Pilkada Manggarai Timur (Matim) selalu menjadi ajang yang menarik perhatian banyak pihak, baik karena perbedaan politik yang kerap memanas, maupun tantangan pembangunan daerah yang tidak kalah kompleks. Pilkada di daerah seperti Manggarai Timur tidak hanya menjadi perebutan kursi kepemimpinan, tetapi juga sebuah pertarungan ideologi terkait pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. Setiap kandidat biasanya mengusung visi dan misi yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan akses pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan sektor ekonomi, namun dengan tantangan besar untuk memastikan bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak mengorbankan keberlanjutan ekosistem dan budaya lokal.
Pilkada di Manggarai Timur sering kali menjadi panggung pertarungan yang dipenuhi dengan dinamika politik lokal yang kuat. Isu-isu seperti sentimen etnis, keberpihakan partai politik, serta konflik kepentingan antar kelompok elit, sering kali mewarnai jalannya Pilkada. Ketegangan ini berpotensi mengalihkan fokus dari kebutuhan pembangunan nyata yang dihadapi masyarakat.
Selain itu, persaingan antar calon kepala daerah seringkali menonjolkan janji-janji besar tanpa pertimbangan matang terhadap keberlanjutan. Para calon sering kali lebih banyak fokus pada pencapaian jangka pendek yang dapat menarik perhatian pemilih, seperti pembangunan fisik, tanpa menyentuh masalah-masalah struktural yang lebih mendalam.
Meskipun Manggarai Timur memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti potensi sektor pariwisata yang luar biasa, sektor pertanian, dan hasil bumi lainnya, tantangan terbesar dalam pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memanfaatkan potensi tersebut tanpa merusak lingkungan dan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal.
Pembangunan infrastruktur yang cepat, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, dan area pemukiman baru, sering kali disertai dengan konversi lahan yang mengancam keanekaragaman hayati. Di sisi lain, perkembangan sektor pariwisata yang pesat bisa menjadi ancaman bagi lingkungan alam yang selama ini menjadi daya tarik utama, jika tidak dikelola dengan baik.
Selain isu lingkungan, pembangunan berkelanjutan juga harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Tingginya angka kemiskinan, keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, serta rendahnya kualitas infrastruktur di beberapa wilayah menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin terpilih. Model pembangunan yang inklusif, yang melibatkan partisipasi masyarakat dan memperhatikan kepentingan jangka panjang, sangat diperlukan agar pembangunan yang dilakukan tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, dibutuhkan pemimpin yang mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat dan stakeholder terkait. Kandidat yang terpilih harus mampu memprioritaskan keberlanjutan lingkungan, pemerataan pembangunan, serta pengembangan ekonomi berbasis lokal yang dapat memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat Manggarai Timur. Mengembangkan sektor pariwisata yang ramah lingkungan, mempromosikan produk lokal yang dapat menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat sektor pertanian dengan teknologi yang ramah lingkungan adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan pembangunan berkelanjutan.
Pilkada Manggarai Timur adalah momen penting dalam menentukan arah pembangunan daerah ini. Namun, untuk mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan, pemimpin yang terpilih harus memiliki visi jauh ke depan, mengedepankan kolaborasi antar sektor, dan menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian lingkungan serta budaya lokal. Inilah ujian sesungguhnya bagi kandidat yang ingin membawa Manggarai Timur menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Dionisius Hadun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H