Mohon tunggu...
Dini Wulandari Kencana
Dini Wulandari Kencana Mohon Tunggu... -

vanilla ice cream addict

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ada Apa di Balik Komik?

9 September 2014   22:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gambar : www.tokopedia.com

Buku cerita dengan penuh gambar. Tentu membuat komik identik dengan bacaan anak-anak. Yah, bagi siapa saja yang mempunyai pikiran seperti itu sebaiknya dipikir ulang. Saya yakin orang itu pasti tidak mengerti dunia perkomikan. Ya iyalah, mereka kan menganggap komik itu hanya untuk anak kecil. Tapi benarkah semua komik layak dibaca anak-anak?

Ada berbagai macam versi komik. Komik barat dengan cerita superheronya yang khas. Komik Jepang atau biasa disebut manga. Atau komik Korea yang mulai banyak terdapat di toko buku. Sebenarnya ada banyak juga komik buatan asli Indonesia, namun sayang eksistensinya belum terlihat. Dari banyaknya jenis komik, mungkin manga Jepanglah yang bisa dibilang paling menguasai. Hal ini bisa dibuktikan dengan berderetnya komik jenis ini di berbagai toko buku. Memang hal-hal yang berbau Jepang cukup banyak digemari di Indonesia. Saya sendiri pun termasuk orang yang suka membaca manga dan menonton anime keluaran negeri sakura ini.

Setiap kali ke toko buku, saya tidak pernah bisa untuk tidak mengunjungi bagian komik. Tapi dibalik itu, ada rasa was-was ketika memilih komik mana yang akan dibeli. Bukan takut uang tidak cukup karena harga komik yang cepat sekali naik. Melainkan takut kalau isi di dalamnya tidak sesuai harapan. Yah mau bagaimana lagi, dengan buku berbalut plastik kita hanya bisa menerka-nerka isi buku dari cover dan tulisan ringkas di belakangnya saja kan? Paling kesal rasanya bila komik yang dipilih ternyata memuat banyak gambar adegan yang tidak pantas. Padahal kalau dari segi cerita lumayan bagus. Bagaimana kalau komik semacam ini dibeli oleh anak SD? Walaupun sudah ada pengkategorian dengan mencantumkan simbol ‘R’ atau ‘D’ di sampul buku, apakah itu sudah cukup membuat orang Indonesia sadar bahwa komik bukan hanya sekedar bacaan anak?

Kita tidak bisa menyalahi pengarangnya begitu saja. Karena semua tahu Jepang adalah negara yang pergaulannya bebas. Di negara asalnya itu, justru sebagian besar orang yang menggemari komik adalah remaja dan dewasa. Mungkin yang bisa diharapkan adalah penerbit di Indonesia. Sebaiknya mereka meneliti dulu konten dan kandungan yang ada dalam sebuah buku sebelum diterbitkan.

Jadi, masihkan anda mengidentikkan komik dengan anak-anak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun