Membicarakan Muhammadiyah maka akan menyangkut banyak aspek, mengingat Muhammadiyah sudah berkembang sedemikian rupa dan berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan. Kami mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) telah melakukan kegiatan Dakwah Lapangan untuk memenuhi Mata Kuliah Kemuhammadiyahan. Menjadi penghubung antara donatur untuk menyumbangkan sedikit hartanya guna membantu meringankan beban keluarga yang menjadi target utama kelompok kami.Â
Dengan niat yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Allah SWT. Beserta  menyiapkan bekal untuk akhirat kelak, kami terdorong untuk membantu serta mengamalkan segala perintah dan ajaran-Nya di dalam surah tersebut.Â
Dhuafa sejatinya merupakan salah satu golongan yang kehidupannya Allah SWT percayakan menjadi tanggungan kita. Bukan tanpa alasan, ketidakberdayaan dari kaum ini menjadikan mereka masuk kedalam golongan yang lemah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya santunan kita menjadi hak bagi mereka. Namun, apa jadinya jika ternyata kita tidak memiliki kemampuan tersebut?Â
Hal ini sesungguhnya tidak menjadi masalah. Menyantuni dhuafa membutukan keikhlasan dan pastinya harta yang melebihi jumlah kebutuhan sehari – hari. Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak dapat membantu dhuafa melalui cara lain. Ya, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan para dhuafa sesuai dengan kemampuan mereka. Oleh karena itu kami melakukan dakwah lapangan ke Bekasi tepatnya di Jl. Pala Raya, Lubangbuaya. Kecamatan Setu, Jawa Barat. Dengan tujuan untuk saling peduli kepada yang membutukan.Â
Pada pemberdayaan ini targetnya adalah Keluarga Ibu Sumiyatun. Masalah yang dihadapi Ibu Sumiyatun adalah sebagai berikut:Â
1. Masalah Ekonomi:Â
Ibu Sumiyatun tidak memiliki penghasilan sama sekali, untuk kehidupan sehari-hari hanya mengandalkan penghasilan anak pertamanya yang membantu bengkel milik tetangganya dikarenakan Ibu Sumiyatun lumpuh ringan akibat tabrak lari 4 tahun yang lalu. Keluarga Ibu Sumiyatun hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah dan tetangga terdekat untuk menghidupi anak-anaknya dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Â
2.Masalah Pendidikan:Â
Anak Ibu Sumiyatun memutuskan untuk berhenti sekolah dikarenakan takut untuk pergi ke sekolah akibat menjadi korban bullying oleh teman-teman di sekolahnya karena fisik yang tidak seperti teman-teman pada umumnya. Anak keduanya Ibu Sumiyatun bernama Joko tidak mau bersekolah karena ketika pulang sekolah dengan keadaan menangis karena diejek teman sebayanya, lalu keesokan harinya Ia tidak mau bersekolah lagi dan takut untuk keluar rumah. Setelah Joko putus sekolah, Ia diikuti kelas mengaji oleh Ibunya, jadi Joko selama ini hanya mengikuti kelas mengaji beberapa kali kalau keadaan mentalnya sedak membaik.Â
Dari masalah diatas, tim memprioritaskan masalah ekonomi dan sedikit masalah pendidikan non-akademik yang diutamakan untuk dibantu. Karena untuk masalah lainnya, kami merasa bahwa keluarga tersebut masih bisa bertahan.Â