Melihat kehidupan kepemimpinan saat ini, para laki-laki yang dipercaya sebagai wakil rakyat. Laki-laki yang dipilih untuk memimpin negara, memimpin masyarakat. Laki-laki yang membanting tulangnya untuk mencari nafkah. Yang bisa dipastikan juga pemimpin keluarga. Dengan setumpuk permasalahan, akankah selesai dengan diam?!
Satu permasalahan, memerlukan waktu berapa lama untuk diam? Sedang sekali diam, membuat istrimu gelisah. Kehidupan rumah tangga menjadi kurang nyaman. Menyelesaikan masalah atau malah menambah masalah?
Ketika di tempat kerja siklus diam itu menghilang. Berbicara tentang ekonomi, sosial budaya, undang-undang sampai korupsi, mampu dibicarakan. Menyelesaikan berkas-berkas, menuntaskan jual-beli, mengurusi "orang lain" yang kerennya di sebut "klien" semua dikerjakan. Bahkan "menerima" tamu lawan jenis pun tak sungkan dilakukan di luar rumah atau di tempat kerja.
Lalu pulang ke rumah dengan membawa "diam".
Apakah yang dikerjakan membuahkan hasil yang memuaskan? Membaikkah ekonomi? Majukah sosial budaya kita? Bagaimana dengan hukum, undang-undang? Meningkatkah kesejahteraan anak istri? Seberapa jauh "diam" itu membantu?
Keluarga adalah tempatnya bahagia. Senyum anak istri adalah pelipur penat, penghibur hati dan penentram gelisah. Istri adalah perempuan yang paling peduli mengurusmu, wahai suami. Yang menyiapkan makan, pakaianmu. Merawatmu kala kau sakit. Membereskan rumah yang juga memungkinkan membereskan hatimu yang kacau.
Komunikasi adalah hal yang teramat penting. Karena ia bisa menghindarkan dari kesalahpahaman. Karenanya diam itu bukanlah emas, tapi diam itu masalah. Lebih masalah lagi jika komunikasi itu lancar bila bersama orang lain ditempat lain tapi macet bila bersama istri di rumah. Inilah potensi hilangnya kebahagiaan menuju kehancuran keluarga.
Keluarga adalah partikel komunitas terkecil penyusun sebuah negara. Jika keluarga berantakan maka negara pun tidak akan beres. Bagaimana negara itu akan "sehat" jika terdiri dari keluarga-keluarga yang bermasalah?
Jangan diam. Berbagilah pada istri walau hanya sedikit. Dari yang sedikit itu bisa jadi istri mampu memberi solusi. Hingga meringankan beban suami.
Jika suami membutuhkan diam, komunikasikan. Beri tahu dengan lembut dan kasih sayang bahwa dirimu sementara tidak mau diganggu. Jangan berlama-lama, karena menunggu itu membosankan dan mengesalkan. Cepatlah sapa istri, perhatikan kebutuhannya dan rangkullah dengan cinta. Karena disitulah letak bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H