Manajemen perubahan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif ini merupakan pengalaman pertama dan luar biasa bagi saya. Ilmu yang saya dapatkan ini sangatlah bermanfaat karena memberikan peluang bagi saya untuk dapat mewujudkan murid yang saya impikan melalui sebuah perencanaan yang matang dan kolaborasi bersama untuk kemajuan anak didik kita. Hal ini saya gambarkan dalam alur DEMONSTRASI KONTEKSTUAL dalam modul ini. Pemahaman saya tentang penerapan paradigma ini dikuatkan pada alur ELABORASI PEMAHAMAN bersama Ibu Nur Hanifah.
Melalui pengalaman belajar ini, saya sadar bahwa keyakinan saya keliru. Selama ini saya merasa bukan siapa-siapa di sekolah sehingga bisa membuat perubahan. Dulu, saya berpikir bahwa yang bisa melakukan perubahan hanyalah kepala sekolah dan para pemangku jabatan (wakasek). Sementara saya yang hanya berstatus guru hanya menunggu kebijakan-kebijakan yang mereka berikan. Meskipun sebenarnya saya juga mempunyai mimpi, saya merasa takut menyampaikannya. Namun, saya merasa sangat tertampar saat membaca materi bahwa ide menyatukan nusantara pada zaman kerajaan Majapahit ternyata berasal dari visi seorang Mahapatih Gajah Mada dimana dia bukanlah seorang raja. Mulai saat itu, saya yakin bahwa setiap guru itu berhak memiliki visi untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada siswa. Perubahan yang kita buat tidak harus menunggu besar. Kita bisa memulainya pada lingkaran pengaruh yang kita miliki secara konsisten dan berkelanjutan.
Selain itu, pelajaran yang sangat mengena dalam hati saya adalah paradigma inkuiri apresiatif dimana mindset kita dalam menyelesaikan masalah adalah berbasis aset / kekuatan sehingga kita bisa berpikir jernih dan positif. Selama ini, dalam pandangan kita sebagai guru terutama saya untuk melakukan suatu perubahan itu selalu melihat masalah dan mencari solusi atas masalah tersebut dengan menutupi kekurangan (defisit based mindset). Dengan pandangan ini, masalah mungkin bisa diselesaikan. Akan tetapi sifatnya sementara karena tidak terjadi perubahan positif dari dalam diri yang sifatnya berkelanjutan.
ARTICULATION OF LEARNING
Dari hal-hal yang telah saya pelajari pada modul 1.3 ini, saya menyambungkannya dengan modul sebelumnya yaitu filosofi KHD dan nilai-nilai serta peran guru penggerak. Saya menarik benang merah bahwa untuk dapat menerapkan visi guru penggerak yang berpihak pada siswa, guru harus memilki nilai-nilai dan melaksanakan peran guru penggerak itu sendiri. Kesimpulan ini saya tuangkan dalam alur KONEKSI ANTAR MATERI di modul ini.
Dari pelajaran tersebut saya berpikir tentang rencana ke depan sebagai AKSI NYATA saya di kelas dalam mewujudkan visi murid impian. Prakarsa yang telah saya buat dalam bentuk rencana manajemen perubahan berdasarkan pendekatan IA pada Demontrasi kontekstual sebelumnya adalah "Mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga mereka menjadi insan yang tangguh dan adaptif." Prakarsa perubahan tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila yaitu dimensi mandiri. Kemudian, hasil penyelidikan dan kolaborasi yang telah disusun dalam kanvas BAGJA Â diejawantahkan dalam cara mendidik siswa sesuai dengan kondisi murid maupun situasi di sekolah.
Demikianlah Jurnal Dwi Mingguan saya terkait modul 1.3 tentang visi Guru Penggerak.
Salam Guru Penggerak !!!
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan
 Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh
Â