Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - tamat smp

suling pun bukan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hikayat Permenungan (193)

11 Agustus 2024   23:13 Diperbarui: 11 Agustus 2024   23:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam berbagai hal manusia hidup berproses menemukan kesadaran,

menjadi rendah, tidak setinggi debu, karena pengakuan adalah keagungan.

Pada mulanya tidak meminta, tetapi ketika dipilih itulah kemuliaan, rahmat

dari Kebenaran.

Jalanan mana yang tak pernah sunyi.

Deru mesin tak henti-hentinya menabuh hasrat.

Burung-burung tak lagi mengibaskan sayap, kicauannya disergap gergaji

penyulap.

Ruang mana lagi yang tak pernah lengang.

Dalamnya hati berisik dengan kebencian.

Di puncak bukit hanya ada sendiri termangu bimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun