyebarkan video rekaman VC itu ke semua teman-teman Facebook saya, kalau kami tidak mentransfer sejumlah uang yang dia minta ke rekeningnya.
Ternyata saat mau menelpon video call tadi, orang itu juga telah siap-siap untuk merekam layar, sehingga saat saya angkat (terima VCnya) wajah saya lah yang terpampang di video itu.
Lalu rekaman video call itu telah diedit, dan dibuat bahwa seolah-olah saya yang bu*il disitu dan sedang melakukan video call seks dengan wanita yang ada di video tadi.
Padahal saya hanya mengangkat telfonnya setelah itu saya matikan, dan itu berlangsung hanya beberapa detik saja.
Jadi yang bu*il disitu adalah orang itu sendiri atau orang lain, tapi diedit dengan menggunakan wajah saya dengan tujuan untuk memeras saya.
Lalu apakah kami mentransfer sejumlah uang sesuai dengan permintaan orang itu? Jawabannya tidak! kami tidak takut dengan ancaman orang itu. Kami juga tahu bahwa ancaman orang itu sebenarnya hanyalah gertakan sambal belaka.
Kasus yang saya alami ini disebut "pemerasan berkedok Video Call Seks (VCS)".
Setelah saya pelajari, pemerasan dengan modus operandi seperti ini, ternyata sudah berlangsung dari tahun 2019. Dan menyasar korban secara random (acak).