Mohon tunggu...
Dini Kinanti
Dini Kinanti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Enjoy everything in this Life...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemenangan Indonesia

7 Juli 2014   03:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:13 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Mungkin sudah ratusan bahkan ribuan orang yang menulis keluh-kesah, suka-duka seputar 2014. Tapi izinkan penulis ikut meramaikan lewat tulisan ini yang saya harapkan isinya tidak berat sebelah. Dan maaf kalo tulisannya kepanjangan, karena ini adalah unek-unek penulis dari beberapa bulan yang lalu. :)

Pemilu 2014 adalah pemilu terdahsyat!

Pemilu 2014 ini terasa sangat berbeda.

Sangat unik, sangat kreatif, sangat kompetitif, cenderung memicu konflik dan bahkan membuat jengah.

Ada beberapa faktor yang membuat Pemilu 2014 ini terasa sangat luar biasa:

1. Era digital yang sedang berkembang di Tanah Air.

Sosial media menjadi peranan penting yang membuat Pemilu tahun ini gegap gempita.

Bermodalkan narasumber seadanya - yang penting cepat,  lalu di- 'ketik dan klik' maka terbitlah sebuah berita. Atau memaksimalkan kreatifitas tanpa batas hingga lahirlah beragam karya. Apalagi ditambah dengan fitur Like, share, retweet, repath, reblog, repost, ataupun pin maka berita  dan karya itu bisa langsung tersebar ke ribuan orang. Baik itu berita positif ataupun negatif. Namun sangat disayangkan... karena yang terjadi di dunia maya berita negatif lebih banyak beredar dibandingkan berita positif. Sangat tidak proporsional penyebaran berita positif dan negatif itu...

Kalo mau jujur, penyebaran berita yang tidak proporsional itu bukanlah 100% kesalahan media. Keberpihakan media sudah menjadi rahasia umum jauh sebelum Pemilu 2014, jadi nggak perlu dibahas lebih lanjut.:)

Kita harus mengakui bahwa budaya orang Indonesia lebih suka membicarakan hal negatif tentang orang lain ketimbang hal positif. Liat aja pas lagi arisan atau kumpul ama teman, pasti 80% pembicaraan isinya 'ngomongin' orang yang berbau negatif. Contoh kecil pas Ibu2 lagi belanja di tukang sayur: "Eh..eh..Bu Joko tau ga sih? masa si A blm nikah2 lho. Padahal udah kepala 4. Kasian ya jadi perawan tua". Obrolan seperti itulah yang jadi santapan sehari-hari. Ga cuma di kalangan ibu-ibu, tapi juga semua golongan. Mulai dari balita sampai kakek-nenek.

Jadi ga perlu munafik, kalo pada dasarnya kitalah penyebab pengedaran berita yang tidak berimbang itu. Ada berita dengan judul yang sangat 'eye-catching' langsung di-share. Padahal kadang judul ama isi ga nyambung sama sekali. Judulnya berkonotasi negatif, isinya ternyata sangat positif. Yah, namanya juga berita di sosial media, perlu headline yang menarik biar mengundang likes yang banyak.

Seringkali kita tanpa sadar tergelitik untuk langsung 'klik' sebuah berita tanpa membaca secara lengkap atau belum terklarifikasi kebenaran berita itu. Eh tapi kebiasaan langsung klik ini juga ga salah juga... secara (balik lagi) orang Indonesia tingkat minat untuk membaca masih sangat rendah. Apalagi yang kurang mengenyam bangku sekolah, yang terkadang untuk membaca dan m3NuL15 saja masih sulit. Jadi tanpa harus membaca isi beritanya apa, mereka langsung ikutan share berita yang berjudul 'eye-catching' tsb dengan dibumbui kalimat yang SuL1T_uNTuQ_d1M3n9eRT!.

Tapi ada yang bikin SHOCK, justry banyak Kaum terdidik yang tergelitik melakukan hal yang serupa! Membagikan berita yang belum jelas asal muasalnya dan dilengkapi dengan kata-kata yang provokatif! Seharusnya sebagai kaum terdidik, bisa memberikan contoh yang lebih baik. Tidak perlu mewarnai timeline dengan kata-kata - maaf - bisa dibilang kotor. Tidak perlu saling mengumpat, karena PEMILU BUKAN KOMPETISI. Cukup share berita yang berbau positif, menyejukkan, dan bikin adem. Kalopun mau share tentang berita negatif, bisa kan dicek dulu sumbernya dari mana - bukan malah jadi fitnah. Toh kkita udah sama-sama tau, media mana yang berpihak. Jadi jangan sampai ikut terhasut media yang jelas-jelas memiliki Agenda Setting yang sangat besar itu. Bodoh jika kita yang sudah tau, justru tetap menyebarkannya. Sudah kena tipu, ikutan fitnah lagi. (Dan jujur saja, penulis beberapa kali ikut tergelitik main 'klik' + kalimat provokatif... Maafkan penulis :sungkem:)

Nah, Kalau sudah begini, siapa yang patut disalahkan?


Media yang berpihak itu atau jari-jemari yang bergerak bebas 'klik' sana-sini? ;)

2. Karena Hanya ada 2 Pilihan


Tahun 2009 lalu, Indonesia dihadapkan pada 3 pilihan. Dimana 3 suara ini benar-benar memecah suara rakyat! Ada yang berharap agar Ibu Negara kembali berkuasa, Ada yang berharap agar Presiden sebelumnya tetap "lanjutkan", dan ada yang berharap Sang Wakil Presiden sebelumnya yang naik menjadi Presiden. Dan perlu diingat, kala itu Sosial Media belum banyak yang menggunakannya. Walaupun sebenarnya pada tahun 2009 sudah ada FB, Twitter, dan Kaskus. Tapi kala itu masih dikit yang melek digital.

Waktu 5 tahun, waktu yang cukup lama untuk membuat warga Indonesia belajar tentang 'makhluk' bernama Sosial Media. Tidak hanya belajar, tapi semakin banyak entusiast dan konsultan di dunia digital Indonesia. Semakin banyak 'ahli' di bidang Social Media, dan justru menjadikan para ahli itu sebagai the most wanted job saat ini. Praktisi periklanan pun berlomba-lomba membangun ahensi digital. Tak hanya Sosial Media, perkembangan website, portal, dan forum lokal pun patut diacungkan jempol. Sudah tak terhitung lagi ratusan bahkan ribuan website karya anak negeri yang tercipta hingga detik ini saya menulis.

Dan kini, saat semua sudah mulai melek digital (terlebih yang didaerah perkotaan), tibalah saat untuk memilih. Memilih yang dinilai layak menjadi pemimpin bangsa untuk 5 tahun kedepan. Memilih dari 2 Pilihan yang ada. Ya, hanya ada 2 Pilihan! Cukup membuat suara terbelah dua dengan bulat. Pilihannya pun cukup menjanjikan. Mau 'Indonesia Bangkit' atau 'Indonesia Hebat'? (penulis tidak akan membahas tentang kelebihan dan kekurangan dari kedua pilihan ini. Karena sudah banyak yang menulisnya diluar sana)

Ibarat Pertandingan Sepakbola (berhubung lagi Musim Piala Dunia, jadi seharunya analogi ini bisa dimengerti). Anggap saja Pemilu kali ini sebagai Pertandingan Persahabatan. Hanya untuk mengukur kemampuan, mencari teman 'debat' untuk dipraktekan dilapangan. Tidak ada menang-kalah. Yang ada hanya, mendapat taktik baru untuk 'the real match' kedepannya nanti. Lagian kedua Tim ini memang bersahabat bukan? Bahkan memiliki tujuan yang sama: melakukan perubahan untuk Indonesia.

Saat pertandingan sepakbola mulai, pasti akan ada 2 Tim yang main. Tidak bisa hanya 1 tim atau lebih dari 2.  Tim yang terdiri dari 11 pemain - dimana ada kapten & kiper didalamnya, para pelatih, pembina, investor  Tim, dan juga para supporter. Kapten sebagai pemimpin di lapangan harus mampu membawa 10 orang anggota tim-nya sukses mencapai tujuan (goal) yang dicita-citakan & menguji formasi (visi & misi) yang sudah dibentuk oleh para pelatih dan dewan pembina. Ada pula para investor yang bertaruh banyak pada Tim, mensuplai tim dengan akomodasi & transportasi bahkan bayaran yang cukup besar. Semua demi nama besar sang investor. Dan tak lupa para supporter, yang selalu semangat membela Tim kesayangannya tanpa peduli akan kekurangan atau kesalahan yang dilakukan oleh Tim. Supporter selalu ada untuk berjuang bersama demi menyemangati tim kesayangan mereka. Tentu dengan cara yang sportif. :)


Dan dalam sebuah pertandingan persahabatan - atas nama Pemilu inilah, kita sebagai suporter harus memilih Tim manakah yang harus didukung? Tidak boleh egois, menjagokan keduanya. Harus ada yang dipilih. Karena hidup ini sendiri adalah sebuah Pilihan.:)

Jadi apapun pilihan kalian, tetaplah menjadi suporter yang penuh sportifitas, tapi jangan sampai terlalu fanatik. Karena Rasullulah S.A.W. pun mengajarkan "Segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik". Jadi jangan terlalu berlebihan saat membela tim kesayangan kita. Kalaupun ada yang menjelek-jelekan, cobalah tanggapi dengan tenang dan berdiam diri sejenak. Toh kita tau kalo sebenernya tim kita itu tidak jelek seperti yang tim lain katakan. Diam bukan berarti mendiamkan. Melainkan diam untuk menyusun strategi untuk bergerak. Bergerak untuk membuktikan bahwa apa yang tim lain katakan itu tidaklah benar. Caranya? Kalian sebagai kaum terdidik pasti tahu cara yang tepat dan santun untuk membalasnya... :)

3. Inilah KEMENANGAN INDONESIA

Kenapa pada poin kedua, penulis katakan 2 pilihan yang ada sebagai 2 Tim? Karena memang Capres & Cawapres beserta seluruh formasi didalamnya adalah bentuk kerjasama dalam sebuah Tim! 2 Tim yang sedang 'bertanding' untuk mengubah masa depan Indonesia.

2 Tim yang beritikad baik untuk membawa perubahan Indonesia.

2 Tim yang mengajak dan membuat supporternya tergerak meramaikan Pemilu 2014.

2 Tim yang membawa Rakyat Indonesia merasakan yang namanya Pesta Demokrasi.

2 Tim yang secara tidak langsung telah menggelorakan semangat KEMENANGAN INDONESIA.

Ya, KEMENANGAN INDONESIA.

Kemenangan dimana kita bisa dengan lantang bersuara.

Kemenangan dimana kita bisa bebas berkreatifitas.

Kemenangan dimana kita bisa menerima perbedaan.

Kemenangan yang bisa membuat rakyat Indonesia tergerak maju bersama demi perubahan Bangsa.

Kemenangan yang bisa membuat seluruh elemen bangsa Indonesia seketika melek politik.

Kemenangan yang tadinya membuat mereka yang apatis jadi sibuk mencari tahu.

Kemenangan yang menyatukan semangat jiwa nasionalisme.

dan satu hal yang penulis harapkan:

Kemenangan untuk menerima kekalahan.

Karena berani menerima kekalahan adalah Kemenangan sang Juara demi Kemenangan Indonesia.

- Salam Demokrasi. Salam Pancasila -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun