Mohon tunggu...
Dinny Salwa Azahra
Dinny Salwa Azahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa uin jakarta/fdikom/pengembangan masyarakat islam

ordinary

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran keluarga dalam mendidik generasi muslim

1 November 2024   17:03 Diperbarui: 1 November 2024   17:04 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adanya tugas ini adalah untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah studi islam yang di bimbing oleh dosen pengampu bapak Muhammad Firdaus L.c.,MA.,Ph.d

Dinny Salwa Azahra

NIM 12405051050110

Mahasiswa jurusan pengembangan masyarakat islam

Fakultas dakwah dan ilmu komunikasi
 
PERAN KELUARGA DALAM MENDIDIK GENERASI MUSLIM
 
Keluarga adalah sarana terpenting bagi seorang anak, baik dari segi akademik atau pendidikan formal maupun segi akhlak atau sikap yang akan menjadi cover untuk diri nya di pandang oleh dunia luar. Sebelum ia melihat dunia luar dan menampakan diri ke dunia luar, seorang anak akan lebih dulu melihat dan menampakan diri nya dari apa yang ia lihat dari keluarga nya dan anak juga akan mencontoh perilaku yang ia lihat dari keluarga nya tersebut. Dengan demikian, sebagai kedua orang tua sebaiknya dapat memberikan contoh prilaku yang baik terhadap anak anak nya dalam hal pendidikan ataupun akhlah, Yang sebagai mana pasti nya anak akan berprilalku yang sama seperti yang ia lihat kepada orang lain.
Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya. Peran aktif orang tua tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah. (alazharasysyarifsumut.sch.id/) (https://alazharasysyarifsumut.sch.id/pentingnya-peranan-orangtua-dalam-pendidikan-anak/)
Orang tua dalam mendidik anak nya harus mempunyai dan memahami ilmu tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar yang sesuai dengan ajaran yang ada dalam al-qur'an dan hadist. Umar bin khattab pernah berkata bahwasan nya "Wahai kaum muslimin, didiklah anak anak mu sesuai dengan zaman nya karena mereka hidup bukan di zaman mu." yang sejalan dengan kutipan yang ditulis oleh Imam Ahmad al-Syahrastani dalam kitab nya yang berbunyi "Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu." -Socrates (al-Milal wa al-Nihal (1404, juz 2: 82).
Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga. 2) orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga. (M. Arifin, 1978 ; 80).
1) Orang tua sebagai pendidik keluarga
Dari orangtua anak-anak menerima pendidikan, dan bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam keluarga, oleh karena itu orang tua memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak. Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua dalam mendidik antara lain :
a. Mendidik dengan ketauladanan
      Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya.
b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan
Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak anak ke dalam tauhid murni dan akhlak mulia. Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaanpembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa, .Pendidikan keimanan anak dan meluruskan moralnya (Abdullah Nashih Ulwan, 1992; 65).
c. Mendidik dengan nasihat
     Di antara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak, mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.( Abdullah Nashih Ulwan, 1995; 66).
d. Mendidik dengan pengawasan
      Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya  di lingkungan keluarga. Di lingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu dimarahi apabila ia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik.
2) Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga
    Selain mendidik, orang tua juga berperan dan bertugas melindungi keluarga dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari segi moril maupun materil, dalam hal moril antara lain orang tua berkewajiban memerintahkan anak-anaknya untuk taat kepada segala perintah Allah Swt., seperti shalat, puasa dan lainlainnya. Sedangkan dalam hal materil bertujuan untuk kelangsungan kehidupan, antara lain berupa mencari nafkah (Jalaluddin Rakhmat, 1994; 20). Menurut Abdul Rachman Shaleh, ada tiga macam lingkungan keagamaan dalam kehidupan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan dan proses belajar pendidikan agama di sekolah yaitu :
a. keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi perkembangan anak. Orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan selalu mendorong untuk kemajuan pendidikan agama serta kebersamaan mengajak anak untuk menjalankan agamanya.
b. keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan keagamaan anak-anaknya. Orang tua dari keluarga yang semacam ini tidak mengambil peranan untuk mendorong atau melarang terhadap kegiatan atau sikap keagamaan yang dijalani anak-anaknya
c. keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga yang semacam ini akan menghalangi dan menyikapi dengan kebencian terhadap kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh anak-anaknya dan keluarga lainnya (Shaleh, Abdul Rachman, 2000; 96).
(/idr.uinantasari.ac.id/13347/1/Peranan%20keluarga%20dalam%20pendidikan%20Islam.pdf)
Adapun metode parenting islami yang baik telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut Suwaid (2010:137) Metode Nabi dalam mendidik anak dapat direalisasikan ke dalam beberapa hal sebagai berikut :
a. Menampilkan Suri Teladan yang Baik.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya. Bahkan bisa dipastikan pengaruh yang paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. Rasulullah saw memerintahkan kepada kedua orang tua untuk menjadi suri teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak. Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orang tua berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran dan demikian seterusnya.
b. Mencari Waktu yang Tepat untuk Memberi Pengarahan.
Kedua orangtua harus memahami bahwa memilih waktuyang tepat untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil nasihatnya. Memilih waktu yang tepat juga efektif meringankan tugas orangtua dalam mendidik anak. Rasullulah SAWselalu memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, mengarahkan perilaku anak dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak. Dalam hal ini rasullulah SAW mempersembahkan kepada kita tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak yaitu dalam perjalanan, waktu makan, dan waktu anak sakit. (Suwaid, 2010 : 142)
c. Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian untuk Anak.
Orang tua harus selalu konsisten dalam melaksanakannya yang dapat bersifat adil dan menyamakan pemberian untuk anak-anak karena dua hal ini sangat penting dalam pengaruh yang besar dalam sikap berbakti dan ketaatan anak. Rasullulah SAW mewasiatkan kepada kedua orang tua untuk bersikap adil dan menyamakan pemberian, sebagaimana dalaamhadist yang berbunyi : "Bersikap adillah kepada anak-anak kalian, bersikap adillah kepada anak-anak kalian, bersikap adillah kepada anak-anak kalian". Nabi saw bahkan sampai tiga kali mengulangi perintah agar adil kepada anak-anak. Orang tua dituntut agar senatiasa adil dalam segala hal, baik dalam pemberian hadiah atau hal lainnya. Rasullulah melarang keras sikap orang tua yang tidak berperilaku adil diantara anak-anaknya. Bahkan beliau mengingatkan para sahabatnya untuk bertakwa kepada Allah SAW tatkala ada diantara mereka yang kurang adil terhadap anak-anak mereka.
d. Menunaikan Hak
Anak Adapun 10 Hak anak oleh Perserikatan Bangsa bangsa (1954) dan disahkan sebagai Konvensi Hak hak Anak (1989) yakni: hak untuk bermain (setiap anak berhak dan membutuh kan waktu untuk bertemu anak lain, berinteraksi sosial, dan menemukan hal baru selama hal tersebut tidak menghalangi orang lain menjalankan haknya). Hak mendapatkan Pendidikan ( setiap anak berhak mengakses berbagai informasi dan materi pengetahuan. Orang tua juga dapat mempercaya kan anaknya dalam kurun waktu tertentu pada suatu lembaga pendidikan). Hak untuk mendapatkan Perlindungan ( setiap anak berhak untuk merasa terlindungi/tidak dirundung, berhak dilindungi dari hal yang berbahaya, dan berhak dilindungi dari kejahatan verbal maupun non verbal). Hak untuk mendapatkan Nama (setiap anak berhak mendapatkan nama sebagai identitas). Hak untuk mendapatkan Status Kebangsaan (artinya setiap anak berhak atas suatu status kewargane - garaan dan nama sebagai identitas dirinya. Hak untuk mendapatkan Makanan (setiap anak berhak atas makanan yang bergisi yang dapat mencukupi dan sesuai kebutuhan anak. Hak untuk mendapatkan akses Kesehatan (bekaitan dengan kesehatan fisik yakni jasmani dan rohani anak melalui gerakan PHBS). Hak mendapatkan Rekreasi (setiap anak berhak mendapatkan Quality time bersama orang tua mereka). Hak untuk mendapatkan Kesamaaan (setiap anak berhak menyatakan pendapat, pandangan, dan pemikiran dan bebas diskriminasi). Hak untuk medapatkan peran dalam Pembangunan (mencakup kebebasan anak untuk mengusahakan, menerima, dan member segala macam ide baik secara lisan maupun tulisan, karya seni atau media lainnya.
e. Doa.
Doa merupakan landasan asasi yang setiap orang tua dituntun untuk konsisten menjalankannya serta orang tua harus selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya. Waktu yang mujarab untuk berdoa adalah pertengahan malam terakhir dan setiap selesai sholat fardu.
f. Larangan mendoakan keburukan untuk anak.
Setiap doa orang tua merupakan kelancaran bagi anaknya dari pada orang tua mendoakan hal-hal buruk untuk anak karena kekesalan sesaat alangkah baiknya orang tua selalu mendoakan hal-hal baik untuk anak
g. Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan .
Mempersiapkan segala macam sarana agar anak berbakti kepada orang tua dan mengerjakan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurutdan mengerjakan perintah dan dibantu dengan memberikan kenyamanan dan kasih sayang kepada anak.
h. Tidak suka marah dan mencela.
Saat mencela dan marah-marah pada anak hal tersebut dapat merusak mental dan hati anak alangkah baiknya apabil emosi lebih baik menjauh dan menenangkan diri sebelum berbicara pada anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode parenting islami yang dapat orang tua lakukan semuanya berawal dari sikap dan tindakan orang tua karena orang tua adalah role model bagi anak segala yang dilakukan orang tua anak akan mengikutinya.
(/idr.uinantasari.ac.id/13347/1/Peranan%20keluarga%20dalam%20pendidikan%20Islam.pdf)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun