Kristal-kristal es itu tumbuh, karena uap air yang membeku di awan yang teramat dingin, bergelut dengan senandung alam untuk menjadi gumpalan-gumpalan besar berwarna putih bening yang cantik. Sebuah Maha Karya yang nampak dan dapat aku rasakan di langit biru yang luas membentang.
Sekeping salju di langit biru perlahan dengan pasti jatuh ke bumiku, lalu turun menyentuh tubuh dan ingatanku akan mu. Akan putihnya hatimu dan beningnya ke elokan budimu.
Apa yang membuatku sedemikian hebat mencintaimu?
Aku percaya Tuhan Yang Maha Agung menitipkan perasaan di hatiku bukan tanpa alasan, Dialah yang Maha Cinta, Kasihnya melebihi beningnya salju ciptaanNya. Jika pada akhirnya hatiku harus patah, itu adalah suatu jalan bagiku dariNya untuk merasakan salah satu rahasiaNya untukku. Rasa yang Tuhan tanamkan dihatiku tak lain hanya agar aku bisa meneguk nikmatnya ikhlas pada puncak mencintai paling tinggi.
Aku percaya rasa yang tertanam dihatiku untuk seseorang adalah bentuk nyataNya untuk menunjukkan betapa nikmatnya menjaga. Aku tidak ingin membohongi diriku sendiri untuk sampai pada akhirnya aku memilih ikhlas untuk sebuah perasaan. Namun entah dengan alasan apa lagi Tuhan memberi kesempatan lagi untuk merawat perasaan itu, aku masih mencntaimu.
Jatuh cinta itu hal biasa, namun jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang sama itu luar biasa. karena tidak semua orang mampu melakukannya.
Aku jatuh cinta kepadamu disaat aku tidak ingin jatuh cinta kepada siapapun lagi. Aku memaksa mengunci hatiku dan menutup paksa mataku agar aku tidak sakit dan terluka. Tapi.. ternyata Tuhan yang menghadirkan kamu di saat aku sedang mati rasa. Kamu mengembalikan kembali perasaan hatiku yang telah hilang, dan Tuhan lah yang membuatku kembali jatuh cinta kepadamu dan sungguh diluar kendali dan aku tahu bahwa semua perasaan ini ada karenaNya.
Sekeping salju yang turun di langit biru, adalah sekeping asa ku menjagamu, sekeping hasrat dan keinginanku untuk selalu bersamamu. Butiran-butiran es itu menjadi butiran-butiran kasih terdalamku yang akan membungkus cintaku menjadi keabadian.
Aku masih memilihmu dan aku masih mencintaimu berkali-kali, aku belum mampu menghapus kamu dalam takdirku, karena Tuhan sedang mengemas takdir keadilan perasaan yang selama ini nyaris membuatku membenci takdirku sendiri. Aku masih mencintaimu, karena aku percaya jikapun kamu tidak ditakdirkan untukku, maka rasa itu akan menghilang dengan sendirinya.
Lalu jika ku ditanya sampai kapan aku menunggumu...? aku akan menjawab, selagi Tuhan masih memberiku rasa cinta, aku akan tetap menunggumu.