Ekskursi: Membangun Pemahaman dan Toleransi Melalui Pembelajaran di Luar Sekolah
Ekskursi 2024 yang diselenggarakan oleh Kolese Kanisius, sebagai lembaga pendidikan yang melayani jenjang SMP dan SMA, dirancang khusus untuk siswa kelas 12 dengan tema "Embrace, Share, and Celebrate our faith" atau "Merangkul, Berbagi, dan Merayakan Iman Kita." Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan pengalaman bermakna kepada siswa untuk memperkuat semangat ingin tahu, belajar, serta memupuk persatuan dalam keberagaman, yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Ekskursi ini mengusung konsep pembelajaran di luar sekolah. Tidak hanya sekadar menerima materi di kelas mengenai pentingnya toleransi, namun juga berfokus pada praktik nyata penerapan nilai-nilai tersebut. Tahun ini, siswa kelas 12 berkesempatan belajar langsung di berbagai pondok pesantren di wilayah Banten dan Jawa Barat. Kegiatan ini merupakan pengalaman pertama saya secara langsung mendalami kehidupan pesantren, yang sebelumnya hanya saya kenal melalui media sosial.
Pengalaman Belajar di Pesantren
Saya bersama 28 teman Kanisian lainnya, didampingi dua guru, mendapat kesempatan belajar di Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung. Walau awalnya terasa asing, suasana sejuk pegunungan segera menghadirkan kedamaian yang mengingatkan pada kampung halaman. Sambutan hangat dari pengurus pesantren dan santri membuat kami langsung merasa nyaman.
Pada pertemuan awal, kami dikenalkan dengan sejarah pesantren ini serta aktivitas sehari-hari para santri. Salah satu hal yang mengejutkan adalah bahwa selain pendalaman pendidikan agama Islam, pesantren ini juga fokus pada pengembangan keterampilan praktis seperti perkebunan, peternakan, dan tata boga. Produk hasil pelatihan ini bahkan telah dipasarkan di supermarket besar seperti Lotte dan Superindo. Hal ini membuka wawasan saya tentang bagaimana pesantren tidak hanya membekali santri dengan ilmu agama, tetapi juga keterampilan yang bermanfaat di masyarakat.
Menjalin Kebersamaan dan Memahami Gaya Hidup Santri
Kebersamaan kami semakin erat melalui kegiatan kelompok kecil, seperti melihat lahan pertanian dan peternakan sambil belajar cara bercocok tanam dan memelihara hewan. Para santri tinggal di asrama yang disebut "kobong," dengan suasana penuh solidaritas dan semangat gotong royong. Kami juga berkesempatan mengikuti pembelajaran formal seperti Matematika dan Sejarah Perkembangan Islam di kelas mereka. Antusiasme para santri dalam belajar menjadi inspirasi bagi saya untuk lebih giat dalam pendidikan.
Salah satu momen berkesan adalah ketika kami menghadiri pembagian hadiah lomba Hari Santri Nasional di masjid. Kami diajak bernyanyi bersama santri, menciptakan suasana penuh kehangatan. Ini juga menjadi pengalaman pertama saya masuk ke dalam masjid, yang membuat saya terkesan dengan arsitektur dan kebersihannya.
Selain rutinitas akademik, saya mengamati jadwal harian santri yang padat namun seimbang, mulai dari ibadah subuh hingga kegiatan mengaji, belajar di sekolah, dan mengelola sektor pangan. Kedisiplinan mereka dalam menjalani semua aktivitas tersebut memberikan pelajaran berharga tentang manajemen waktu dan dedikasi.
Mengapresiasi Keberagaman