Mohon tunggu...
Dini Tian Puspita
Dini Tian Puspita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

be humble.. Allah is number one :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terowongan di Singojuruh, Banyuwangi dan Goa Surowono di Pare Kediri

19 Juni 2012   11:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:47 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340104470176363958

Saat saya baru saja online, tiba-tiba muncul di TL twitter yang menyatakan telah di temukannya terowongan di Singojuruh, Banyuwangi. Hal itu sangat menarik minat saya untuk mencari info lebih lanjut dengan meng-klik link yang menyertai status di account twitter tersebut. Secara langsung saya teringat akan goa Surowono yang pernah saya kunjungi saat belajar di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Adakah kesamaan antara dua goa tersebut? Setelah googling ternyata cuma sedikit persamaannya, yaitu sama – sama goa, gelap. Hehe.. tapi menurut saya perbedaan yang menonjol adalah adanya air yang menggenang di bawah goa. Di Goa Surowono harus rela basah kalau mau masuk ke dalamnya. Tapi kalau di terowongan Singojuruh, Banyuwangi? Mari kita baca sekilas artikel yang saya kutip dari detikSurabaya.com. “ Baru saja ditemukan terowongan atau bisa juga disebut goa di Singojuruh, Banyuwangi. Terowongan ini secara tidak sengaja ditemukan oleh seorang warga saat hendak menggali sumur. Sejarawan Banyuwangi yang ikut meneliti pun mengungkap bahwa terowongan atau goa ini memiliki panjang 16 meter dan lebar 90 cm dari mulut goa. Dikatakan juga bahwa semakin ke dalam semakin lebar dan tinggi ruangnya. Di dalam goa ditemukan juga adanya stalagtit yang berusia puluhan tahun. Sayangnya, banyak yang rusak karena tersenggol warga yang penasaran masuk ke dalam goa. Salah satu sejarawan pun menjelaskan kemungkinan bahwa dulunya terowongan ini adalah saluran irigasi di abad ke-18 atau mungkin benteng pertahanan di masa peperangan melawan kolonial VOC/Belanda tahun 1771. Oleh sebab itu, selanjutnya tim sejarawan akan melaporkan temuan ini ke pihak terkait (Balai Kepurbakalaan di Bandung). “ Ternyata beda. Goa yang di Pare dan di Singojuruh, Banyuwangi berbeda. Kalau dari segi luas dan panjangnya, di Surowono ada 5 pintu yang berbeda.. jalannya bisa berdiri, jongkok, bahkan merangkak.

Tapi yang bisa dilalui (menurut pemandu saat itu, Juni 2011) hanya goa 1, 2 dan 3 karena goa 4 dan 5 bisa dilalui dengan jalan menggunakan tangan sambil tengkurap. Wow.. kalau saya sih, enggak sudah.. hehe

Terlepas dari perbedaan kedua goa tersebut, ada sesuatu yang dapat  diambil dari tulisan dadakan saya ini. Subhanallah.. sungguh di luar dugaan. Peninggalan bersejarah yang baru saja ditemukan ini dapat mengingatkan kita, bahwa masih ada sesuatu yang tertinggal yang [mungkin] tidak patut untuk dilupakan. Masih ada peninggalan – peninggalan lain yang [mungkin] akan mengingatkan kita akan suatu kejadian penting di masa lalu. :) salam, Dinitian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun