Mohon tunggu...
Diode Electra
Diode Electra Mohon Tunggu... lainnya -

apaaa ya,... buka fb ajja

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wajah Indonesia Kini. Mahasiswa Vs Koruptor: Idealis tapi Setengah-setengah

5 Mei 2011   07:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku menatap keluar kaleng beroda empat yang aku naiki.

Disana berhamburan orang-orang muda dengan almamater mereka.

Biru, Kuning, Hijau, Ungu, Merah.

Mereka berorasi dan menghujat koruptor.

Aku hanya tersenyum dan menantikan saatnya kelak  beberapa tahun kemudian kusaksikan mereka yang akan dihujat orang-orang muda beralmamater lainnya.


Di media-media baik cetak maupun elektronik, biasa sekali kita mendengar berita tentang ulah para koruptor. Setali tiga uang dengan berita-berita tindak pidana korupsi tersebut, berita tentang mahasiswa yang turun ke jalan, berdemo dan berorasi demi rakyat dan kesejahteraan bangsa juga sering mewarnai layar kaca dan media massa lainnya.

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta


Demikian lagu yang selalu dibawakan dan jadi kebanggaan para mahasiswa, termasuk saya. Sudah banyak, banyak sekali koruptor yang tertangkap, disidang, dan dipenjara di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Lalu, apakah semua koruptor itu dulunya tidak pernah menjadi mahasiswa? Atau justru para koruptor itu dulunya merupakan mahasiswa yang aktif menyuarakan aspirasinya dan mati-matian menentang korupsi?

Di tahun kedua saya duduk di bangku perkuliah, Ibu saya bercerita mengenai salah seorang temannya yang ditahan karena korupsi. Padahal, temannya yang korupsi tersebut merupakan aktivis kampus dulunya. Sangat aktif malah. Namun ternyata walau dia sekilas seperti mahasiswa yang idealis dan mengorbankan jiwa dan raganya untuk negara, dia sudah menunjukkan tanda-tanda mental koruptor. Di satu sisi dia menghujat, di sisi lain dia pantas dihujat. Berikut ini hal-hal yang sering terkadang dilakukan mahasiswa sekalipun ia seorang aktivis maupun idealis kampus.


  1. Bolos kuliah maupun nitip absen pada teman tampaknya sudah sering dilakukan mahasiswa. Alasannya, "Mahasiswa kan memang dapet jatah bolos 20% dari absen perkuliahan". Benarkah itu jatah? Dalam salah satu buku yang diterbitkan KPK, Bolos termasuk dalam tindakan korupsi. Mahasiswa kewajibannya adalah mengikuti perkuliahan dan menuntut ilmu untuk kemajuan bangsa. Lalu bolehkan membolos dijadikan tidakan yang benar padahal bolos bisa merugikan bangsa? Terlebih lagi jika seorang mahasiswa tersebut berani-berani nitip absen pada temannya yang hadir di perkuliahan, itu korupsi Bung! Anda mendapatkan absen anda bersih sementara anda tidak melakukan hal tersebut, hampir sama saja kan seperti pejabat/anggota dewan yang nitip absen tapi tetap dapat tunjangan macam-macam.
  2. Entah mahasiswa yang melakukan hal ini benar-benar tidak belajar atau karena keseringan bolos jadi tidak tahu materi kuliah yang disampaikan dosen, akhirnya dia menyontek. Masih menurut KPK, menyontek merupakan tindakan korupsi. "Hey! kami cuma nyontek! Jangan disamakan donk dengan para koruptor busuk itu! Mereka itu merugikan orang banyak!". Mungkin tukang nyontek tidak sadar kalau dia juga merugikan orang banyak. Anggaplah nilai yang bisa dia dapatkan tanpa menyontek adalah 40. Namun, setelah menyontek dia mendapat nilai 80. Sekilas tampaknya tidak merugikan orang lain, namun akan sangat merugikan orang lain ketika ternyata dia masuk diantara 25 lulusan dengan IPK tertinggi dan layak mendapatkan beasiswa penuh. Bayangkan bagaimana nasib mahasiswa dengan pringkat ke 26? Bukankah dia sudah dirugikan karena ada koruptor kecil di kampusnya?
  3. Menyuap dosen terkadang dilakukan juga oleh beberapa mahasiswa di setiap kampus. Khawatir dengan nilai kecil, lalu dia berinisiatif untuk menjadi sopir dosen, menemani dosen ke manapun beliau akan pergi. Bisa juga dengan cara sering datang ke rumah dosen dengan membawa bingkisan-bingkisan sederhana. Kecil sih, namun akan berarti saat penentuan nilai. Yang parah lagi jika mahasiswa tersebut memberikan beberapa gepok uang dan meminta bantuan dosen untuk skripsinya, hal ini pun sudah sering terjadi.
  4. Ada juga mahasiswa yang memberikan tender pada keluarganya atau teman-temannya. Kalau dipikir-pikir, ini nyata sekali korupnya. Anggaplah ada proyek penyelenggaraan wisuda di kampus, lalu secara sepihak, panitia acara menentukan pemenang proyek pengadaan baju wisuda atau bahkan konsumsi tanpa tender terlebih dahulu,atau dengan melakukan tender, tetapi tidak objektif.
  5. Sering juga ada mahasiswa yang menggunakan fasilitas kemahasiswaan untuk kepentingan pribadinya. Salah satu teman saya contohnya, saat saya sedang jaga markas BEM, tiba-tiba dia nyelonong masuk ruang media dengan membawa flashdisk dan menge-print tugas-tugas kuliahnya dengan menggunakan fasilitas BEM. Tanpa dia sadari dia sudah melakukan korupsi kecil-kecilan di kampus. Oke! Bertambah lagi satu koruptor cilik di kampus.
  6. Hal ini belum pernah saya lihat langsung saat menjabat dalam kepengurusan BEM, tetapi saya sering sekali mendengar ada mahasiswa yang sering menyunat dana sumbangan yang diminta-minta mahasiswa di jalan untuk kepentingannya. Misal : sambil meminta-minta dana bencana Tsunami, mahasiswa merasa kehausan dan membeli sekardus air minum dengan menggunakan sumbangan. Sumbangan itu kan diperuntukan pada korban bencana, bukan pada mahasiswa. Kalau mahasiswa memang kehausan, seharusnya mereka menggunakan anggaran kemahasiswaannya untuk kegiatan amal semacam ini kan? Selain itu, masih ada saja mahasiswa yang menerima dana sumbangan tiga juta rupiah, tapi ngakunya cuma satu juta rupiah. Ada juga mahasiswa yang makan di warteg ngakunya makan gorengan tiga padahal makan lima. Ini dia contoh koruptor masa depan! Menurut dosennya Gayus, GT dulu juga seperti itu kok. Apakah kamu calon GT masa depan?
  7. Yang pakai fasilitas kantor orang tuanya untuk keperluan diri sendiri. Saya beberapa kali melihat di parkiran kampus, mobil-mobil berplat merah. Oke, pada awalnya saya mengira itu adalah mobil PNS yang kuliah lagi atau dosen. Tetapi ternyata itu merupakan mobil dinasnya orang tua mahasiswa yang digunakan anaknya untuk kepentingan pribadinya. Anaknya pun tanpa malu dan ragu menggunakan mobil itu. How poor! Ada juga yang menggunakan laptop, printer atau bahkan kertas kantor orang tuanya tanpa merasa bersalah pada rakyat negara dan atau perusahaan yang membiayai semua anggaran itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun