Dalam hening malam yang sunyi,
Kutemukan bayangmu dalam keheningan,
Rinduku terukir di langit kelam,
Mencintaimu dalam bisikan yang tak terdengar.
Kusembunyikan namamu dalam tiap bait kidungku,
Kurangkai dalam prosa yang paling dikara dalam tiap rintihannya.
Setiap tatapanmu, adalah puisi yang tak terucap,
Senja yang memerah, seakan menggambarkan rasa,
Namun bibirku terkatup dalam keabadian,
Menahan cinta yang tak terungkap oleh kata.
Aku mencintaimu dengan diam,
Seperti angin yang menyapa lembut dedaunan,
Tak terlihat, namun terasa begitu nyata,
Menggetarkan jiwa dalam setiap hembusan.
Setiap senyum yang kau lukiskan,
Adalah sinar yang menyinari gelap hatiku,
Namun, kutahan semua asa ini,
Dalam ruang yang tak bertepi, tak terjangkau oleh waktu.
Dalam doa yang kupanjatkan setiap malam,
Namamu selalu menjadi bait terindah,
Harapan yang kugenggam erat,
Walau kutahu, banyaknya perbedaan takkan menyatu dalam kisah kita.
Aku mencintaimu dengan diam,
Seperti bintang yang menari di langit malam,
Jauh, namun sinarnya menghangatkan hati,
Menerangi setiap sudut kegelapan yang ada.
Cinta ini adalah rahasia yang kupeluk erat,
Seperti hujan yang merindu tanah kering,
Meski tak selalu tersampaikan,
Namun tetap memberi hidup dalam senyap.
Meski kata tak pernah terucap,
Cinta ini nyata dalam setiap langkahku,
Mengiringi setiap detik yang berlalu,
Aku mencintaimu, meski hanya dalam diam.
Dalam keheningan ini, kuungkapkan segalanya,
Bahwa hatiku telah memilihmu,
Walau tak pernah kau tahu,
Aku mencintaimu, dengan diam yang tulus dan abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H