Penurunan moral anak bangsa sungguh menyedihkan, semua perilaku dan pelaku segala usia. Sampai tidak tega rasanya untuk menyebutkan jenis kejahatannya karena merasa : "kok sampai seperti itu ya?" , "kok tega ya?", segala jenis pertanyaan yang merasa tidak percaya kejahatan seperti itu  dapat terjadi dan dilakukan pada level usia anak sekolah bahkan. Semua itu dapat menimpa siapa saja. Yang menjadi pertanyaan "siapa yang harus bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan itu, sehingga dapat terjadi". Apakah sekolah atau orang tua dirumah atau lingkungan pergaulan anak yang orang tua atau guru tidak dapat mengendalikannya. Penyebab utama terjadi tentunya lebih kepada pribadi orang itu, jadi yang harus dikuatkan adalah karakter setiap individu anak bangsa. Coba kita flash back kebelakang saat tahun 1990 dimana tidak sering mendengar atau melihat kejahatan atau perilaku tidak bermoral dimana-mana. Anak yang lahir pada tahun 1970 semua serasa berhenti ditahun kelahiran tersebut dimana anak bangsa yang kelahiran tahun 70-an adalah anak bangsa yang masih memiliki karakter kuat. Sebagai anak yang kelahiran tahun 70an, penulis merasa ditahun 90an adalah kehidupan yang aman dan nyaman, kemana-mana tidak takut, kemana-mana orang tua tidak khawatir, dan selalu percaya pada apa yang dilakukan anaknya adalah hal yang baik atau tidak menyimpang, walau tentunya pasti ada juga anak yang memiliki kelakuan kurang baik dan menjadi sampah masyarakat tapi apabila dilihat dari rasio tidak sebanyak saat ini. Kembali pada penyebabnya, kalau dilihat dari zaman saat itu handphone adalah barang yang jarang, tidak semua anak memilikinya, bahkan hanya mengandalkan pada telepon kabel yang terpasang dirumah. Akses internet tidak semudah saat ini, pembelajaran masih berbasis buku. Jadi apakah kemajuan zaman atau tehnologi yang salah?  atau penggunanya yang tidak bijak dan tidak memiliki kesadaran apa fungsi dan kegunaan dari tehnologi ? Setiap orang tua pun merasa bersalah karena anak sudah tidak dapat dikendalikan dalam menggunakan handphone, orang tua sudah tidak kenal anaknya, anak yang jauh dari orang tua, anak yang hanya status dalam kartu keluarga. Banyak orang tua yang anaknya menyimpang pasti kaget dan tidak menyangka kalau anaknya berlaku kejahatan atau memiliki penyimpangan. Nah sekarang yang dapat kita lakukan bersama adalah setiap orang harus merasa bahwa anak bangsa adalah anaknya, sehingga apabila kita melihat kejanggalan perilaku tegurlah, ingatkan lah. Karena orang tua tidak dapat menjaga anak selama 24 jam. Jadi yuk bersama kita mengingatkan anak bangsa untuk berlaku baik sesuai nilai-nilai kebijakan karena anak bangsa adalah yang akan menjalankan kehidupan dimasa mendatang dan agar perilaku tidak baik dapat distop agar tidak berkelanjutan atau menularkan pada setiap anak. Jadi mulai lah peduli pada keadaan dan kondisi anak bangsa agar berkarakter profil pelajar Pancasila yang merupakan tujuan pelajar Indonesia. Kembalikan kehidupan kita menjadi kehidupan yang bermoral Pancasila yang menjadi ciri khas bangsa indonesia sejak dahulu kala. Akhir kata penulis merasa itulah salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam usaha memperbaiki moral anak bangsa "peduli pada sekitar" dan tentunya senantiasa mendoakan agar anak bangsa atau generasi selanjutnya menjadi anak yang membanggakan untuk dirinya, keluarga, bangsa dan agamanya. Apabila pembaca memiliki saran dan kritik mohon kiranya dapat dituliskan pada kolom komentar.Â
Salam,
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H