Mohon tunggu...
Dinna Alyanni643
Dinna Alyanni643 Mohon Tunggu... Guru - Seorang anak pedagang yang ingin mewujudkan cita-cita yang dianggap mustahil bagi sebagian orang.

Pantang untuk memikirkan hari esok karena lebih baik menikmati proses yang sedang di jalani dengan senang hati❤

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Karya Dinna

29 Mei 2024   17:00 Diperbarui: 30 Mei 2024   20:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam hari yang selalu membuat perkataannya menembus sukmaku entah mengapa setiap dengannya apalagi malam hari akan selalu membayang dan selalu diingat saking langsung menusuk sukmaku ini dia memang sosok yang baik, perhatian dan lemah lembut namun sangat sangar Jika ada yang berani mengusik hidup keluarga dan temannya. 

Pertemuan pertama kami saat insiden pelecehan seksual pada temannya yang berteriak sangat kencang di depan umum dia mengetahui hal demikian yang menimpa temannya dia langsung menghampiri pelaku pelecehan tersebut yang berani melecehkan temannya dia langsung murka dan memukuli pelaku secara membabi buta tanpa ampun sedikitpun, saat itu aku merasa sangat terkejut karena masih ada yang berani dan lebih dari menegur yaitu menghajarnya dari insiden itu aku mencoba menenangkan korban pelecehan dan dia terus menghajar pelaku. 

Apa kalian tahu sosok dia itu berjenis kelamin apa? Pasti kalian menganggap sosok dia itu seorang laki-laki padahal sosok dia itu berjenis kelamin perempuan yang sangat amat menyayangi keluarga maupun temannya, untuk zaman sekarang sulit sekali mempunyai teman yang sangat tangguh seperti dia padahal dia itu sejak bayi sudah dibuang oleh orang tua kandungnya tapi alhamdulillahnya ada keluarga kecil yang membawa dan mengurusnya hingga kini tumbuh dewasa setelah insiden waktu itu aku berkenalan dengan sosok dia yang tangguh dan pemberani ternyata kisah awalnya sama denganku yang dibuang oleh orang tua kandung di situ kami saling bertukar pikiran dan sering bertemu ataupun berkomunikasi via WhatsApp, setiap malam setelah pulang bekerja kata-kata yang disampaikan selalu menembus sukmaku dan memunculkan lagi semangat hidup yang sangat membara salah satu kata yang paling diingat yang disampaikan oleh dia seperti ini "Ingat kita hidup hanya sekali untuk orang tua kita yang sudah membuang kita saat kecil biarkanlah, ikhlaskanlah dan bersyukurlah kepada orang yang mau mengurus kita ini saatnya kita memberikan keamanan dan kenyamanan pada keluarga yang berani mengurus kita yang bukan darah dagingnya". Intinya tetap bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun