Rokhmin Dahuri, guru besar tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), yang dulunya lulusan Sarjana Perikanan (1982) dan Magistar Sains Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (1986). Ia tersandung korupsi dana nonbudgeter DKP dan dihukum 8 tahun.
Irawady Joenoes, lulus dari fakultas hukum Universitas Sriwijaya tahun 1967, Mantan Anggota Komisi Yudisial . Terbukti menerima uang Rp 600 juta dan 30.000 dollar AS dari Freddy Santoso. Dijatuhi hukuman delapan tahun penjara pada 14 Maret 2008 Urip Tri Gunawan, Jaksa lulusan Fakultas Hukum (FH) Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, terganjal Kasus dugaan suap sebesar US$660,000.
Dari beberapa nama tersebut, terbukti ternyata banyak sekali koruptor yang justru bukan berasal dari PTK. Bahkan beberapa diantara mereka ada yang merupakan dosen di PTN. Jika STAN dikatakan pencetak koruptor karena GT, dan banyak yang menuntut STAN agar ditutup, apakah perguruan tinggi lain yang alumninya koruptor harus ditutup semua? dengan begini mungkin semua perguruan tinggi di indonesia harus ditutup. Merekrut PNS baru dengan tes CPNS justru dianggap beberapa kalangan sebagai jalan terbaik untuk menghilangkan budaya korupsi (yang seperti meraka tuduhkan).
Tes CPNS??? Sejujurnya sejak kecil saya sering bertanya-tanya, apa yang menyebabkan sarjana pertanian bisa kerja di kantor keuangan? Kenapa sarjana perikanan bisa bekerja di badan kepegawaian? Kenapa bahkan sarjana teknik kimia bisa menjadi pegawai kejaksaan? Bukankah seharusnya kita bekerja sesuai disiplin ilmu yang kita pelajari? Tapi dengan tes megadasyat ini, semua bisa terjadi. Bukan rahasia umum lagi bahwa tes cpns hanya akan meluluskan "orang-orang pilihan yang masuknya saja dengan KKN" yang terpilih melalui seleksi ketat. Inikah yang diharapkan sebagian besar kalangan yang menuding-nuding PTK sebagai pencipta korupsi dan segala kelakuan buruk lainnya? Dan pantaskah semakin lama instansi negara justru diisi dengan orang-orang yang bekerja tidak sesuai dengan disiplin ilmu mereka hanya karena mereka sebagian besar merupakan "orang-orang terpilih yang mampu membayar ratusan juta untuk lulus tes ???
Apa yang terjadi jika saat ini, BMKG yang sedang meramalkan keadaan gunung merapi ternyata mempekerjakan sarjana kedokteran untuk meramalkan keadaan gunung, bukan lulusan AMG yang selama tiga tahun khusus mempelajari geologi dan meteorologi?
~~~Sekarang Indonesia dipandang sebelah mata, bukan karena orang Indonesia bodoh. Tapi karena orang Indonesia gampang terhasut oleh pendapat-pendapat yang justru dia tidak tahu kebenarannya. Sekarang Indonesia dipandang sebelah mata, karena ramai orang Indonesia yang berbicara padahal tidak mengerti.~~~
Mohon tanggapan, saran dan kritik jika penulis melakukan kesalahan. penulis manusia biasa yang menerima segala masukan yang berdampak positif ^_^