Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Keong Racun (2)

23 September 2010   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Peluang Bisnis Fantastis

Para intelektual dari kampus turun mengajak menjemput peluang usaha yang sangat menguntungkan.Modal sedikit, cara pemeliharaan sangat mudah, pasar terjamin karena bukan hanya untuk pasar domestic tetapi juga ekspor.Budidaya keong racun!

Ilmu dari kampus yang berkolaborasi dengan jiwa kewirausahaan para pendidik menjadikan ilmu yang satu ini segera berubah menjadi sebuah komoditi dagangan yang laris manis.Buku-buku tentang keong racun pun terbit dan beroplah tinggi.Para instruktur pun kebagian limpahan rezeki, menyelenggarakan berbagai pelatihan teori dan praktek serta memompa motivasi peserta.

Keong racun alias bekicot dibudidayakan dimana-mana.Kepolpulerannya menggantikan kodok, belut dan lele yang lebih dahulu disosialisasikan sebagai tantangan bisnis dengan keuntungan fantastis.Keong racun telah meracuni masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat dengan cara yang tepat.

Walau pada akhirnya keong racun benar-benar meracuni para pembudidayanya yang tergoda para penggelora semangat.Pasar sama sekali buntu tak lagi sebagaimana dijanjikan sementara hasil budidaya berlumpah ruah.Dimanak sendiri?Jumlahnya sangat banyak dan yang peling penting, pada umumnya mereka pun belum pernah merasakan rasa keong racun yang sebenarnya!

Pembudidaya (maaf saya tidak menyebutnya sebagai peternak) keong racun pun pupus menyusul berbagai komodiiti penuh janji fantatis sebelumnya, kodok, belut dan lele.

Walau sampai sekarang banyak yang tetap bertahan membudidayakan keong racun, kebanyakan adalah mereka yang tinggal di wilayah yang sudah sedari dulu familiar dengan keong racun.Tanpa dibudidayakan sebagaimana keong sawah di masa kecil kami.Keong racun hidup alami diantara tumpukan sampah alami, menempel di pepohonan dan sebagainya.

Tahun sembilan puluhan, ketika usaha penuh keuntungan itu telah berhasil mati meracuni pembudidayanya, di Kediri dan sebagian daerah Jawa Timur masih dijumpai Keripik Bekicot dan olahan keong racun lainnya.

Keong racun adalah salah satu bisnis fantastis yang ditaarkan para motivator yang telah banyak meracuni pemodal sehingga mereka kehabisan modal dan usaha serta semangatnya mati.Tetapi tidak demikian dengan para motivator.Mereka semakin kreatif memberikan jalan keluar baru yang jauh lebih menjanjikan.

Tidak heran kemudian muncullah peluang membudidayakan cacing yang tidak kalah menghebohkan.Banyak para pemilik modal tiba-tiba tertarik bergelut dengan hewan yang menjijikkan itu.Lagi-lagi, mereka pun harus mati perlahan kena cacingan karena cacing yang berlimpah tak dapat dijual.Jangan berpikir seperti belut, keong racun atau kodok yang bisa dimakan kalau untuk hewan yang satu ini.

Tragedi keong racun pun terus berlanjut, banyak pensiunan BUMN menginvestasikan dana ratusan juta tunjangan masa depan hidupnya untuk berdingin-dingin dalam air bersama udang besar alias lobster.Berbagai pelatihan budidaya, tantangan bisnis dan motivasi diselenggarakan.Tidak lupa penjualan bibit berkualitas.

Para pensiunan muda (baru pension maksudnya) pun beralih profesi dari kegiatan rutin sebelumnya menjadi pembudidaya lobster.Mereka tekun menontrol suhu air, memberi makanan, dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi hewan air tawar kesayangannya.

Bahkan, diusianya yang senja, ketika libido sendiri relative berkurang.Mereka mesti menyaksikan pasangan lobster beradu kasih.Bahkan tenaganya sangat dibutuhkan dalam proses yang satu ini.Sebuah proses yang paling menjanjikan keuntungan berlimpah.

Tetapi, kegagalan dalam budidaya, ketidakberhasilan dalam pengawinan da kendala lainnya menyebabkan lobster-lobster tak berkembang.Bahkan sebagian besar mati karena bersamaan matinya semangat meraih keuntungan sang pembudidaya.

Aquarium, bak budidaya dan berbagai kelengkapannya menjadi saksi bisu lenyapnya ratusan juta rupiah pesangon perusahaan yang semestinya menjadi bekal menjalani kehidupan pasca bertugas.Sebagaimana hokum alam, uang hilang melayang tinggalah bayang-bayang keuntungan berlimpah yang tumpah di tengah jalan.

Berbagai gambaran keong racun dan peluang usaha yang diusaha-usahakan di atas kiranya menjadi bahan pertimbangan bagi para pemilik modal untuk berinvestasi.Merubah kebiasaan dari aktivitas rutin menjadi budidaya di bidang pertanian (tanaman, ternak, ikan, hewan, dll.) bukanlah proses yang mudah.Jangan mudah teracuni, seperti banyak orang sebelumnyamati rasa akibat mencoba meraih cara singkat menjadi kaya via budidaya keong racun.

Dan bagi para ahli, jangan tuangkan keahlian untuk keuntungan sesaat dengan men-sesatkan keilmuan kalian.Bagi orang berilmu selalu terbuka jalan rezeki yang barokah.Amien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun