Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - tamat smp

suling pun bukan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nilai dan Materi

6 September 2024   14:57 Diperbarui: 6 September 2024   15:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai dan Materi

1/
Demokrasi semestinya mengajarkan kita jadi dewasa,
berwibawa, cerdas, dan bertanggungjawab.
Untuk itu diperlukan kemampuan menguasai emosi
dan kecerdasan mengelola pikiran.
Manusia beradab cara hidupnya seperti itu.

2/
Alhamdulillah encanaku gagal,
Allah tidak menyetujui.
Memahami jalan Allah.
Apakah kalimat ini mengatakan (bahwa) Allah (itu) punya jalan? Dan tentu adayang mengatakan, jalan Allah tidak sama dengan jalan makhluk.
Jalan Allah suci, jalan makhluk berlumpur.
Ada juga yang berpendapat,
semua jalan milik Allah, tiap makhluk hanya memilih
jalan mana yang dimaui.
"Ya Allah, bimbinglah kami ke jalan yang benar, yang Engkau ridhai. Aamiin"

3/
Obat bagi yang sakit,
pertama ikhlas, kemudian perhatian, lalu do'a.
Yang sulit dewasa itu jiwa, pikiran sering kewalahan menghadapinya.
Semakin ke pucuk semakin gigil puncak pendakian itu.

4/
Astaghfirullah'alazim.
Aku masih angkuh.
Diam-diam masih meremehkan yang lain.
Aku minta maaf.
Sungguh aku tidak bermaksud merehkan.
Ya Allah, semoga mereka mau memaafkan.

5/
Rindu itu indah sebelum terwujud,
karena hasrat ingin memiliki.
Seperti rindu wangi mawar, pada bentuk warnanya.

6/
Tahukah kamu, ibadah yang kamu tampilkan itu
mengandung riya.
Pakaian yang kamu sandang
seakan dirimu orang yang sangat beriman,
namun salam tegurmu dan senyum sedekahmu seakan hilang
di depan pengemis di pinggir jalan.
Saat untuk mengagungkan Tuhan sekalipun
keriyaan itu masih kamu pamerkan,
mobil-mobil mewah seakan menampakkan
Tuhan telah kedatangan tamu-tamu agung.
Dengan lafaz yang menggetarkan nyali,
kamu puja-puji setiap namaNya, sedang di luar sana,
Tuhan melihat ada hati yang tergeletak di bibir  trotoar
tanpa ada kamu datang mengambilnya.
Ibadah itu sunyi hati saat mengingat namaNya,
ibadah itu tangis jiwa bagi hati yang tersia.
Tahukah kamu, din saja?

7/
Tuhan, aku sudah tidak ingin lagi berpikir,
aku hanya ingin mencintai.

Banda Aceh, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun