Jika lembayung senja adalah merah jingga
Kamu adalah rona merekahnya.
Jika deburan ombak adalah melodi alam
Kamu adalah gelombang irama yang setia menemaninya.
Kamu adalah cahaya langit malam.
Kamu adalah senandung syahdu kerinduan.
Seperti sebatang lilin yang menyala
Di malam yang kelam dan terlalu sunyi
Engkau datang, membawa cahaya
Memenuhi kekosongan dalam hati.
Di setiap detik, di setiap hembusan nafas
Kehadiranmu melingkupi segalanya.
Engkau adalah separuh nafasku.
Denganmu kusadari makna hidup yang sesungguhnya.
Di setiap hembusan, kau hadir dalam benakku,
Menyatu dalam jiwa yang terjaga.
Denganmu, tiap detik sungguh berarti,
Setiap langkah memiliki arah yang pasti.
Engkau bukan sekadar hembusan angin lewat,
Kau adalah nafas yang memenuhi ruang hati.
Engkau separuh nafasku.
Dalam kebersamaan kita temukan keutuhan.
Melangkah bersama, dalam cinta yang tak terkira.
Namun, kadang-kadang dunia terasa sepi,
Seperti ombak yang menaburkan gelisah.
Dan aku bertanya-tanya, apakah kau masih bersamaku?
Ataukah hanya bayangan dalam ingatanku?
Kamu separuh nafasku.
Suatu saat jika kamu merindukanku,
Aku tidak kemana-mana.
Aku ada di tumpukan paling bawah dari semua hal
Yang kamu pilih untuk menutupi aku.
"Carilah disana, aku ada"
Kamu separuh nafasku.
Aku hanya pelipur laramu
Yang akan kamu lupakan.
Di saat kamu tidak membutuhkannya..
Namun jika suatu saat kamu mendengar namaku
Aku berharap seketika kamu tersenyum
Lalu berkata...
"Dia pernah menyayangi ku dengan hebat
Tanpa memikirkan rasa sakitnya"
Kamu separuh nafasku.
Aku tidak berharap
Untuk menjadi orang terpenting dalam hidupmu.
Aku hanya berharap,
Suatu saat nanti
Jika kau melihatku
Dan kita bisa bertemu
Kau akan tersenyum dan berkata...
"Dialah orang yang selalu menyayangiku"
Orang bijak pernah berkata.
Bahwa menikah itu nasib
Mencintai itu takdir
Kamu bisa berencana menikahi siapa saja
Tapi kamu tidak bisa merencanakan
Kepada siapa kamu jatuh cinta.