Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mak, Punya Banyak Arti

16 November 2023   14:30 Diperbarui: 10 Agustus 2024   09:34 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah gak dengar istilah bahasa jawa yang menggunakan kata "mak". Buat orang Jawa mungkin memang tidak asing lagi mendengar istilah, mak kluthik, mak jegagik, mak krompyang, mak breng, mak plung dan lain-lain. Buat yang bukan orang Jawa pasti merasa aneh.

Mak, panggilan yang kerap kita dengar, untuk ibu di Jawa. Baik itu Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Aslinya dari kata Emak. Sering disingkat jadi "mak". Sebutan mak lebih popular di desa atau di kampung. Bahkan hingga kini pun masih banyak ibu atau orang tua (wanita) yang dipanggil dengan sebutan "Mak".  Beberapa tokoh terkenal juga menggunakan sebutan Mak. Seperti Mak Wok (buat yang mengalami era film 70an -- 80an pasti mengenalnya), Mak Lampir, Mak Nyak (ibu nya si Doel), mak Erot (tokoh pembesar alat vital), mak Uneh (nama tempat makan di Bandung) dan lain-lain. Kalo era sekarang mungkin Mak Beti (tokoh komedi yang popular di Youtube). Ada pula sebutan kereta lokomotif hitam di Sawah Lunto, yang disebut Mak Itam, karena badan lokomotifnya memang hitam. Di luar Jawa kata "Mak" juga sering dipakai. Malah di Minang kata Mak itu bukan sebutan untuk cewek. Tapi untuk sebutan saudara laki-laki dari Ibu. Mak disini kependekan dari Mamak.

Kembali ke Mak yang asli Jawa diatas. Bila kita ke Jawa tengah atau Jawa Timur, pasti sudah akrab dengan sebutan Mak. Bahkan dalam bahasa obrolan sehari-hari "mak" sering digunakan untuk menyertai kata yang lain. Ada banyak sekali kata yang diawali dengan "mak." Misalnya ada seseorang yang menceritakan tadi malam petir menyambar kencang di kampungnya, dia akan mengungkapkan: "Weh, mau mbengi, petire mak juegerrrr!!" ("Wah, semalem petir nya mak jegeerrr!!") Nah, kata Mak disini fungsinya atau artinya bukan ibu atau wanita tua. Mak dalam kalimat diatas itu maknanya sebagai ungkapan kalimat yang menyangatkan atas sesuatu. Ada fungsi hyperbolic untuk menekankan pada kata atau kalimat yang mengikutinya.

Banyak sekali kata-kata yang menggunakan "mak". Untuk mengungkapkan benda yang jatuh, tapi dengan bunyi yang tidak terlalu kencang, mereka menyebutnya: "mak kluthik". Contohnya, sebuah sendok jatuh dari piring menyentuh meja. Atau cincin yang jatuh di lantai. Karena bunyi jatuhnya gak kencang, maka ungkapan yang mengekspresikan kejadian, sekaligus bunyi tersebut adalah, "mak kluthik". Kluthik sendiri artinya bunyi yang lemah. Bunyinya kedengeran, tapi gak mengagetkan. Kalau divisualkan bunyi yang slow motion.

Ada kejadian ketika jalan menyusuri kampung, Sebagian jalan setapaknya di tumbuhi rumput-rumputan liar, sehingga sebagian jalan/treknya tidak nampak. Ketika kaki sedang melangkah tiba-tiba ada onggokan tai/kotoran kerbau, yang menggunung. Untuk menggambarkan kejadian tersebut maka orang akan menyebut onggokan kotoran yang tiba-tiba aja nampak sebagai: "mak bedundhuk". Mak untuk menggambarkan hal yang tiba-tiba muncul. Bedundhuk itu artinya menyembul/menggunung. Jadi kira-kira kalo diartikan kurang lebih, hal yang tiba-tiba muncul dengan sosok menyumbul. "Tadi pas jalan ke rumahmu, tiba-tiba ada kotoran kerbau "mak bedundhuk", untungnya gak ke injek." Kurang lebih ekspresi kalimatnya seperti itu.

Karena kotoran binatang biasanya bau, maka biasanya diekspresikan dengan baunya "mak breng."  Kalimat ungkapannya seperti ini: "pantesan aja, dari tadi "mak breng," baunya gak ilang-ilang. Pernah kan mengalami kejadian bau yang gak jelas sumbernya, wujudnya gak ada, tapi baunya ada. Bahkan baunya kadang muncul tajam, tapi kadang menipis. Bau yang terbawa angin. Nah hal ini lah untuk menggambarkan kata "mak breng."

Ketika sedang bantu-bantu tetangga yang sedang punya hajatan, biasanya ibu-ibu juga bapak-bapak ikut bantu di dapur, nyiapin tenda, rapihin taman, bersihin halaman rumah, dan lain-lain. Yang sibuk di dapur biasanya suka ada aja, peralatan dapur yang tiba-tiba jatuh. Atau tidak sengaja tersenggol, maklum sedang banyak orang di dapur yang bekerja dan berlalu lalang. . Panci yang tersenggol mungkin menyeggol lagi benda lain, ceret kosong, atau wajan. Benda-benda itu jatuh, menimbulkan bunyi yang nyaring, yang kadang mengagetkan ibu-ibu atau orang-orang yang ada di sekelilingnya. Bunyi yang nyaring dan tiba-tiba itu biasa disebut "mak krompyang". Bunyi yang mengagetkan dan nyaring. Biasanya dari benda-benda metal, besi, atau kaca/beling. Krompyang sendiri maknanya benturan beberapa benda, misal panci-panci, dandang, kemudian membentur ke lantai. Fungsi "mak" pada kalimat ini memang untuk menyangatkan atas peristiwa tersebut, diikuti dengan kalimat untuk menggambarkan bunyinya: "Krompyang...!"

Masih banyak lagi,  kata-kata yang menggunakan kata mak. Untuk menggambarkan hati yang lega, biasanya orang jawa menyebutnya: "mak plong..." Untuk nasehat yang dalam sehingga kita jadi merasa kena (ke hati), kita bisa gunakan kata "mak jleb". Biasanya ungkapannya: "kata-katanya bapak itu "mak jleb", bikin aku jadi tersadar." Mak jleb itu menusuk dalam, biasanya untuk kata-kata. Bisa positif bisa juga negative. Bisa menginspirasi, bisa refleksi, bisa juga menyakiti.

Ada istilah lain lagi yang menggunakan mak. Mak jedul, artinya tiba-tiba muncul. Mak plung, bunyi benda yang tidak kecebur ke dalam air. Biasanya untuk menyebut bunyi ketika BAB di kali (wc pinggir kali, yang langsung jatuh ke sungai atau kali kotorannya). Mak legendher, ini biasanya untuk menyebut makanan atau minuman yang masuk dengan lembut dan smooth ke dalam tenggorokan. Misal minum kelapa muda, cendol, atau jelly. Mak jegagik, tiba-tiba muncul mengagetkan dan menghentikan kita. Mak sliwer, untuk sesuatu yang sekelebat lewat. Mak pet, biasanya untuk menyebut lampu atau lisatrik yang tiba-tiba padam.  

Ada banyak lagi mak-mak yang lain, dalam istilah Bahasa jawa (jowo).  Betapa kaya dan uniknya Bahasa jawa. Kenapa banyak kata mak yang melekat pada banyak kata? Ini juga masih jadi misteri. Belum ada penelitian mengenai hal ini. Istilah mak-mak ini sudah menjadi bagian dari keseharian orang jawa Ketika berbahasa maupun berinteraksi. Emak atau ibu memang tokoh sentral dalam keluarga. Mak lah yang mengajarkan anak-anaknya berbicara dan berkomunikasi. Mulai belajar mengenal kata, kalimat dan bahasa. Kata yang pertama muncul dari seorang anak, biasanya mak, atau ma. Karena dialah tokoh sentral yang setiap hari dan setiap saat dia temuinya. Orang jawa juga kalo ada sesuatu yang diluar kemampuannya, biasanya yang disebut pertama adalah, makkk....! Misal ketika tiba-tiba jemuran bajunya jatuh ke tanah, dan kotor semua, dia akan teriak: "Aduuhhh... makkk...!!!" atau minimal teriak, "makkkk...!!!" Mungkin dari sinilah awal kata mak banyak melekat pada istilah-istilah unik dalam bahasa jawa. Yang jelas "mak" telah memperkaya khasanah dan kosa kata Bahasa jawa. Istilah jawa yang menggunakan kata mak bila dikumpulkan mungkin bisa ratusan. Perlu ada studi yang serius untuk mendalami "mak" ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun