Mohon tunggu...
Dini Yanti
Dini Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hallo, Nama saya Dini Yanti Mahasiswi Semester Akhir Di Universitas Teknologi Digital ( Digitech University), Artikel ini saya Tulis hasil dari penelitian saya. Semogaa bermanfaat yaaa 😉

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Penerapan Kepemimpinan Transformasional pada Organisasi Forum Osis Bandung Barat

13 Mei 2024   22:26 Diperbarui: 13 Mei 2024   22:33 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah proses untuk memengaruhi orang lain atau unit organisasi untuk mencapai tujuannya. Disamping itu, inti dari sebuah kepemimpinan sebenarnya ialah untuk melakukan hal yang benar. Pemimpin harus dapat menggerakkan, memuaskan dan menumbuhkan pengikut yaitu motivasi dan menghidupkan potensinya, juga harus mampu menangani paradoks-paradoks dan menjelaskan maknanya (Narsa, 2012). Kepemimpinan secara umum sebagai suatu proses mempengaruhi atau membujuk (inducing) orang lain menuju pencapaian sasaran atau tujuan bersama, sedangkan menurut Razik & Swanson dalam Cepi Triatna (2015, p.166) Kepemimpinan dapat dipahami sebagai suatu konsep relasi (Relational concept). Kepemimpinan hanya akan ada serta terdapat pada proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada kepemimpinan. Makna tersirat dalam definisi tersebut ialah para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana cara yang dapat dilakakukan untuk dapat membangkitkan inspirasi dan memiliki relasi dengan para pengikut mereka.
1. Pendekatan Teori Kepemimpinan
Terdapat beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam teori kepemimpinan, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan Sifat (Trait Approach)
Pendekatan ini melihat kepemimpinan sebagai suatu kondisi yang terjadi dikarenakan faktor keturunan. Pendekatan ini menekankan bahwa kepemiminan itu tidak dapat dilatih, tetapi merupakan sebuah bakat dari keturunan. Demangan demikian pendekatan ini mengasumsikan bahwa yang layak jadi pemimpin adalah mereka yang berasal dari keturunan pemimpin juga. Namun demikian, pendekatan ini melihat ada karakteristik yang dapat dilihat pada seseorang yang mempunyai bakat sebagai pemimpin. Karakteristik tersebut dicirikan dalam tiga hal yaitu: a) Ciri fisik yang dapat dilihat pada bentuk fisiknya, berat badannya, serta penampilannya, b) Ciri minatnaitu berupa intelegensinya serta kecakapannya dalam berbicara, serta c) Ciri kepribadiannya yakni berupa ekstrover, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan konservatif.                                                     b. Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
Pendekatan ini mencoba melihat kepemimpinan sebagai suatu perilaku yang bisa diamati dan dipelajari sehingga kepemimpinan bukan suatu hal yang disebabkan oleh faktor keturunan semata, tetapi lebih pada hasil suatu pendidikan. Para ahli kepemimpinan perilaku berusaha untuk melihat perilaku kepemimpinan seperti apa yang dapat mempengaruhi perilaku bawahan atau staf supaya mereka memiliki produktivitas kepuasan yang tinggi. Orientasi analisis perilaku ini dikembangkan pada dua hal, yaitu orientasi hubungan pemimpin dengan bawahan dan orientasi tugas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Pendekatan Situasi (Contingency Approach)
Adalah suatu pendekatan yang melihat efektivitas seorang pemimpin daam mempengaruhi bawahannya tidak didasarkan pada satu perilaku tetap, tetapi lebih pada perilaku yang situasional (berdasarkan kondisi yang dihadapi oleh organisasi dan pemimpin).
2. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Berbagai tipe kepemimpinan tentunya akan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, khususnya ketika memasuki lingkungan perusahaan maupun organisasi. Adapun beberapa tipe kepemimpinan yang umum diketahui dan banyak diterapkan yaitu seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini.

20240513-210137-664226b0de948f7d6a59ec42.jpg
20240513-210137-664226b0de948f7d6a59ec42.jpg
Berdasarkan dengan tabel diatas, maka berikut merupakan penjabaran dari setiap tipe kepemimpinan yang biasa digunakan tersebut.
a. Tipe Autocratic
Autokratik yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  (2008) yaitu berasal dari kata autokrasi yang memiliki arti kekuasaan yang tidak terbatas dalam artian bentuk pemerintahan dengan kekuasaan mutlak pada diri seseorang, serta melambangkan suatu kediktatoran. Istilah lain dari autokrasi adalah otoriter, yang mana pada umumnya lebih dikenal kata otoriter daripada autokrasi itu sendiri. Otoriter yang berarti berkuasa sendiri, sewenang-wenang. Otoriter ialah merupakan bentuk pemerintahan dengan kekuasaan pada diri pemimpin itu sendiri yang dilakukan dengan sewenang-wenang.
Menurut Dwiwibawa Pemimpin yang bertipe otokrasi adalah tipe seorang pemimpin yang sombong. Seorang pemimpin tipe ini akan mencampuradukan antara kepentingan pribadi dan organisasi. Ia juga akan melakukan segala cara, dengan fokus utamanya adalah agar tujuannya tercapai. Dalam menjalankan tugasnya, seorang autokrasi akan:
1)Menuntut ketaatan penuh dari bawahan.
2)Bersikap kaku dalam menegakkan disiplin, tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan alasan atau argumen.
3)Bernada keras dalam memberikan perintah atau intruksi.
4) Jika bawahan melakukan kesalahan, pemimpin tipe ini cenderung menggunakan pendekatan punitif atau memberi hukuman, dan
5) Selalu berprinsip menang-kalah, maksudnya ialah bahwa pemimpin harus menang dan bawahan harus kalah.
Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin merupakan pengerak dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota-anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh ada yang membantah ataupun mengajukan saran (Afifuddin, 2005). Dalam kepemimpinan otokratik ini sangat terlihat bahwa dalam melaksanakan kepemimpinannya, pemimpin bertindak sebagai penguasa sehingga seluruh tindakan dan keputusan atas suatu masalah yaitu sesuai dengan kehendaknya. Dalam tipe kepemimpinan  ini, setiap bawahan diwajibkan untuk taat dan patuh dengan aturan dan kebijakan yang ciptakan oleh pemimpin.
a. Tipe Democratic
Dari kata "demokratis" ini tergambar bahwa apa yang akan kita putuskan dan laksanakan itu akan senantiasa atas asaas kesepakatan yang dilakukan bersama-sama. Tipe demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan mampu berjalan lancar serta dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat yang dipimpin. Seorang pemimpin yang demokratis memiliki kesadaran bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi mencapai tujuan organisasi (Suryosubroto, 2010)
Menurut (Dwiwibawa, et al., 2008), pemimpin demokratik memperlakukan manusia dengan cara manusiawi. Pemimpin mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Seorang demokratik tentunya tidak memandang bahwa kebutuhan manusia hanya terbatas pada kebutuhan materi, namun ia menyadari bahwa masih ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi seperti fisik, mental, sosial, dan spiritual. Tipe demokratik ini merupakan tipe kepemimpinan yang banyak sekali disukai para bawahannya. Karena, segala macam pemikiran dan juga ide diputuskan secara bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Tipe Laissez Faire
Laissez faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari pemimpin otokrasi. Jika pemimpin otokratik selalu mendominasi organisasi maka pemimpin laissez faire ini memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit pengarahan yang diberikan (Afifuddin, 2005).
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, hal ini karena pada tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Dalam tipe laissez faire ini, seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya (Sutikno & Sobri, 2009)
Pemimpin tipe laissez faire pada umumnya menganggap dan menjadikan bawahannya sebagai rekan kerja yang bersama-sama melaksanakan tugasnya sampai kepada tujuan yang diinginkan.
c. Tipe Patternalistic
Tipe kepemimpinan seperti ini biasa terdapat di lingkungan masyarakat desa yang masih bersifat tradisional dan agraris. Seorang pemimpin paternalistik memiliki gaya memimpin yang kebapak-an, melindungi tapi juga menggurui. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin dengan tipe patternalistic senantiasa mengutamakan kepentingan bersama. Pemimpin selalu memperlakukan setiap orang dalam organisasinya dengan sama, tidak ada yang lebih menonjol atau diistemawakan. Artinya seorang paternalistik berusaha memperlakukan anggotanya dan semua satuan kerja yang terdapat di dalam organisasi dengan adil dan merata (Dwiwibawa, et al., 2008).
d. Tipe Karismatik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan karisma adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya. Menurut Dwiwibawa (2012: 15), seorang pemimpin yang karismatik adalah pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun mereka tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa ia mengaguminya.
Tipe kepemimpinan yang karismatik ini pada dasarnya merupakan tipe kepemimpinan yang berdasarkan pada karisma seseorang. Biasanya karisma seseorang itu mampu mempengaruhi orang lain. Dengan karisma yang dimiliki, seorang pemimpin karismatik akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang pemimpin yang karismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar.
Kelima tipe kepemimpinan di atas dalam praktiknya saling isi mengisi atau saling menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif.
2. Gaya Kepemimpinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008), yang dimaksud dengan gaya yang berarti kesanggupan untuk berbuat dan sebagainya atau bisa juga diartikan dengan kekuatan. Dengan demikian gaya kepemimpinan bisa diartikan pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki bawahannya sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan.
Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Guritno, et al., 2005). Adapun menurut pendapat dari Tjiptono (Tjiptono & Fandy, 2006), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Selain itu, Hersey (2004) juga mengemukaan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola dari sebuah tingkah laku (ucapan dan tindakan) yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain.
Oleh karena itu, berdasarkan dengan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu pola tingkah laku baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan yang digunakan pemimpin ketika berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan juga memiliki beragam jenis, yang mana setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Secara singkat, gaya-gaya kepemimpinan tersebut dijabarkan pada tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2. 2 Tipe-Tipe Gaya kepemimpinan

20240513-194016-664227041470936193605ae2.jpg
20240513-194016-664227041470936193605ae2.jpg
Adapun sesuai dengan tabel ringkasan diatas, berikut merupakan penjabaran dari jenis-jenis gaya kepemimpinan sesuai dengan yang terdapat pada tabel diatas.
a. Gaya Persuasive
Gaya pemimpin persuasif adalah gaya memimpin dengan menerapkan pendekatan yang mengubah perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan. Dengan demikian gaya kepemimpinan persuasif adalah gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan.
b. Gaya Represif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan represif ialah menekan, mengekang, menahan atau bahkan menindas. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan dengan cara memberi tekanan, mengekang, bahkan sampai menindas sehingga para bawahan merasa takut. Gaya pemimpin represif adalah gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan. Dengan kata lain, gaya represif merupakan gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan yang bertujuan mengembalikan keserasian.
c. Gaya Partisipatif
Gaya pemimpin partisipatif adalah gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada bawahan untuk secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya pada perusahaan. Menurut Hasibuan (2006), kepemimpinan partisipatif yaitu bila seseorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya dilakukan secara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas serta partisipasi bawahannya. Pemimpin memotivasi para anggotanya, agar anggota merasa ikut memiliki perusahaan, falsafah pemimpin, pemimpin adalah untuk bawahan, serta pada kepemimpinan ini bawahan diminta untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dengan memberikan informasi, saran-saran dan pertimbangan. Pemimpin menerapkan sistem terbuka (open management). Informasi dan pembinaan kaderisasi mendapat perhatian serius.
Dengan demikian kepemimpinan partisipasif merupakan gaya kepemimpinan dengan menerapkan sistem terbuka dengan memberikan kesempatan kepada bawahan berperan aktif dalam menata baik memberikan informasi maupun saran-saran demi keserasian.
Gaya Inovatif
Gaya pemimpin Inovatif adalah pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan didalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia. Dengan kata lain gaya pemimpin seperti ini selalu memiliki inovasi pembaharuan demi lancarnya suatu organisasi baik dalam hal pemecahan masalah maupun dalam hal menciptakan produk terkait kebutuhan manusia dan perkembangan zamannya.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang merangasang dan menginspirasi (mentransformasi) pengikutnya untuk hal yang luar biasa. Menurut Robbins (2017), kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang dapat memberikan memotivasi kepada para pengikut untuk melaksanakan dan mengelola kepentingan mereka sendiri untuk kepentingan organisasi dengan keramahan secara individual, stimulasi intelektual, dan pengaruh yang ideal semuanya akan menghasilkan upaya ekstra dari pekerja untuk efektivitas organisasi yang lebih baik.
Artinya gaya kepemimpinan transformasional merupakan suatu gaya kepemimpinan yang mampu mengubah (transforming) bawahan agar menggunakan kepentingannya untuk mengutamakan kepentingan organisasi pula. Dengan kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan serta penghormatan terhadap pemimpin, serta mereka termotivasi untuk melaksanakan lebih daripada yang diharapkan.
Gaya kepemimpinan transformasional adalah tipe pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa Kepemimpinan transformasional menginspirasi pengikut mereka tidak hanya untuk mempercayai dirinya sendiri secara pribadi, tetapi juga mempercayai potensi mereka sendiri untuk mebayangkan dan menciptakan masa depan organisasi yanh lebih baik. Pemimpin transformasional mencipkan perubahan besar, baik dalam diri maupun organisasi mereka. Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra dalam diri pengikut demi mencapai sasaran organisasi.

