Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Katak Temen Tidur

27 Juni 2024   21:34 Diperbarui: 27 Juni 2024   21:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kejadian saat masa kuliah. Kita diberangkatkan ke desa di Purwodadi untuk KKN. Sebuah desa kecil (saat itu), namanya Rajek. Dari jalan besar, desanya gak nampak. Turun dari bis, kita harus jalan kaki kira-kira 2 km, baru bisa ketemu rumah. Karena jalan menuju desa memang hanya sawah di kiri kanan nya. Jalan nya masih tanah yang dikeraskan. Cuacanya cukup panas. Desa ini letak nya dekat dengan wilayah Mrapen, tempat "api abadi" (tidak pernah padam sepanjang masa) yang legendaris. Yang apinya sering dipakai untuk menyalakan obor PON.

Kami bertujuh, mahasiswa KKN yang bertugas di desa tersebut. 4 pria dan 3 wanita. Kami disediakan 2 kamar oleh pak lurah. Rumah pak lurah cukup besar. Tapi kamarnya ya cuma ada 3. Sisa 1 kamarnya untuk pak lurah, istri dan anaknya yang masih 4 tahunan. Di dalam kamar cowok hanya ada 1 dipan lengkap dengan kasur kapuknya. Sprei kembang-kembang warna pink merah biru. Khas kasur di kampung. Dinding kamar dari papan2 kayu. Beberapa papan nya yang disusun vertikal, tidak semuanya rapat. Jadi angin, sinar matahari masih bisa menyusup. Beberapa bagian papan ada yg bolong. Tapi secara keseluruhan cukup nyaman. Tapi ukuran kasur segini, (seukuran queen size) buat tidur berempat kayaknya bakal sempit. Maximal bertiga. Jadi 1 orang mau gak mau tidur di bawah dengan tikar. Biasanya kami gantian. Tapi ada kawan kami Amin yang sering mengalah tidur di bawah.

Suatu saat di bulan puasa, selesai sahur dan sholat subuh, kami kembali lagi ke kamar. Hari itu memang lagi sepi. Biasanya ada aja warga yang main ke rumah pak lurah. Mungkin karena kebetulan pak lurah sedang ada tugas keluar kota, jadi rumah agak sepi. Kami ngobrol-ngobrol aja di kamar. Ngobrol ngalor-ngidul, bercanda-bercanda yang gak mutu. Temen saya Amin ketiduran di kasur. 2 temen gw juga sudah ngambil posisi rebahan duluan. Supaya posisinya gak diambil sama gw. Jadi mau gak mau gw tidur di lantai pakai tikar.

Kami akhirnya tertidur pulas. Udara subuh, masih cukup adem. Masih sekitar jam 5 an lah. Temen gw udah ngorok. Gw juga akhirnya tertidur. Di tengah gw tertidur, gw seperti mimpi ada benda dingin yang menempel di pipi. Dinginnya kayak air es berbentuk gel. Menempel terus ilang. Menempel lagi terus hilang. Setengah tersadar, gw mencoba membuka mata. Tangan mulai meraih pipi sebelah kanan. Apa sih ini, benda dingin yang nempel di pipi gw. Mata gw terbelalak, ternyata seekor katak kecil sedang melompat-lompat di bantal gw, tempat gw tidur tadi. Sontak gw kaget, tapi gak sampai teriak. Gw berusaha mengusir anak katak itu. Tapi dia gak mau pergi. Dia melompat ke arah dinding papan kayu. Gw heran, "memang lo bisa nembus papan kayu, hei katak!?"

Berulang-ulang anak katak melompat tapi mental lagi (membentur dinding papan kayu), jatuh ke bantal lagi. Akhirnya bantal aku ambil. Bantal aku singkirkan, ku angkat ke atas. Oo ternyata di balik bantal gw ada lubang yang menghubungkan dengan halaman belakang rumah. Tidak sengaja bantal yang aku tiduri menutup jalan katak. Setelah bantalnya diangkat, katak melompat lagi, dan haapp...! dia berhasil keluar. Bebas menghirup udara segar di pagi hari. Gak tahu kemana perginya anak katak tersebut. Yang jelas halaman belakang rumah itu, berdekatan dengan sawah dan kebun. Tempat habitat katak bermain-main. Lagian ngapain juga lo katak main di kamar kita. Gw lagi tidur nyenyak, jadi kebangun. Kebayang berarti benda dingin yang tadi nempel berulang kali di pipi gw berarti badannya katak. Pantesan dingin. Besok-besok yang tidur di bawah, harus memastikan lubang itu jangan ke tutup, buat jalan keluar masuk katak. Peristiwa ini aku ceritakan pada temen-temen cowok dan cewek. Ada yang reaksinya mentertawakan karena lucu, ada yang takut atau serem, karena katak nempel di pipi.

Malah temenku membayangkan, bahayanya lubang papan itu. Sekarang baru anak katak. Bisa jadi berikutnya ular bisa ikut menyusup. Karena ular kan predatornya katak. Dimana ada katak, ular biasanya ikut ada. "Wahh... serem juga ya, kalau ular yang nempel di pipi."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun