Durasi : 2 JP
Moda : Penugasan Mandiri
Dini Nurani Rahmawati, S.Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 7
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP melakukan refleksi pengetahuan sebelum, selama, dan sesudah mempelajari modul ini.
Di tugas koneksi antar materi modul 2.2 ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang saya miliki sebelum, selama dan sesudah mempelajari modul Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Saya menyadari penuh bahwa kita sebagai pendidik tentunya sering kali memiliki perasaan emosi baik itu marah, sedih, kuatir, kecewa bahkan stress karena banyaknya persoalan yang kita hadapi dalam menjalankan profesi kita sebagai seorang guru.Â
Selain itu, kita sebagai guru harus memikirkan perkembangan peserta didik secara holistik, tidak hanya perkembangan akademik atau intelektualnya saja namun perkembangan sosial dan emosionalnya juga harus berkembang dengan baik. Seperti yang telah kita ketahui bahwa banyak peserta didik yang stress, motivasi belajar yang rendah bahkan hingga putus sekolah, banyak peserta didik yang melakukan pembulian, tawuran, bahkan hingga ada yang bunuh diri.Â
Oleh karena itu, Dalam upaya guru sebagai pendidik mengontrol dirinya dan membantu peserta didik dalam mengatur emosinya, maka dipandang perlu bahkan menjadi urgensi untuk setiap pendidik dan peserta didik untuk memiliki 5 kompetensi sosial emosional (KSE) yang ada dalam pembelajaran sosial emosional (PSE) dengan kerangka kerja CASEL.
Pembelajaran Sosial Emosional tidak dapat dilakukan secara individu oleh seorang guru saja, namun membutuhkan adanya kolaborasi antar seluruh komunitas sekolah. Tujuan pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah untuk menumbuhkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
Agar dapat terimplementasikannya PSE maka guru dan peserta didik harus memiliki pola pikir dengan kesadaran penuh (mindfullnes) yang mana kesadaran penuh ini menjadi fondasi dari terlaksananya PSE di kelas dan di sekolah sehingga sehingga  peserta didik memiliki  kompetensi akademik dan psikologis (well being).
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Dimana akan mudah bagi seorang peserta didik menerima PSE dengan kesadaran penuh jika apa yang dibutuhkan dalam belajar di kelas telah terpenuhi, dan cara pemenuhannya hanyalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Ketika kembali menghubungkan keterkaitan antara meteri di setiap modul, maka akan merefresh kembali materi-materi sebelumnya. Ada banyak hal baru yang saya dapatkan saat mempelajari materi setiap modulnya. Hal ini sangat berdampak sekali dengan apa yang saya alami sebelumnya dibandingkan yang sekarang. Jika memikirkan hal tersebut tentu saya akan merasa sangat bahagia karena bisa terpilih untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak di angakatan 7 ini.
Pertanyaan Pemantik
1. Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai
pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Jawab:Â
Kesimpulan saya tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai
pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosiona adalah bahwa sebagai seorang guru kita harus memperhatikan perkembangan peserta didik secara holostik atau menyeluruh. Tidak hanya perkembangan kompetensi akademiknya saja, namun perkembangan emosi, pengendalian diri dan kemampuan sosialnya pun harus kita perhatikan sesuai dengan filosofi KHD Â bahwa kita sebagai guru harus menuntun tumbuh kembangnya peserta didik
sesuai dengan kodratnya sehingga tetap berada dalam kesadaran
penuh yang positif ketika berada di sekolah. Sehingga pembelajar yang berpihak pada
murid dapat terwujudkan.Â
2. Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan
modul-modul sebelumnya?
Jawab;
Kaitan antara Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Filosofi Pendidikan KHD pada modul 1.1 yaitu
sesuai dengan filosofi pendidikan KHD -- Guru sebagai pamong, guru harus menuntun peserta didik menuju kebahagiaan dan keselamatan, guru menuntun perkembangan akademik dan sosial emosionalnya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Guru harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap KSE yang matang yaitu dengan cara mampu menguasai emosi dirinya, mampu mengelola dirinya sendiri, mampu berelasi, memiliki kesadaran sosial dan mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab, sehingga guru  mampu menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong pertumbuhan budi pekerti atau kesejahteraan psikolosgis peserta didik selain kompetensi akademiknya.Â
Sementara itu, kaitan antara Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru
Penggerak yaitu sebagai guru penggerak kita harus menjalankan peran dan nilai guru penggerak agar peserta didik memiliki komptensi sosial dan emosional melalui pembelajaran sosial emosional dengan kerangka kerja CASEL. Dengan begitu pengelolaan emosi peserta didik dapat terwujud dengan baik dan peserta didik memiliki nilai kemandirian. Peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorongk olaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.
Keterkaitan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak yaitu untuk tercapainya visi guru penggerak dan prakarsa perubahan maka perlu dilakukan integrasi pembelajaran sosial emosional ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas sesuai mata pelajaran yang diampunya sehingga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang Well Being.
Kemudian katerkaitan antara Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Modul 1.4 Budaya Positif yaitu melalui Pembelajaran sosial emosional maka
Guru dan peserta didik dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing
sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan, aman, dan nyaman sehingga dapat terwujudnya budaya positif di kelas dan di sekolah.
Yang terakhir keterkaitan antara modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan modul 2.1 tentang Pembelajaran
Berdiferensiasi yaitu dengan mengintegrasikan PSE dan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam KBM sehari hari. Guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi
perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang
memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan profil belajar
murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran
semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.
1. Sebelum saya mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa materi tentang sosial dan emosional tidak terlalu penting dan juga saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional seseorang akan muncul dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usia menuju kedewasaan sehingga saya sangat jarang sekali menggali materi tentang sosial emosional sebelumnya dan juga dalam proses pembelajaran di kelas saya hanya berfokus kepada pencapaian ketuntasan materi pembelajaran yang ada pada kurikulum sekolah.
Setelah mempelajari mudul ini, ternyata terdapat urgensi implementasi pembelajaran sosial emosional karena pembelajara ini mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih 5 Kompetensi Sosial Emosional melalui 4 indikator yaitu pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE pendidik dan tenaaga kependidikan (PTK) melalui teladan proses belajar dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.
2. Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (Well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
1. Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu:
a. kesadaran diri,
b. manajemen diri,
c. kesadaran sosial,
d. keterampilan berelasi, dan
e. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
2. Konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 kompetensi sosial emosional (KSE). Beberapa teknik melakukan mindfulness, yaitu:
a. Menyadari napas dengan tehnik STOP
b. Melakukan hobbi, antara lain:
Mengamati berbagai perasaan yang muncul,
Mengungkapkan terima kasih pada 3 hal yang disyukuri,
Fokus pada 3 hal yang dapat dilihat, dengar dan rasakan,
Menuliskan apapun yang dipikirkan dan dirasa tanpa harus menilainya (jurnal)
Menggambar, membuat coretan atau mewarnai (fokus pada prosesnya)
Dengar atau mainkan musik (fokus pada yang didengar)
3. Implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu:
a. pengajaran eksplisit,
b. integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik,
c. penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan
d. penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.
3. Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:1. Bagi Peserta Didik :
a. Menerapkan 5 KSE dalam pengajaran di kelas melalui integrasi praktik mengajar guru. Melakukan ice breaking sebelum pembelajaran dan ditengah-tengah pembelajaran. Memperkuat keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan kerja kelompok.
b. Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, tindak lanjut dari budaya positif disekolah ditambah pembuatan papan penggambaran emosi yang ada di setiap kelas. Selalu berusaha menyapa murid dengan hangat dan penuh kasih sayang.
2. Bagi rekan sejawat:
a. Menjadi teladan (Menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, Menerapkan teknik STOP dalam menajen diri, Datang ke sekolah tepat waktu, Menerapkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun), Bekerjasama dengan semua komunitas di sekolah, Bersikap peduli terhadap lingkungan sekitar, Menerapkan teknik POOCH dalampengambilan keputusan
b. Belajar, membiasakan melakukan refleksi KSE pribadi, mengembangkan pola pikir bertumbuh, memahami
tahapan perkembangan murid, meluangkan waktu untuk berintropeksi diri.
 c. Berkolaborasi (Mengagendakan sesi berbagi praktik baik (Desiminasi). Kegiatan desiminasi di awali dengan ice beaking dan Well-Being. Belajar mengelola emosi dengan teknik STOP dan Mindfulnees. Belajar mempertimbangkan pandangan atau pemikiran orang lain. Belajar mengidentifikasi masalah dan mencari solusi terbaik sesuai dengan informasi data dan fakta yang diperoleh, serta penerapan POOCH. Diakhiri dengan pembuatan jurnal reflesksi di setiap kegiatan
Salam Guru Penggerak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H