2.1.3 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional
Indra Haris (2015) merumuskan empat ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga memiliki kualitas transformasional, antara lain:
Pengaruh Ideal (Idealized influence) yaitu perilaku yang membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat dari para pengikut terhadap pemimpin.
Pertimbangan Individual (Individualized consideration) meliputi pemberian dukungan, dorongan, dan pelatihan bagi para pengikut.
Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation) meliputi penyampaian visi yang menarik, dengan menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya bawahan.
Stimulasi Intelektual (Intellectual stimulation) yaitu perilaku yang meningkatkan kesadaran pengikut akan permasalahan dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah dari perspektif yang baru.
Menurut (Prasethyo & Anwar, 2021) ada beberapa karakteristik kepemimpin transformasional yaitu:
1. Memiliki strategi yang jelas. Pemimpin melakukan dan memiliki rencana perubahan beasar dan terarah terhadap visi, misi dan strategi organisasi serta dikomunikasi dengan baik kepada anggotanya.
2. Kepedulian, pemimpin memiliki kepedulian terhadap setiap permasalahan yang dihadapi oleh para anggota dan memotivasi serta perduli.
3. Merangsang anggota. Permimpin merangsang dan membantu anggota untuk tujuan-tujuan positif dan menghindari hal-hal yang tidak produktif.
4. Menjaga kekompakan tim. Pemimpin selalu menjaga kekompakan tim dan tidak ingin terjebak dalam pemikiran anggota.
5. Menghargai perbedaan dan keyakinan. Pemimpin menghargai setiap perbedaan pendapat untuk tujuan ke arah yang lebih baik, dan mengajak seluruh anggotanya untuk menghormati perbedaan dan keyakinan.
Adapun dalam pendapat lain, terdapat pula teori elemen kepemimpinan transformasional menurut MC Shane dan Von Glinow (2010) yang ditunjukan pada gambar 2.1 dibawah ini.

20240513-203003-664229ca1470930513106eb2.jpg
20240513-203003-664229ca1470930513106eb2.jpg
Sesuai dengan diagram diatas, penjabaran dari setiap point nya yaitu sebagai berikut:
1. Develop a strategic vision, Membangun visi strategis.
Pemimpin transformasional menimbulkan visi masa depan perusahaan yang mengikat pekerja untuk mencapai sasaran yang mungkin tidak mereka pikir.
2. Communicate the vision, mengkomunikasikan visi.
Apabila visi adalah substansi kepemimpinan transformasional, mengkomunikasikan visi adalah merupakan proses. Kualitas kepemimpinn yang paling penting adalah tentang bagaimana pemimpin dapat membangun dan berbagi visi mereka untuk organisasi.
3. Model the vision, pemodelan visi.
Pemimpin transformasional tidak hanya berbicara tentang visi, tetapi mereka merealisasikannya. Mereka melakukan "walk the talk" dengan melangkah keluar dari kenyamanan eksekutif dan melakukan sesuatu yang mencerminkan visi.
4. Build the commitment to the vision, membangun komitmen pada visi.
Menstransformasi visi ke dalam realitas memerlukan komitmen pekerja. Pemimpin transformasional membangun komitmen ini dengan beberapa cara, kata-kata, simbol, dan kriteria membangun antusiasme yang memberi energi orang untuk menerima visi sebagai miliknya (Sudarji, 2016).

2.1.4 Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional
Terdapat beberapa indikator gaya kepemimpinan transformasional menurut (Robbins & Judge, 2008), yang diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Kharisma
Kharisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan bersemangat.

2. Motivasi Inspiratif
Motivasi inspiratif menggambarkan pemimpin bergairah dalam mengkomunikasikan masa depan organisasi yang idealis. Pemimpin menggunakan komunikasi verbal atau penggunaan simbol-simbol yang ditujukan untuk memacu semangat bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan akan arti penting visi dan misi organisasi sehingga seluruh bawahannya terdorong untuk memiliki visi yang sama. Kesamaan visi ini memacu bawahan untuk bekerja sama mencapai tujuan jangka panjang dengan optimis. Sehingga pemimpin tidak saja membangkitkan semangat individu tapi juga semangat tim.
3. Stimulasi Intelektual
Indikator ini menggambarkan pemimpin yang mampu mendorong karyawan untuk memecahkan masalah lama dengan cara yang baru. Pemimpin berupaya mendorong perhatian dan kesadaran bawahan akan permasalahan yang dihadapi. Pemimpinan kemudian berusaha mengembangkan kemampuan bawahan untuk menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan-pendekatan atau perspektif baru.
4. Perhatian yang Individual
Perhatian yang individual menggambarkan bahwa pemimpin senantiasai memperhatikan karyawannya, memperlakukan karyawan secara individual, melatih serta memberikan nasehat. Pemimpin mengajak karyawan untuk jeli melihat kemampuan orang lain. Pemimpin akan memfokuskan karyawan untuk mengembangkan kelebihan serta kemampuan pribadinya.
Di luar empat elemen di atas, terdapat pula beberapa karakter lain yang dapat menggambarkan sosok kepemimpinan dengan gaya transformasional, yaitu:

1. Sangat terorganisir dengan baik.
Team-oriented.
2. Dihormati dan menghormati bawahan.
3. Bertanggung jawab atas tim, tetapi juga menanamkan tanggung jawab kepada anggota tim.
4. Menumbuhkan lingkungan kerja yang etis 5.dengan nilai, prioritas, serta standar yang jelas.
6. Unggul dalam mengomunikasikan gagasan baru.
7. Pandai dalam menyeimbangkan visi jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
8. Mampu membangun koalisi yang kuat dan membangun rasa saling percaya.
9. Memiliki integritas dan kecerdasan emosional tinggi untuk bisa berempati dengan orang lain. Dengan demikian, pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional biasa merupakan seorang sosok pemimpin yang visioner, inspiratif, berani, risk-taker, dan karismatik, sehingga mampu mendorong dan memotivasi karyawan atau bawahannya untuk senantiasa terus berkembang dan menerapkan visi-misi organisasi.

2.2 Penelitian Terdahulu
State of The Art atau biasa disingkat dengan istilah SoTA adalah rancangan penelitian yang terperinci dan unik. State of The Art dapat dijadikan sebagai dasar penelitian yang tertuang pada latar belakang penelitian. Melalui adanya State of The Art, akan diperoleh informasi mengenai masalah penelitian yang akan diteliti. Salah satunya yaitu dengan membaca literatur atau penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Hal tersebut akan menjadikan peneliti lebih mudah dalam memahami dan menganalisis masalah penelitian.
Berikut ini pada tabel 2.3 merupakan State of The Art atau SoTA yang sesuai dengan tema dan cakupan penelitian yang sedang dilaksanakn

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun