Mohon tunggu...
Dini Savitri
Dini Savitri Mohon Tunggu... -

I am who I am, the one and only. A proud mom, enjoy life, live life to the fullest and let God do the rest. \r\n\r\nvisit my blog http://dinisavitri.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Stop Bullying, Been There!

31 Juli 2013   16:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kalian mendengar, kisah Amanda Todd? Remaja yang bunuh diri akibat tak kuat mengalami bullying? Padahal Amanda masih muda, cantik, dan saya yakin dia mempunyai masa depan yang cerah, andai dia bertahan.... dan bisa mengatasi ini semua... Andai... ya..andai saja...

Membaca kisah Amanda Todd, saya jadi sedih.... Terbayang puluhan tahun silam saat saya juga mengalaminya... YA, SAYA JUGA PERNAH DI BULLY. Dulu istilahnya bukan di bully tapi "digencet". Peristiwa ini terjadi saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya kerap "digencet" oleh senior saya, entah kenapa? Saya tidak pernah tau. Mereka memperlakukan saya dengan buruk, mulai dari mengejek-ejek saya, hingga membuat saya menangis setiap pulang sekolah. Ada saja yang bisa membuat mereka memperlakukan saya dengan tidak baik. Ibu & Bapak saya sangat prihatin melihat kondisi saya, yang sepulang sekolah hampir selalu menangis, tapi beruntung, saya tetap mau bersekolah, dan tetap menjadi juara kelas, yah ranking 1 sampai 3 lah, bolak-balik hahaha...

Mungkin karena itulah Bapak saya memutuskan saya dan adik saya untuk mengikuti bela diri Karate, waktu saya kelas 2 SD. Memang, setelah ikut Karate, sedikit demi sedikit saya mulai percaya diri dan sedikit mempunyai kekuatan untuk bisa melawan, meski tetap saja mereka menggencet saya lah, kan mereka 2 atau 3 tingkat di atas saya, hahaha.

Puncak bullying yang saya alami adalah saat saya kelas 5 SD, waktu itu di mobil jemputan, ada senior kelas 6 SD, yang berjenis kelamin laki-laki (gak jantan banget ya tuh laki beraninya sama perempuan) mulai mengejek-ejek saya di hadapan saya, saya hanya diam, tapi..adik laki-laki saya yang baru kelas 3 SD sudah tak tahan melihat perlakuan senior itu, akhirnya dia menendang bisul yang ada di kepalanya (ini semua dalam mobil jemputan), senior itu kaget, marah dan menjambak adik saya, saat itulah saya pun seolah tersadar dan langsung membantu adik saya. Dan kalian tau, senior-senior lain yang tadinya ikut mengejek-ejek, hanya diam dan tidak membantu. Mungkin mereka kaget melihat ada perlawanan yang kami lakukan.
Akhirnya kami dipisah oleh sopir jemputan, dan hal ini dilaporkan ke pihak sekolah, yaitu ke wali kelas senior tersebut, karena rambut saya yang terjambak sampai terlepas dari kepala, jadi waktu itu agak pitak deh. Sialan :D
Senior itu pun minta maaf, dan tanpa kami sadari, beberapa gerombolan yang ikut-ikut menggencet kami, satu persatu minta maaf, kalau pun ada yang tidak minta maaf mereka tidak pernah mengganggu kami lagi. FYI yang menggencet saya gak cuma perempuan tapi laki-laki juga.Belajar dari pengalaman di bully, saya mulai speak up dan melawan.
Pada dasarnya saya nekat, bahkan saya sempat menantang satu lawan satu orang (cowok) yang berusaha membully saya setelah pengalaman saya di SD ini, tapi dasar pengecut, mereka para bully-ers ini beraninya rame-rame.Begitu saya dewasa (baca : kuliah dan kerja) saya malah gak pernah ketemu para pem bully saya itu. Eh, tapi ada deng satu keluarga, kakak adik, cewek-cewek yang dulu pernah bully saya. Saya bertemu mereka di Gereja, mereka rupanya kaget melihat saya dan malah nunduk pura-pura tidak mellihat, ah iyaa rupanya mereka 'minder' ketemu saya hahahaa....
Berdasarkan pengalaman dan sharing dengan orang lain, saya mengambil kesimpulan, entah kalian setuju atau tidak, tapi menurut saya orang yang bully itu adalah orang yang sebenarnya tidak punya kepercayaan diri yang kuat, minderan, dan gak pe de lah kalau bahasa sekarang. Tapi itu semua ditutupi dengan 'upaya menindas' orang lain untuk menutupi kekurangannya. Deep down inside mereka iri terhadap orang yang mereka bully, ok, mereka tidak akan mengakuinya, tapi hmmm...saya yakin sekali.Para pem bully ini merasa 'cool' & 'keren' kalau bisa membully apalagi didukung banyak orang. Well... Kasian sekali ya mereka, gak ada lain apa yang bisa dikerjakan selain ini. Tidak ada lain yang bisa mereka banggakan selain 'menindas' orang lain.

Akhirnya saya terbebas dari pembully, jadinya saya malah kerap membela orang yang di bully atau ditindas. Andai saya bisa jadi supergirl....lebih banyak lagi yang bisa saya bela (ngayal :D)

Kalau saya membaca dan browsing sana sini, di Amerika sana hal bullying ini ternyata menjadi sangat serius tatkala, korban bullying memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, seperti Amanda Todd ini.

Jangankan anak-anak normal saling membully temannya. Kasus bullying sempat dialami anak saya yang berkebutuhan khusus. Cc (sisi) panggilan anak pertama saya merupakan abk (anak berkebutuhan khusus) karena ADD, mulai ajaran baru ini saya menyekolahkan dia ke sekolah campur (umum) yang terdiri dari anak-anak normal dan abk dengan kurikulum sama seperti sekolah biasa. Saya yang memberi perhatian penuh dengan mengantar jemput dan menunggu anak saya sekolah ini melihat dengan mata kepala saya, saat istirahat beberapa temannya yang normal mengejek dan membully anak saya dengan meniru kebiasaan Cc kalau lagi gregetan, dan berulang-ulang. Cc sebetulnya kurang dalam hal bersosialisasi dan berkomunikasi. Cc tidak bisa mengobrol seperti layaknya kita, meski dia ngomong lancar, ditanya jawab, dan dalam pengetahuan dia luar biasa. Tapi ya itu kesulitan anak saya. Bahkan saat Cc menghampiri mereka, mereka langsung lari masuk kelas, dan Cc berusaha membuka pintu, namun dikunci oleh anak-anak itu. Saya terdiam.... Padahal sebenarnya sekolah itu mengajarkan kepada anak-anak yang normal untuk berempati dan membimbing abk supaya bisa bersosialisasi. Saya tau, Cc belum megerti soal bullying, dan dia cuek meski sempat ribut karena pintunya dikunci. Sebagai mamanya, saya sedih. Tapi saya musti bertindak, akhirnya saya laporkan ke gurunya, dan Puji Tuhan peristiwa itu tidak terulang lagi, dan sedikit demi sedikit anak-anak normal itu mau mengajak Cc untuk bersosialisasi. Ternyata kejadian ini juga kerap menimpa teman-teman saya yang mempunyai abk. Saat anak-anak mereka bersekolah di sekolah biasa, hal itu kerap terjadi.

So, please STOP BULLYING RIGHT NOW!!!

Bagi kalian yang jadi korban bullying, hey, you're not alone! Kamu sempurna, diciptakan indah oleh Tuhan, meski kadang kita berbeda dengan yang lain. Jadi, jangan minder, takut dan lainnya. Jangan hanya diam, SPEAK UP dan lawan! Ayo tunjukkan kemampuanmu, cuekin aja, berprestasi dan berkaryalah! Biar para bully-ers itu makin minder dan akhirnya malah mereka gak jadi apa-apa. You are beautiful dan you are so precious, don't waste your time in fear and tear! Let's move on.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun