Perubahan iklim memicu terjadinya El-Nino Southern Oscillation (ENSO) yang ditandai dengan naiknya suhu air laut di wilayah tengah dan timur Pasifik, meningkatknya tekanan udara di wilayah barat Pasifik dan menurunnya tekanan udara di wilayah timur Pasifik. Terjadinya El-Nino diikuti dengan La Nina yaitu penurunan suhu air laut di bagian timur Pasifik. El-Nino mengakibatkan perubahan cuaca di berbagai negara di dunia. Peristiwa ini memberikan dampak terburuk sepanjang sejarah, seperti bencana alam angin siklon, banjir dan kekeringan berkepanjangan.
Di wilayah Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Jawa, rata-rata luas wilayah pertanian padi yang mengalami kekeringan lebih dari dua ribu hektar per kabupaten pada periode 1989-2006. Perubahan pola cura hujan yang ekstrim ini menyebabkan bergesernya pola tanam dan waktu tanam. Kenaikan suhu sebesar satu derajat celcius akan menurunkan produksi pada padi sebesar sepuluh persen (Pintal, 2014). Menurunnya produksi beras tersebut mengakibatkan harga pangan naik dan dapat terjadi inflasi. Terganggunya produksi makanan ini berakibat pada infrastruktur distribusi makanan secara global. Kenaikan harga pangan tersebut membuat banyak orang yang dalam pekonomian kurang baik kesulitan memperoleh pangan sehingga menyebabkan kenaikan jumlah orang yang menderita kelaparan.
Salah satunya adalah krisis pangan yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat hampir setengah masyarakat NTT membutuhkan bantuan pangan. Sebagian besar masyarakat di NTT bermata pencaharian sebagai petani dan mengandalkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kekeringan yang terjadi sejak Oktober 2015 membuat petani gagal panel. 64% balita di Sumba Tengah mengalami kekurangan gizi kronis (ACAPS Briefing Note Indonesian Drought, 2016).
Melihat dampak yang ditimbulkan dari terjadinya perubahan iklim, kita harus segera bergerak melakukan aksi mengurangi emisi yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
PERAN PEMUDA
Pemuda memegang peranan penting dalam menghadapi perubahan iklim sebab pemuda memegang warisan untuk bertanggung jawab menjaga bumi ini dari perubahan iklim yang terjadi dengan cepat. Saat ini banyak organisasi dan kelompok relawan melakukan aksi-aksi untuk menjaga lingkungan.
Salah satunya adalah sekelompok muda-mudi relawan Cinta Nusantara yang melakukan aksi kegiatan lingkungan di Desa Ghai, Muna yang terletak di daerah pesisir. Di beberapa daerah pesisir di Indonesia, masih banyak warga desa sekitar pesisir yang membuang sampah ke laut. Para relawan Cinta Nusantara menyelenggarakan beberapa kegiatan lomba kebersihan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Dalam lomba kebersihan ini, anak-anak yang tinggal di Desa Ghai berlomba mengumpulkan sampah-sampah yang tercecer di jalan dan di sekitar pesisir pantai, kemudian memilah sampah-sampah tersebut menjadi dua katagori yaitu sampah organik dan non-organik untuk dimasukkan ke beberapa keranjang sampah.
Penggagas lomba kebersihan yang merupakan salah satu relawan Cinta Nusantara yaitu Mauluddin menyatakan, "Harapan saya dari kegiatan lomba bersih desa anak usia Sekolah Dasar yaitu anak-anak bisa memiliki kesadaran sejak dini mengenai pentingnya dan manfaat dari lingkungan yang bersih baik lingkungan rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat serta anak anak bisa membedakan jenis-jenis sampah. Selain itu anak-anak juga mengetahui bahwa sampah yang ada masih dapat diolah dan daur ulang sehingga dapat bernilai ekonomis."
Adhel, ketua divisi pengabdian masyarakat relawan Cinta Nusantara menyatakan, "Manfaat lomba bersih untuk warga desa yaitu bisa membuat masyarakat Desa Ghai semakin sadar akan pentingnya hygiene dan sanitasi untuk kehidupan. Harapannya dari program ini yaitu bisa ditindaklanjuti dan menjadi percontohan untuk desa-desa lainnya di Indonesia."
Aksi peduli lingkungan lainnya yaitu dari organisasi nonprofit yaitu 350 Indonesia dan climate rangers yang aktif melakukan kampanye dalam mendukung bebas energi fosil di Indonesia untuk mendesak pemerintah mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil dan beralih menggunakan energi terbarukan. Indonesia merupakan penghasil batu bara terbesar ketiga di dunia. Pada tahun 2014, pemerintah membuat proyek pembangkit listrik 35.000 MW dari bahan bakar fosil batu bara. Tentu saja proyek ini akan semakin menambah emisi di udara selama beberapa tahun kedepan. Dari tahun 2000 sampai 2014 saja kenaikan emisi yang dihasilkan dari sektor energi meningkat secara cepat sebesar 4,5% per tahun. Padahal Indonesia menyampaikan komitmennya untuk mengurangi emisi sebesar 29% dengan upaya sendiri (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Dengan upaya muda-mudi dalam menyuarakan transisi energi terbarukan di Indonesia, diharapkan pemerintah segera merevisi proyek pembangkit listrik 35.000 MW untuk beralih ke energi terbarukan. Selain itu, climate rangers yang terdiri sekelompok pemuda di Indonesia juga aktif mengadakan kegiatan seperti diskusi dengan para aktivis lingkungan untuk bertukar pikiran dan berbagi informasi seputar perubahan iklim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H