Mohon tunggu...
Dinny noer Septianingsih
Dinny noer Septianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya mahasiswi Iain Ponorogo semester 2 jurusan PGMI
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Pertumbuhan Psikologis Peserta Didik

10 Juni 2024   10:29 Diperbarui: 10 Juni 2024   10:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dampak pola asuh otoriter terhadap pertumbuhan psikologis peserta didik 

Hasil pengamatan dan penelitian terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak akibat pola asuh otoriter menunjukkan permasalahan terkait permasalahan psikologis, mental, emosional, perilaku serta persoalan belajar dan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial. Hasil dari penelitaian sebagai berikut

1. Kemampuan akademik rendah

Setiap anak mempunyai kemampuan dan metode belajar untuk menangkap dan memahami pelajaran berbeda-beda. Terlepas dari hal tersebut, hal yang menjadi faktor utama pencapaian hasil belajar anak adalah kedisiplinan anak dalam belajar. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan, kedisiplinan anak dalam belajar tidak menjadi penentu keberhasilan pencapaian hasil belajar.

2. Takut mengambil keputusan

Dalam prinsip fase perkembangan individu, setiap individu memiliki potensi dalam pengambilan keputusan sesuai kemampuan dan konteks usia perkembangannya, termasuk pada usia anak usia dini. Anak-anak umumnya memiliki kemampuan menentukan pilihannya sendiri khususnya dalam aspek persoalan yang paling dekat dengan anak seperti keputusan- keputusan memberikan sebagian jajanan yang dimiliki atau meminjamkan alat tulis kepada teman sepermainannya serta hal-hal lain menyangkut aktivitas sehari-hari. Terkait hal tersebut, peneliti menemukan bahwa anak pada usianya yang sudah memasuki 11-12 tahun menunjukkan kemampuan mengambil keputusan yang rendah, hal tersebut terlihat dari kemampuannya memutuskan perkara sederhana menyangkut urusan dirinya sendiri.

3.Susah diatur

Dalam hal ini anak menunjukkan kecenderungan sikap berbeda, ketika berada di rumah dan di lingkungan luar rumah, baik di sekolah, muhslla, dan tempat bermain anak. Ketika sedang di rumah, anak menunjukkan sikap positif seperti penurut, tidak banyak tingkah, mudah diberi perintah dan sikap-sikap kooperatif lainnya. Namun karakter tersebut berbanding terbalik dengan ketika anak berada di luar rumah, sikap anak cenderung usil, banyak bicara, susah diatur, sulit diperintah atau diberi tugas.

4.Suka bicara sendiri

Saat berada di lingkungan keluarga, anak selalu disalahkan dalam berbagai hal termasuk saat berbicara, menjawab pertanyaan, bahkan ketika si anak bermaksud menjelaskan atau mengklarifikasi suatu hal, orang tuanya langsung menyanggah dan memarahinya. Kondisi tersebut menyebabkan si anak jarang berbicara ketika berada di rumah, bahkan hampir tidak pernah bertegur sapa dengan orang-orang di rumahnya (kecuali ditanya/disapa terlebih dahulu). Anak tidak berani membuka obrolan saat berada di rumahnya, anak cenderung menghindari perkumpulan anggota keluarga bahkan sering terlihat berada di tempat-tempat sepi di sekitar rumah, seperti di belakang rumah dan di sekitar kandang peternakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun