Jamaah haji, terutama yang mandiri, bukan haji plus atau furoda, akan menghabiskan waktu 40 hari. Di Mekah 30 hari, sisanya 10 hari di Madinah. Rangkaian Ibadah haji sebenarnya hanya kurang lebih 7 harian. Namun paket dari pemerintah memang 40 hari. Gak ada yang lebih singkat. Kecuali haji plus atau furoda.
Selesai rangkaian ibadah haji, masih panjang waktu yang tersisa (buat yang kloter terakhir seperti saya). Larangan-larangan saat ibadah haji sudah gugur, karena memang sudah diselesaikan. Sisa hari-hari di Mekah tentu saja, kita manfaatkan untuk ibadah. Memperbanyak sholat di masjidl Haram dan Thowaf Sunnah di Ka’bah. Kami juga melakukan Umroh Sunnah beberapa kali. Selain itu kami juga ziarah religi ke tempat-tempat bersejarah. Terutama yang berhubungan dengan Rosululloh.
Selama di Mekah, semua kebutuhan makan, minum terpenuhi dengan sangat baik. Tapi sebagai laki-laki dewasa yg sudah beristri (berkeluarga), ternyata hasrat untuk berhubungan dengan istri tiba-tiba muncul. Sehari-hari nya kami memang di kamar terpisah. Kamar pria terpisah dengan kamar khusus wanita. Hal ini ternyata tidak hanya terjadi dengan saya saja. Hampir semua yang berhaji dengan pasangannya (suami/istri) punya keinginan untuk melepaskan hasrat biologisnya yang sudah tidak bisa dipendam lagi. Semakin dipendam bisa semakin meronta-ronta, hehehe… Untuk melepaskan hasrat biologis tersebut tidak mudah. Kamar bukan milik sendiri, tapi dihuni oleh 4 orang. Cara mengusir mereka supaya jangan di kamar dulu butuh trik-trik tertentu.
Saya sebagai ketua regu (Karu), juga diminta oleh salah satu anggota regu, untuk menyediakan kamar barokah. Kamar yang bisa dipakai oleh suami istri untuk melepaskan hasrat nya. Pihak KBIH, maupun pemerintah Indonesia memang tidak menyediakan kamar khusus untuk pasangan suami istri yang akan melepas hasratnya. Kami akhirnya bersepakat, terutama dengan anggota regu sendiri yang membawa pasangannya. Kami tidak menyediakan kamar khusus. Kamar yang ada kita manfaatkan saja. Tentu saja bergantian penggunaannya.
Istilah Kamar Barokah ini entah sejak kapan. Yang jelas kalo dengar cerita dari tetangga-tetangga yang sudah berangkat haji lebih dulu, dari sejak 2005, saya sudah dengar istilah ini. Kalo orang tua saya jaman dulu, gak pernah cerita keberadaan kamar barokah saat pergi haji. Mungkin fasilitasnya beda dengan model haji yang belakangan ini.
Kebetulan ada 2 kamar di grup kami yang bersebelahan. Sisi kiri kamar untuk jamaah wanita yang isinya 4 orang. Sisi kanannya jamaah pria, isinya 4 orang juga. Sebenarnya ada 1 kamar lagi, hanya saja dia terpisah lantai. Isinya wanita, dan terdiri dari 2 grup yang berbeda.
Selesai Thawaf Ifadhoh, yang menandakan rangkaian haji sudah selesai, dan larangan-larangan dalam haji sudah gugur. Saya mengumumkan ke grup (ke suaminya), bahwa kamar barokah bisa dipakai dengan kesepakatan teman sekamar. Waktunya juga sesuai kesepakatan teman sekamar. Waktu-waktu yang sering kosong adalah, waktu menjelang subuh. Biasanya jamaah berangkat ke Masjidil Haram antara jam 2.30 - 03.00 pagi. Bila kita mau pakai kamar tersebut, kita tinggal berangkat belakangan. Atau sholat subuhnya di hotel. Karena di hotel di lantai S disediakan mushola/masjid yang cukup besar. Jamaah nya tentu saja penghuni hotel tersebut. Waktu jam 3 an pagi, waktu yang tepat buat pasangan untuk melepas hasratnya. Pada saat itu penghuni kamar biasanya ke masjid semua. Silahkan waktu dan tempat kami persilahkan, he he he…
Bila kita ingin memakai kamar tersebut, kunci kamar harus kita yang pegang. Bila ada 2 kunci ya, kedua kuncinya kita yang pegang. Jangan sampai salah satu kuncinya dipegang teman kita. Bila kita sedang melepas hasrat, tiba-tiba teman kita masuk, bisa berantakan “acara keluarga” tersebut. Hotel sekarang model kuncinya berbentuk kartu. Ingat, kartu tersebut harus kita pegang semua.
Waktu lain, adalah antara maghrib sampai isya. Biasanya jamaah haji siang sampai sore hari, beraktifitas di dalam hotel. Siang, sholat dhuhur, istirahat atau tidur. Sore sholat di hotel. Siang sampai sore udara di Mekah, sangat panas. Matahari bersinar sangat bersemangat. Suhunya bisa mencapai 43º C. Buat yang gak kuat bisa dehidrasi atau kepanasan. Kalo cuma pake kerudung, atau kain penutup kepala saja, panasnya masih tembus. Luar biasa panasnya. Belum lagi sering ada badai pasir yang tib-tiba lewat. Makanya jamaah disarankan untuk tidak keluar di siang hari. Kalau sore suhu sudah mulai sedikit mereda. Biasanya jamaah yang mau sholat maghrib di Masjidil Haram, jam 4 atau 5 sore sudah berangkat.
Waktu maghrib sampai Isya di manfaatkan jamaah untuk sholat di masjidil Haram. Rata-rata jamaah maunya dari maghrib langsung lanjut ke Isya. Dari pada pulang ke hotel, terus balik lagi. Selain jalan ke terminal bis cukup lumayan jauh, 900 – 1.000 m, juga waktu akan habis buat bolak balik. Lebih baik menunggu sejam di masjid. Nah, waktu ini menjadi waktu yang tepat buat pasangan suami istri yang mau melepas hasratnya. Waktunya cukup panjang. Kamar-kamar hotel sering kosong di jam-jam tersebut.
Pembagian waktu ini paling tidak sudah dimanfaatkan oleh beberapa pasangan suami istri di grup kami. Hasrat yang tidak bisa dipendam, akhirnya bisa dilepas dengan baik, Hasrat ini adalah salah satu nikmat Allah, dan anugerah Allah yang diberikan pada pasangan suami istri. Supaya pasangan makin cinta dan makin erat hubungannya.
Ketika hasrat sudah lepas, paling tidak bisa membuat bahagia pasangan suami istri yang sedang menjalankan ibadah di tanah suci. Perasaan lebih plong. Ibadah jadi lebih fokus, lebih khusuk, tidak membayangkan yang bukan-bukan. Kamar barokah ini tentu saja butuh kerjasama, dan kesepakatan antar teman. Kebetulan jamaah yang tidak bawa pasangannya tidak ada yang protes.
Jika dalam satu kamar teman kita ada yang sudah sepuh, biasanya dia akan jarang sekali keluar. Lebih banyak aktifitas di sekiitar hotel. Sholat pun kalo gak di kamar ya di masjid hotel. Hal ini pernah kejadian sama teman saya. Untung nya dia punya trik jitu. Kebetulan kakek ini ingin belajar baca Quran, nah setelah waktu Ashar- Maghrib, di masjid hotel sering diadakan kelas “belajar Ngaji/Tahsin” yang dibimbing oleh salah satu jamaah yang kebetulan seorang Hafidz. Jadinya temen saya selalu mengingatkan ke Kakek (teman sekamarnya ini) bila ada kelas Tahsin. Di waktu tersebutlah kamar biasanya kosong.
Bila mau yang lebih private tentu saja bisa menyewa sendiri kamar, apartemen atau hotel-hotel kecil di sekitar Mekah. Ada cerita, jamaah yang masih berusia muda (tiga puluhan), yang memang berniat membuat keturunan di tanah Suci, dan punya budget yang cukup, dia menyewa apartemen untuk mereka pakai sendiri. Ada pula mukimin yang jualan bakso, dia terang-terangan membuat poster, menyewakan kamar untuk kamar barokah. Sebuah peluang bisnis, yang gak boleh dilewatkan.
Apapun boleh, sepanjang tidak melanggar larangan haji. Terutama jika masih menjalankan rangkaian ibadah haji. Banyak larangan-larangan yang harus kita hindari. Termasuk dilarang melakukan hubungan suami istri saat masih berhaji. Bila tidak mau terkena dam / denda yang besar.
Pilihan ada pada kita sendiri. Yang penting kamar barokah membawa keberkahan buat pasangan dan teman yang mau merelakan kamarnya untuk dipinjam sejanak. Sejauh tidak membuat berantakan kamar, tentu teman kita akan rela saja. Tahu sama tahu saja. Apalagi tempat tidur yang dipakai, yang punya kita sendiri. Jangan pakai tempat tidur temanlah.
Depok, Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H