Mohon tunggu...
Dinta Nuriyah
Dinta Nuriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Saya Mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya tertarik pada dunia media dan masih terus belajar untuk menjadi penulis yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Beberapa Tahapan dalam Membuat dan Berpidato

21 Mei 2024   15:39 Diperbarui: 21 Mei 2024   15:55 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Dinta Nuriyah (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Oleh: Syamsul Yakin dan Dinta Nuriyah 

Dosen Retorika dan Mahasiswa UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Pidato adalah seni yang dapat dipelajari oleh semua orang. Sebagai sebuah keterampilan, pidato memerlukan latihan intensif dan kebiasaan berbicara di depan publik. Selain keterampilan tersebut, pidato juga harus dilengkapi dengan pengetahuan linguistik yang mendalam agar diksi yang digunakan variatif, menarik, dan estetik. Dengan begitu, pesan yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami dan diapresiasi oleh audiens.

Keterampilan dan pengetahuan linguistik sangat diperlukan dalam berbagai tujuan pidato, baik yang bersifat informatif, persuasif, maupun rekreatif. Untuk mencapai ketiga tujuan pidato tersebut, diperlukan persiapan yang matang dan menyeluruh. Hal ini mencakup pemahaman mendalam tentang audiens, materi yang akan disampaikan, serta teknik-teknik retorika yang efektif. Dengan persiapan yang baik, seorang pembicara dapat menyampaikan pidato yang tidak hanya informatif dan persuasif, tetapi juga menghibur dan memukau pendengarnya.

Persaiapan tahap pertama adalah menentukan topik pidato. Topik pidato adalah pokok persoalan yang masih bersifat umum dan abstrak. Topik pidato sebenarnya pada pokok pembicaraan dalam keseluruhan pidato. Dalam prakti, topik pidato dirinci atau dojabarkan dalam suatu judul.

Tahapa berikutnya adalah menuntukan tujuan pidato, yakni informatif, persuasif, atau rekreatif. Sebenadnya pidato yang baik harus memuat ketiganya. Kendati tetap harua ditentukan tujuan utamanya. Misalnya, pidato seorang menteri lebih bersifat informatif.

Pidato seorang politisi lebih bersifat persuasif, berusaha meyakinkan audiens untuk mendukung pandangan atau kebijakan tertentu. Sebaliknya, pidato seorang artis lebih bersifat rekreatif, bertujuan menghibur dan menyenangkan pendengar. Namun, tampaknya pidato seorang penceramah agama di panggung, mimbar, ataupun media lain harus bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif sekaligus. Penceramah harus mampu menyampaikan informasi keagamaan yang akurat, meyakinkan audiens tentang pentingnya nilai-nilai tersebut, dan melakukannya dengan cara yang menarik serta menghibur agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan dihayati dengan baik oleh pendengar.

Selanjutnya, karena pidato harus berisi dan berkualitas, maka tahap persiapan pidato berikutnya adalah membaca literatur terkait topik dan judul pidato untuk mendukung basis epistemologi. 

Literatur yang juga harus dibaca bukan hanya buku, tapi juga hasil survey, dokumen. Untuk pencerah agama tahapan membaca literatur ini lebih panjang. Diawali memahami al-Qhr'an, hadits Nabi, karya ulama, hingga ilmu bantu, seperti ilmu sosial, humaniora, dan yang lainnya.

Tahapan pidato berikutnya adalah tahapan yang bersifat teknis, yakni membuat kerangka pidato untuk memudahkan mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Durasi pembukaan harus singkat. Yang terpenting dari pendahuluan adalah menyampaikan judul pidato secara interogatif.

Sementara Isi pjdato harus mudah dicerna dan diingat. Untuk itu dapat digunakan metode numerik, dengan menyebutkan angka. Seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Untuk ceramah agama, misalnya, bisa diuraikan tiga ciri orang munafik. Mulai dari yang pertama, kedua, dan ketiga.

Penutup pidato lebih sebagai jawaban singkat mengenai masalah pidato yang diangkat. Dalam penutup harus singkat karena penjabaran secara luas sudah disampaikan pada bagian isi.

Tahapan persiapan pidato bisa ditambah sesuai dengan materi dan tujuan pidato yang ingin dicapai. Media dan audiens juga dapat membuat persiapan pidato menjadi berbeda. Misalnya, persiapan pidato di televisi berbeda dengan persiapan pidato di radio karena masing-masing media memiliki karakteristik dan tuntutan teknis yang berbeda. Begitu juga, persiapan pidato seorang politisi berbeda dengan persiapan pidato seorang artis atau penceramah agama. Seorang politisi harus fokus pada argumen persuasif yang kuat, sementara seorang artis perlu menyiapkan elemen-elemen hiburan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun