10 tahun lalu (Selasa, 10/10/2010), Argo Bromo Angrek membawa penumpang dari Surabaya ke Jakarta. Sampai di Pekalongan pukul 02.30, ditarik oleh lokomotif CC203 11 yang tidak dilengkapi radio. Speedometernya pun mati.
Demikian juga lokomotif yang membawa KA Bima misalnya. Selain rem blong seperti diuraikan di atas rangkaian eksekutif ini pernah ditarik oleh lokomotif tanpa radio, seperti pada tanggal 5, 11 dan 13 Oktober 2000 ketika ditarik masing-masing oleh lokomotif CC203 22, CC203 15 dan CC203 20. Padahal bukan berarti tidak ada lokomotif yang layak, buktinya kereta tersebut pada tanggal 9 Oktober 2000 ditarik oleh lokomotif CC203 13 yang kondisi speedometer, radio maupun dead-man pedal-nya berfungsi dengan baik.
Dengan demikian, sekali lagi, jangan terlalu mudah memvonis kesalahan pada manusia, apalagi seorang masinis misalnya. Technical error perlu dibenahi.
Dalam jangka panjang, tentu saja bukan hanya peralatan teknik yang ada di dalam lokomotif dan gerbong keretaapi tetapi juga untaian sepanjang jalur rel keretaapi beserta stasiunnya.
Tidak lupa, segenap insan keretaapi pun harus mau belajar sesuai dengan perkembangan teknologi yang diterapkan, kecuali jika mau mati tergilas oleh anggapan klasik para pemimpinnya yang selalu hanya bisa menyalahkan tanpa tahu permasalahan sebenarnya dengan teriakan, "Human error !"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H